Terima Kasih

16 2 0
                                    

Seorang lelaki tampak kebingungan di depan ruang UKS, bukan tanpa alasan. Ia hanya ingin memastikan gadis yang beberapa menit lalu dibawa kesini dalam keadaan baik baik saja. Biar bagaimana pun ia telah ikut campur dalam masalah gadis itu, bukankah mereka hanya orang asing yang baru bertemu. Ia berpikir akan meminta maaf kepada gadis itu nanti.

Cika yang kebetulan dari kantin lewat dengan segelas teh di tangan nya. Menatap Soni bingung. Soni yang ditatap oleh cika kemudian menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Seperti tertangkap basah.

"Lo gak masuk?" tanya Cika langsung kepada Soni. Yang ditanya hanya menggeleng kemudian tersenyum kikuk, "gue tadi Cuma kebetulan lewat" soni pun menunjuk lorong yang baru saja dilewatinya. Cika hanya meng-ohkan saja jawaban dari soni, cika harus memberikan teh ini sebelum dingin kepada Laura. "Dia baik-baik aja kan?"

Pertanyaan tiba tiba oleh soni membuat cika menoleh kebelakang dan memicingkan matanya, sedikit menghembuskan napas pada poninya dan berkata "kalo kepo masuk aja, toh lo mau nanya keadaan doang bukan mau nembak laura". Setelah mengatakan kalimat tersebut cika masuk ke dalam ruang UKS.

Soni diam

Soni bungkam

Tidak tahu mau bilang apa, selain

"sialan"

***

"lo tau gak ra?" tanya cika sambil mengemil batagor yang baru dibelinya di kantin bersamaan dengan membawa teh hangat untuk laura. Cika bisa menenemani laura di ruang UKS karna hari ini ibu ratih tidak masuk ke kelas, karena guru guru sedang rapat.

"ya gak tau sebelum lo kasih tau" jawab laura seadanya.

Cika melihat laura dengan serius "gue heran deh dengan anak baru tuh, dia nyariin lo tuh. Mungkin mau mastiin keadaan lo baik baik aja, dan yang lebih heran nya lagi dia mau masuk tapi kaya ragu gitu" cika tertawa miring melihat wajah laura yang kebingungan menatap cika sambil meniup teh yang berada di tangan laura dan mungkin teh itu sudah tidak hangat lagi

"mungkin dia suka sama lo kali" lanjut cika memperjelas maksudnya.

Laura tersedak karna saat cika mengatakan asumsi bahwa soni suka padanya ia sedang meminum teh nya "gila lo!" teriak laura kepada cika. Karna kata kata maut dari cika barusan membuat teh yang dipegang laura tumpah dan mengenai sebagian besar rok nya.

Untung teh yang dipegang sudah agak dingin, kalau tidak laura tidak akan segan segan menjambak rambut temannya itu.

"itu kan Cuma pendapat gue, gausah teriak2 juga"

"ya gamungkin lah, gila lo. Lo bayangin aja gue ketemu dia pertama kali aja kesannya ga baik. Tiba tiba lo bikin asumsi kayak gitu" jawab laura sinis

"kak adit gimana?" tanya laura untuk mengalihkan pembicaraan tentang anak baru itu

Cika menggedikkan kedua bahunya "gatau, kan gue langsung ga fokus karna lo pingsan. Gue ramal dia bentar lagi muncul dihadapan lo" laura menjawab dengan anggukan saja, lagian sudah sering terjadi seperti ini. Laura sampai bingung bagaimana caranya agar menolak kak adit dengan halus lagi, karena semua yang dilakukan laura semuanya sia sia. Mulai dari penolakan halus hingga kasar telah dilakukan laura, namun itu semua tak membuat adit—sang ketua osis itu gencar untuk mengejar laura.

Bukannya laura tidak percaya pada cinta, pengalaman kedua orangtua nya menjelaskan bagaimana rumitnya sebuah hubungan. Bagaimana ia melihat jelas penderitaan sang mama oleh perbuatan papa laura. Mungkin laura pernah menginginkan keluarga yang harmonis seperti keluarga cika yang hangat, tapi balik lagi dengan takdir seseorang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

This FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang