Sebuah janji

3 1 0
                                    

Dear Diary

Aku merasa jatuh cinta pada langit disore tadi..
Langit yang membawaku kepada kisah kami satu tahun yang lalu.
Ketika itu...
Senyumnya masih milikku
Mata ini yang selalu menyipit ketika dia melihatnya tersenyum.
Bibir nya yang selalu terlengkung indah ketika aku mulai melontarkan sebuah lelucon.
Bahkan. Dirinya pernah sampai terbahak ketika mendengarnya
Hai Rindu
Apakah  dia mengingatku ?
Akuu.. Yang setahun lalu masih duduk disampingnya. Bukan wanita itu
Ah iya.
Apa dia bahagia disana ?
Ingatkah dia pada tahun tahun yang kami lewati bersama.

Tak pandai rasanya diri ini menghitung hingga aku tak bisa mengira berapa hari yang telah kami lewati bersama...
Yang aku tauu. Hampir genap tiga tahun.
Huaaa... Iya tiga tahun.
Sebelum wanita itu datang dan merebut tempat bersandarku di bahu nya...

Apakah wanita itu tipe yang setia ?
Atau bahkan dia tak ada beda nya dengan diri nya ?
Yang pergi karena alasan yang bahkan seorang profesor pun tak dapat memahami nya...

Masih ingatkah dirinya dulu ketika janji itu yang terucap dengan sangat manis

Bahkan ketika dia mengatakan itu senyum terbaik dia iringi bersama nya,
Dengan tangan yang menggenggam erat.
Dengan mata yang tak mau berpaling.
Sampai aku pun luluh hingga benar-benar terlena akan ucapan nya kala itu.

Tapi, dalam cerita ini sudah bukan aku lagi tokoh utama nya. Yang disandingkan bersamanya.
Sudah ada dia yang aku tak tau siapa namanya.
Yang berhasil mengambil nya dariku orang yang bertahan selama tiga tahun bersamanya dalam sekejap mata...

Sungguh lucu jika aku mendoakan yang terbaik untuk mereka berdua. Padahal nyatanya hatiku menginginkan hal sebaliknya.

Aih.. Lupakan...
Melupakannya bukan hal yang ku ingin lakukan.
Namun, rasa aku harus selalu menghindari senja agar gak pernah mengingatmu lagi.

Marshita Wardani,  6 juni 2018

Diary SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang