Awal dari segalanya

0 1 0
                                    

Pagi itu 17 agustus 2016 ketika semua warga indonesia dengan gembira nya merayakan hari kemerdekaan. Berbagai macam perlombaan dilakukan, banyak yang antusias namun tak sedikit yang hanya menganggapnya sebagai hal biasa.

Hari itu ketika para siswa sibuk berbaris untuk melakukan upacara peringatan kemerdekaan  di lapangan sebuah madrasah di kota tersebut.
Dengan tergesa-gesa seorang siswi berlari menuju barisan kelasnya.

Bruk!

"Aduhh...."

"Aih..."

Tabrakan yang tidak bisa dielakkan terjadi.

"Maaf-maaf saya tidak sengaja" Dengan menahan sakit siswi itu meminta maaf kepada seseorang yang ia tabrak.

"Ah iya tak apa. Lain kali berhati-hatilah dik.... ?" Jawab pria itu sambil melihat name tag siswi yang menabraknya.

"Marshita wardani"  ungkap si pria dalam hati.

"Terima kasih. Maaf kak saya duluan, Permisi" Pamit siswi itu dan kemudian kembali beranjak menuju barisan kelasnya.

"Silahkan dik" kata si pria ber name tag SUKARNO MAHARDIKA itu dengan senyum yang tertahan.

***

Dika Pov

Hari ini adalah hari kemedekaan republik Indonesia. Dan sudah sepatutnya kita sebagai generasi muda untuk ikut memeriahkannya.

Aku SUKARNO MAHARDIKA seorang yang diangkat sebagai ketua sebuah organisasi sekolah yang mengurusi masalah orang pingsan ketika upacara berlangsung yang biasa disebut PMR.

Pagi itu, ketika hampir lima menit lagi. Aku sebagai ketua yang sepatut nya datang lebih awal malah terlambat dengan alasan yang bahkan akupun tak dapat memahaminya.

Pagi itu juga, terjadi insiden kecil yang membuatku mengetahui nama si adik kelas itu.

Shita... Marshita wardani

Nama itu, seorang siswi yang ku tebak adalah siswi kelas X yang baru saja mengikuti upacara pertama disekolah  ini.
Mata bulat itu, wajah yang lucu dengan pipi chubby ketika meringis membuatku tak bisa menahan senyum ini.

Aih...
Tak mungkin cinta datang secepat ini.
Bahkan dia mungkin saja tak mengetahui namaku.

****

Shita pov

Hari baru, sekolah baru, suasana baru, dan orang-orang baru.
Hah...
Rasa nya baru kemarin aku masih memakai seragam putih biru itu, namun lihatlah sekarang. Dia sudah berganti warna menjadi putih abu-abu.

Hari pertama menjadi siswi Madrasah Aliyah namun sudah dihadiahi sebuah peristiwa tak mengenakkan.
Karena kecerobohanku aku menabrak seorang senior. Beruntung dia baik dengan tidak memarahiku, dan liatlah senyuman di akhir pertemuan itu. Sungguh memuakkan, semua pria selalu seperti itu.
Menunjukan ketampanan nya kepada setiap lawan jenis yang ditemuinya.

Kini, aku berada di tengah-tengah sebuah barisan. Acuh dengan apa yang sedang di lakukan didepan.
Panas yang menyengat merasuk ke dalam kulit membuat hampir seluruh peserta dalam upacara ini menjadi malas untuk mengikutinya. Tak terkecuali aku tentunya.

Ah iya.. Ketika peristiwa itu aku sempat melihat name tag nya
Sukarno Mahardika nama yang unik.

"Upacara ini terasa sangat lengkap karena dihadiri oleh presiden pertama RI, hehe " Ucapku berbisik dengan diri sendiri kemudian terkekeh pelan.


***




Langit senja menyambutku ketika keluar dari pintu balkon sore ini, iya.. Ini adalah kebiasaan ku. Melupakan kata wulan temanku yang baru saja ku kenal ketika masa pengenalan lingkungan sekolah jika anak gadis dilarang untuk keluar ketika matahari mulai terbenam nanti akan diculik setan perawan. Aku selalu ingin tertawa ketika mengingatnya.

Melihat senja di ujung hari sambil memangku sebuah buku diary. Menuliskan apa yang terjadi terhadapku seharian tadi. Aku marshita wardani, seorang gadis pendiam yang tak memiliki banyak teman. Aku begini ya karena sebuah alasan...

"Dear Diary" bisikku lembut sambil tersenyum dan mulai menulis.






***

Maaf jika ada kesalahan dalam penulisan. Free komen untuk kalian

Diary SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang