3

0 1 0
                                    

Author pov

Bel tanda istrahat jam ketiga telah berbunyi. Shita dengan membawa tasnya pergi menuju perpustakaan sekolah guna belajar dan bimbingan ksm.

Ketika sampai ia mengambil tempat duduk di pojok kanan belakang perpus tersebut.

Sambil menunggu dika datang dituju nya sebuah rak buku berisi buku-buku kimia dan diambilnya.
Namun, karena mungkin rak itu yang terlalu tinggi atau bisa saja dia yang terlalu pendek menyebabkan dia harus berjinjit menggapai buku tersebut.

Pada saat hampir dicapai nya buku itu, ada sebuah tangan yang sudah duluan mengambilnya. Ditolehkan kepalanya kesamping kanan guna mengetahui siapa yang mengambil buku itu.

"kak dika ?" kagetnya dalam hati.

"makanya kalau jadi orang jangan terlalu pendek" ejek dika seraya melihat sampul buku tersebut.

"ihh... Aku tidak pendek hanya saja rak buku ini yang terlalu tinggi kaaakk.. Ngomong-ngomong kapan kakak datang ? Kenapa shita tidak menyadarinya" jawab shita mencoba menetralkan rasa kagetnya.

"baru saja. Dan kemudian melihat seonggok anak gadis yang tak terlalu tinggi ini berusaha untuk menggapai sebuah buku, hehe" balas dika seraya terkekeh pelan.

"ih.. Sudah ku bilang aku tidak pendek" sungutnya dengan wajahnya yang ditekuk mengakibatkan pipi chubby nya makin melebar.

"eh kenapa aku bisa langsung sok akrab begini. Haduh, apa kata dia nanti. Berusahalah untuk terlihat biasa shita. Hufftt" batinnya sambil menghembuskan nafas kasar.

"kamu kenapa ? Kasar banget hembusin nafasnya" tanya dika.

"ah tidak apa-apa kak lebih baik kita segera mulai saja belajarnya. Takutnya bel masuk berbunyi" ucap shita

"eh apa kamu enggak tau kalo guru-guru sedang rapat ? Kita punya waktu hingga pulang sekolah nanti" balas dika mengingatkan.

"iya kak, tapi ada baiknya kita tidak membuang-buang waktu" jawab shita sambil duduk di kursinya.

"ah baiklah mari kita mulai" ucap dika ikut duduk bersama.

Merekapun memulai kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya.

***

Pertemuan itu kembali belanjut hingga pada bimbingan kedua, ketiga hingga kesekian kalinya.

Dika pun sudah terbiasa mengantarkan shita pulang ke rumahnya sehabis melakukan bimbingan tersebut.

Hingga hari itu, dua minggu sebelum perlombaan tingkat kab/kota dimulai.
Mereka berdua terduduk di pojok kanan belakang yang menjadi tempat favorit untuk mereka.
Bimbingan terakhir dari seorang sukarno mahardika sebelum marshita berhadapan dengan perlombaan tersebut.

"nah karena perlombaan tinggal seminggu lagi kakak akan menghentikan jadwal bimbingan ini. Karena kakak rasa semua materinya sudah kamu pahami tinggal kamu ulangi saja ketika malam hari di rumahmu" ucap dika seraya menutup buku paket kimia yang dipegangnya.

"iya kak. Terima kasih karena telah mengajar dan membimbing shita dari awal hingga sekarang" jawab shita dengan senyum lebar membuat kedua mata nya menjadi dua bulan sabit yang bertemu.

"enggak apa-apa kok. Semua nya tergantung dari kamu nya. Sukses dan tidaknya kamu berdasarkan apa yang dirasakan diri sendiri. Karena walaupun banyak orang yang memberikan bimbingan namun kamu tidak mampu untuk menangkap nya kan sama saja. Intinya kamu gadis yang cerdas ta, jangan sia-sia kan itu" ujar dika yang tanpa sadar tangannya sudah hinggap dan mengelus lembut kepala shita.

"duh kak dika ! Bikin jantung ku tak normal saja. Dengarlah dia makin berdetak tak karuankan" pekik batin shita deg deg an.

"hehe iya kak" jawab syita seraya tertawa yang agak dipaksakan.

"ehm. Bagaimana akhir pekan nanti kita jalan-jalan ? Sekaligus melepas penat sebelum kamu berperang melawan soal-soal nantinya?" usul dika ketika melepas tangannya dari kepala shita.

"wah.. Boleh-boleh aku pun ingin sekali ke pantai. Rasanya sudah lama sekali tidak menginjak pasir pantai" jawab shita senang.

"oke. Kakak akan menjemput kamu diakhir pekan nanti" ujar dika.

"oke siap" balasnya seraya berberikan hormat kepada dika.

"hehe ada-ada saja kamu. Karena sudah selesai lebih baik kita kembali ke kelas masing-masing" ujar dika seraya berdiri.

"ah iya kak. Ayo" ucap shita kemudian ikut pergi.

***

Ketika janji dika yang ia ditepati membuahkan hasil dengan duduk berdua berteman semilir angin. Dika membuka percakapan kala itu.

"dik apa kau tau arti kehidupan untukmu ? Bagaimana jika kehidupan tak berjalan sesuai keinginanmu ? Apa yang akan kamu lakukan ?" tanya dika dengan mata yang masih menatap ke arah ombak yang berdebur.

"hah? Kehidupan ? Arti kehidupan bagi shita itu bagaimana kita terus memberikan kebaikan di setiap langkah, nafas dan tujuan kita. Karena kehidupan itu tidak akan selama nya ada. Kita harus memberi bekas kepada orang sekeliling kita agar ketika kita pergi nanti paling tidak kita akan terkenang dihati mereka. Yah, walaupun itu tak akan lama. Dan jika nanti kehidupan tak sesuai dengan kita inginkan pasti ada rasa marah dalam hati, namun jangan terlalu larut. Karena kita bukan sang pengatur segala nya, bisa saja itu tak lebih baik dari pada yang akan kita dapatkan nanti" jawab nya sambil ikut menatap ke arah deburan ombak

"hemm benar juga. Jika nanti kamu mempunyai masalah yang kamu sendiri tak bisa mengatasinya apa yang akan kamu lakukan ?"

"aku akan diam saja. Karena pada akhirnya walau sesakit dan serumit apapun aku yakin pasti akan ada ujungnya. Yang membuat kita bisa tersenyum kembali" jawab shita kembali

"ehmm.. Bener sih bener. Eh maaf yah. Kakak jadi banyak tanya"
Kekeh dika pada akhirnya

"hehe iya enggak apa-apa kok kak. Selagi masih bisa dijawab akan shita jawab"

"makasih dik" balas dika dengan tangan yang mengelus kepala shita

"hehe sama-sama kak"

***

Mohon maaf jika terdapat kesalahan penulisan. Free komen kok :)

Diary SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang