4 Desember 2017
"Kak Kedie! Aku masih penasaran kenapa namamu sangat aneh?"
"Bukankah namamu juga aneh?"
"Ah, tidak terlalu aneh. Orang tuaku memperhatikan tren setiap tahun."
"Dalenvi Ailata Reksa, bukankah itu masih terdengar aneh di kalangan teman-temanmu? Nama panggilanmu bahkan 'Viai', itu masih tergolong aneh loh," Kedie terkekeh di tengah keramaian kafe.
"Itu akan ga aneh jika kakak tak memasang spasi diantara kata pertama dan kedua!"
"Terserahmu Viai. Aku tak bisa lama-lama. Aku ada urusan lagi. Aku sudah mentransfer saku bulananmu. Setelah kelulusan SMAmu tahun depan, Kau akan ikut kak Kedie."
"What!? Kemana eh?" Viai terkejut sampai kedua tangannya mendobrak meja yang membuat pengunjung disekitarnya menoleh pada sumber suara.
"Viai! Jangan mempermalukanku. Permalukanlah dirimu sendiri, jangan menyangkutkan Aku," Kedie berbisik pelan.
"Bodo amat!"
"Kakak ingin menyekolahkanmu di sekolahan orang tuamu dulu."
"Benarkah? Dimana ayah ibuku dulu kuliah? Aku baru tahu kalau pendidikan orang tuaku sampai kuliah juga. Kukira hanya sampai SMA."
"Ahh, pokoknya turuti saja perkataan kakak. Kakak akan memberikan yang terbaik padamu."
"Baiklah! Aku percaya padamu. Kau sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri sejak 6 tahun silam."
"Aku memang kakakmu dodol! Aku kan yang mengadopsimu!"
"Iya-iya. Terserahmu."
"Kau nggak keberatan kalau tahun ini dan tahun depan Kau tinggal sendirian kan? Maksudnya, biasanya kan ada pembantu. Tapi ketika Kau menginjak kelas XII Kau harus pindah di apartemen dan tinggal sendiri."
"Aku tidak masalah kak. Emang kakak kerja apa sih sebenarnya? Orang tua kakak dimana? Selama kakak mengambilku dari Panti Asuhan, Aku belum pernah melihat keluarga kakak. Bukankah mereka akan menjadi keluargaku juga kan?"
"Hah, Aku sudah pernah mengatakannya kepadamu bukan. Keluargaku sedang di luar negeri. Pekerjaan mereka di luar negeri. Aku tak punya kakak. Aku anak pertama dari dua saudara. Adikku, Ia memilih ikut orang tuaku, karena Ia tahu Aku orangnya sibuk dan jarang menemaninya jika Dia ikut bersamaku."
"Mereka ga pernah ambil cuti kerja?"
"Ga usah banyak cangcimen! Cepet habiskan makanmu. Aku segera ada urusan lain!"
"Aku bisa makan sendirian kok. Kakak kan juga ga pesan apa-apa. Apa Kau sedang diet? Eoh, jangan kak. Kau udah kurus, mau kelihat tulang-tulang doang gitu?"
"Kenapa ga bilang daritadi dodol! Aku kan lagi buru-buru!"
"Selow dong. Ga usah ngegas."
"Kakak pergi dulu Vi! See you!"
"Hati-hati kalau nginjak aspal kak! Jangan diet loh!"
"Bodo amat!"
"Tu anak gak tahu apa kalau di Yurtagh lagi sibuk nyiapin ujian sama pentas akhir tahun hah? Aku masih harus menemani Jelo juga di rumah Mr. Polka! Please, tolong gantikan posisiku sehari saja! Seandainya Aku dapat meminjam pemutar waktu milik Professor Risha, Aku tak perlu repot sampai kecapekan seperti ini tiap sekolah akan berlibur," batin Kedie ketika Ia sedang menunggu di halte bus menuju taman kota dan menepati janjinya untuk menemui Mr. Polka bersama Jelo.
---
"Kau terlambat 2 menit dari janjimu, Jelo!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Livie Reona
FanfictionMemburu nyawa yang sedang berburu nyawanya sendiri merupakan tugas utama Tuan Livie Reona Gheo. Putra keturunan pemimpin Yurtagh, tempat tinggal para kaum Momaz. Manusia yang berdarah tak seperti manusia pada umumnya. Kehidupan seperti di dunia ajai...