PT (8)

35 24 13
                                    

Setelah dua jam belajar, kini Ezra dan Nesya tengah menyantap makan malam di pinggir kolam renang rumah Ezra. Mereka sedang menikmati ayam goreng sambil merasakan angin malam dingin yang menusuk tubuh.

"Selama nggak di rumah, nyokap lo tinggal di mana, Zra?" tanya Nesya setelah menelan suapan pertamanya. "Selain ngurusin kantor dan butik, nyokap gue pegang saham apartment. Jadi dia juga tinggal di apartment itu," jawab Ezra mulai ramah.

"Ternyata lo baik ya. Gue pikir besok lo tua bakal jadi preman pasar." Nesya terkekeh pelan membuat Ezra ikut terkekeh. "Jangan lihat orang dari sampulnya! Gue nggak senyebelin yang dikatain guru kok, gue orang baik. Apa yang gue lakuin selama ini cuma buat pelampiasan aja. Gue ngerasa nggak pernah dibahagiain gitu. Bahkan setelah sekian lama, cuma cewek aneh kayak lo yang mau ngajakkin gue ngomong sampai bercanda."

"Lo hebat, Zra! Mungkin kalau gue lagi di posisi lo sekarang, udah loncat dari gedung gue." Nesya benar-benar terharu. "Jangan gitu! Tadi semangatin gue, kok jadi gini?!" sahut Ezra lalu mendekatkan posisinya dengan Nesya.

"Besok pulang sekolah bareng gue ya.Sekalian gue mau ke rumah lo,nengokkin Nyokap lo. Boleh ya?"

"Buat apa, Zra? Nyokap gue sakit loh. Lo kan sehat-sehat, janganlah!" tolak Nesya lalu menghembus nafas berat. "Ngomongin Nyokap, gue jadi kepikiran sama ibu. Belum pernah gue bahagiain Ibu, padahal selama ini dia yang besarin gue." Kini Nesya malah mencurahkan isi hatinya.

"Sebentar lagi ya, Nes."

Nesya mengrenyitkan dahinya. Sebentar lagi apa? Mengapa tidak menyambung tiba-tiba?

"Sebentar lagi kenapa?" tanya Nesya bingung. "A-anu, sebentar lagi gue bakalan pinter. Lebih pinter dari guru pribadi gue," sahut Ezra sombong. Namun jika diperhatikan, jawabannya sedikit meragukan. Namun Nesya mengangguki saja. Kali ini, untuk apa menjadi kepo seperti Xenia.

* * *

"Makasih ya. Sorry jadi ngerepotin." Nesya turun dari motor Ezra sambil melepas helm di kepalanya. "Nggak ngerepotin," sahut Ezra sambil tersenyum menatap Nesya masih dengan senyumnya.

"Zra, lo kenapa?" tanya Nesya kebingungan sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Ezra. "Lo cantik." Ezra menangkap tangan Nesya lalu menghempaskannya pelan dari pandangannya. "Jangan halangin! Kapan lagi gue bisa lihat yang begini?"

"Apaan sih? Gaje tau nggak!" gerutu Nesya salah tingkah sembari memukuli lengan Ezra. "Eh, iya-iya sorry. Dibilang cantik bukannya seneng malah lo pukulin gue."

"Ini helm lo. Thank you ya, Zra." Nesya memberikan helm itu pada Ezra lalu Ezra menerimanya. "Masuk gih. Selamat malam." Ezra melajukan motornya setelah Nesya mengangguk.

'Gawat. Kayaknya gue beneran jatuh cinta.' Nesya memukuli pelipisnya bingung. 'Yang bener aja gue jatuh cinta. Inget ya Nesya, Ezra bukan cowok bener. Lo harus cari pendamping hidup yang baik. Inget! Inget! Inget!' gerutu Nesya dalam hati sambil berjalan memasuki rumah.















Selamat hari Minggu semuanya.
Makasih yang udah mampir.
Ditunggu kritik dan sarannya!
I L Y   READERS!

Private Teacher [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang