PN-22

12.5K 528 2
                                    

Selama beberapa hari, Baby tidak pernah tenang selagi Brian tidak ada di depan matanya. Semua ini gara-gara Aditya yang mengancam untuk melukai Brian. Sungguh dirinya takut sesuatu yang buruk terjadi.

Tanpa bisa ditahan, Baby meraih ponselnya dan mendial nomor Brian.

"Brian? Kamu di mana? Kok belum dateng? Kamu gak kenapa napa kan?" tanya Beby bertubi-tubi.

Brian belum tiba di sekolah dan itu membuatkannya panik. Namun Brian tidak menjawab.

Matanya mula berair. Sehingga sebuah tangan menyentuh pundaknya. Baby memutar badannya dan disitulah Brian berdiri dengan senyuman yang lebar menatapnya. Tetapi senyuman itu langsung menghilang setelah melihat air mata Baby yang bergelinangan.

"Loh? Kamu kenapa? Kok nangis?" panik Brian lalu menarik Baby ke dalam pelukannya.

"Aku fikir terjadi sesuatu sama kamu." isak Baby.

"Eh lu apain sahabat gue."

Brian meringis setelah merasakan jitakan dari Tasya yang muncul bersama Alvin.

"Sumpah gue gak ngelakuin apapun ke dia. Main jitak aja lu." dengus Brian lalu mengembalikan fokusnya untuk menenangkan Baby.

Setelah merasakan gadis di dekapannya itu mulai tenang, Brian melepaskan pelukan itu dan menatap Beby.

"Udah kan?" tanya Brian yang dibalas dengan anggukan oleh Baby.

Tanpa membuang masa Brian menarik Baby keluar dari kelas, ia tidak ingin obrolan mereka didengar oleh yang lain. Oleh itu dia membawa gadisnya itu ke taman sekolah yang sunyi sepi.

"Baby, dengerin aku yah. Gak salah kok kamu khawatir dan perhatian ke aku. Aku suka pake banget malah. Tapi jangan sampai kamu nangis gini dong. Ini udah yang ke 3 kalinya loh. Percaya sama aku, Aditya gak bakalan bisa apa apain aku. Okay? Buang fikiran negatif kamu itu." jelas Brian lemah lembut.

"T-Tapi kalau dia beneran bisa gimana?"

"Sebelum dia bisa apa apain aku, mukanya bakalan hancur duluan. Jadi kamu gak usah khawatir ya sayang."

Brian baru saja ingin membawa Baby kedalam pelukannya namun secara tiba-tiba Nadine muncul dan menarik rambut Baby dengan kasar.

"CUKUP! CUKUP! STOP DENGAN DRAMA KALIAN BERDUA! AKU GAK RELA BRY! PLEASE KAMU BOLEH MINTA APA AJA SAMA AKU. Tapi please kita balikan yah?" ucap Nadine dengan emosi tanpa melepaskan genggamannya dari rambut Baby.

Baby dapat merasakan kuku Nadine yang tajam menusuk kulit kepalanya, ditambah jambakan yang kuat itu. Baby yakin rambutnya bakalan kecabut semua kalau gak dilepas.

"Lepasin dia." titah Brian penuh penekanan.

"GAK!"

"GUE BILANG LEPAS YA LEPAS! JANGAN SAMPAI RAMBUT LO YANG GUE TARIK." suara Brian yang menggelegar itu sontak membuat tubuh Nadine membeku sangking terkejutnya dia.

Namun Nadine hanya tersenyum mengejek.

"Lo mau jambak gue? AYOK! SINI! GUE GAK TAKUT!" tantang Nadine.

Kesabaran Brian yang tipis kini sudah habis saat ditantang sepeti itu, ditambah lagi Baby yang sudah mengeluarkan air matanya. Amarahnya semakin berkobar kobar.

Ia berjalan mendekat dan melepaskan genggaman itu dari rambut Beby secara paksa. Setelah itu tangan Brian bergerak ke arah rambut Nadine dan tanpa belas kasihan menjambak nya.

"Awh"

"Ahh..."

Nadine dan Baby merintih kesakitan dalam masa yang sama. Kepala Baby terasa pusing, sekelilingnya terlihat berputar. Tanpa bisa ditahan ia pun ambruk di tanah.

Sontak Brian melepaskan rambut Nadine dan mendorong gadis itu lalu mendekat ke arah Baby yang sudah terbaring di tanah dengan darah yang mengalir di hidungnya.

"Bersiap menerima akibatnya karna lo sukses membuat gue bener bener marah sekarang." ancam Brian terhadap Nadine lalu membopong tubuh Baby, membawanya ke uks.

PPOSSESSIVE NERD (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang