PT (7)

39 25 11
                                    

Kini, Nesya dan Ezra duduk berhadapan. Nesya sedang memainkan jari-jemarinya, sedangkan Ezra tengah asyik menyantap nasi goreng ditemani dengan segelas es Milo.

"Lo kenapa bisa-bisanya beliin gue makanan padahal lo belum makan?" tanya Nesya memecah kebisuan di antara mereka. Namun Ezra masih diam, ia malah meneguk minumannya dengan santai.

"Ditanyain kok diem," gumam Nesya. "Gue denger," sahut Ezra setelah menggeser gelasnya. "Gue semalem janjian sama temen gue buat balapan. Ada kawasan di deket rumah gue yang kalau udah lewat jam lima sore sepi. Jadinya gue ke sana buat balapan kemarin. Tapi gue kalah, akhirnya gue males makan."

"Cowok nggak bener. Emang nyokap lo nggak marah gitu, ngomel apa gitu?" tanggap Nesya bingung. Jika ia pikir-pikir, sepertinya makhluk di hadapannya ini kurang dekat dengan ibunya.

"Mama nggak pernah di rumah semenjak cerai sama Papa. Dia sibuk," jawab Ezra datar lalu melanjutkan makannya. "Sorry Zra, gue nggak maksud." Nesya meminta maaf. Ezra hanya merespon dengan senyum tipis, yang masih bisa dilihat oleh Nesya.

'Ih Nesya, kok lo jadi kepo sih. Kan jadi gini, ketularan virusnya si Xenia gue.'

'Ntar kalau nggak gini, kapan gue dapet info tentang dia? Kapan gue bisa rubah hidup dia sesuai tugas gue?'

'Serba salah ih. Kalau kepo takut nyakitin, kalau nggak kepo nanti tugas gue kapan selesai? Ah... bingung.'

"Lo ngapain niat banget jadi guru gue?" tanya Ezra tiba-tiba. "Kan lo udah pernah nanya. Gue butuh uang buat nyokap ke rumah sakit. Tapi lo jangan ge-er mikir gue suka sama lo terus gue buat alasan lain!" jawab Nesya seadanya. Pasalnya ia bingung, jawaban apa yang harus ia lontarkan.

"Oh... lupa gue." Ezra mengangguk-anggukan kepalanya paham.
"Cobain deh, enak telur mata sapinya," ucap Ezra tiba-tiba sembari menyodorkan sendok yang di atasnya sudah ada sepotong telur mata sapi setengah matang.
"Ha-ah? Ap-apaan? Lo makan aja, ntar lo pingsan mana ada yang gendong?" sahut Nesya gemetaran. 'Lah, kok gue jadi grogi gini sih. Wah, lama-lama gue harus minum obat penenang nih,' pikirnya cemas dalam hati.

"Orang sedikit, cobain!" Ezra memaksa. Dan akhirnya saat Nesya hendak mengambil sendok itu dari tangan Ezra, Ezra malah menarik sendoknya. "Gue suapin. Hitung-hitung tanda terima kasih, ya?! Please?" ucap Ezra memaksa. "Ya udah deh, sekali aja." Akhirnya Nesya mengalah. Toh, jika ia bertengkar dengan Ezra, ia juga butuh pekerjaan itu.

"Nah... pinter," ucap Ezra sembari menyuapkan telur tadi ke mulut Nesya. "Lo pikir gue bayi apa?" omel Nesya kesal. "Telurnya b aja juga. Apa yang spesial?" tanya Nesya. "Orang yang suapin yang spesial," jawab Ezra tanpa dosa lalu menyantap kembali nasi gorengnya.

Nesya melotot. Bisa-bisanya setan macam ini berbicara seperti itu. Tersambar petir dari mana Ezra?

* * *

Ezra dan Nesya sudah tiba di rumah. Saat ini Nesya sedang duduk di ruang tamu menunggu Ezra yang katanya mau mengganti pakaiannya.

Ia mengetikkan pesan untuk Xenia.

Xenia R.

Lagi di mana Xen?
15.30 PM

Di rumah lo. Gue beliin nyokap lo soto ayam, mumpung gue beliiii, enak tau gue ampe nambah tiga piring wkwkwk😂
15.30 PM

Hah? Lo ga perlu repot" di rmh ada tahu goreng kok, kan gini ga enak
15.31 PM

GAPAPA. BYE.
15.31 PM

"Dasar titisan setan!" umpat Nesya kesal.

"Siapa titisan setannya?" Seseorang tiba-tiba bertanya. Reflek Nesya menengok, itu Ezra. "Hah? Anu Zra, orang," sahut Nesya kikuk. Akhirnya Ezra duduk di sebelah Nesya.

"Belajar apa hari ini?" tanya Ezra sambil meletakkan segelas es kopi di atas meja. "Matematika atau Fisika maunya. Mau yang mana dulu?" sahut Nesya memberi pilihan.

"Lo mau nawarin gue pergi ke neraka dengan jalur tol atau jalur tikus gitu maksudnya?"

"Bodoh!" ejek Nesya lalu melempar bantal sofa ke tubuh Ezra, namun Ezra bisa menangkapnya. "Matematika dulu." Akhirnya Ezra memutuskan.

Nesya akhirnya mengeluarkan buku tebal yang berisikan rumus Matematika. "Kita hari ini belajar tentang Irisan Kerucut dan Persamaan Lingkaran. Kita ulangi bab yang tadi dulu tapi," tutur Nesya. "Irisan hati nggak ada?" tanya Ezra tanpa dosa. "Ada kalau di dunia bucin," jawab Nesya ketus.

"Makasih ya Nes," ucap Ezra tiba-tiba. Membuat gadis yang merasa terpanggil itu menengok. Padahal ia sedang membolak-balik halaman buku. "Buat apa?" tanya Nesya bingung.

Ezra langsung merengkuh tubuh Nesya, lalu menenggelamkan wajahnya ke tengkuk Nesya. Tubuh Nesya mulai membeku, ia mendadak menjadi patung. "Berkat lo, gue jadi ngerasa ada yang merhatiin dan punya temen. Udah lama banget nggak ada orang yang bisa buat gue senyaman ini. Makasih," ujar Ezra sedikit berbisik.

'Nggak nyangka gue. Serapuh ini kah sisi lainnya? Ternyata bener, dibalik orang yang terlihat keras dan kejam, ada sisi lemah di sana. Gue jadi kasihan sama Ezra.'

"Sama-sama. Percaya deh, nantinya pasti ada orang yang bisa nerima lo apa adanya. Pasti nanti akan ada orang yang mau ada di sisi lo dalam suka maupun duka. Percaya sama gue!" balas Nesya sembari mengelus pelan punggung Ezra.

"Thank you, sorry gue jadi meluk lo," ucap Ezra setelah melepas pelukkannya. "Ng-nggak masalah. Kalau gitu, kita mulai belajar ya," sahut Nesya lalu Ezra menggangguk.
















Halo semua.
I'm here again.
Akhirnya bisa update setelah melewati banyak cobaan wkwkwk:)) alay deh:v
Makasih atas votesnya.
Ditunggu krisarnya juga guys!
Ily readers!!! ♥

Private Teacher [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang