Chapter 1

25 12 6
                                    

Natan menggerang jengah. dari tadi tidak ada satupun hal beres yang dilakukan oleh manejernya, mulai dari asisten tata rias baru yang tak punya pengalaman, baju yang tak sesuai untuk acara variety show dan kini semua jadwal-jadwalnya berantakan tak teratur.

"Lo sekarang gue pecat." Ucapnya dengan nada tegas.

"Tapi kan pak, saya baru 3 hari kerja disini." Mohon manajernya itu kepada Natan.

"Kerja lo aja gak beres." Balas Natan sembari berkacak pinggang.

"Tapi-"

Natan memegang pelipisnya pusing, "Gak ada tapi-tapi'an deh. ini gaji lo sejuta buat tiga hari belakangan ini, bdw thankyou."

Natan meninggalkan manajernya, sedikit melambaikan tangan mungilnya kemudian menaiki mobil van hitam milik agensi yang dinaunginya itu.

Natan adalah aktor papan atas dengan akting memukaunya dapat membius beribu-ribu wanita yang menyaksikannya. ditambah dengan ketampanan yang dihasilkan dari ibu berkerwarganegaraan Korea Selatan serta kekayaan dari Ayah pemilik perusahaan terbesar di Indonesia membuat Natan dimasukan kedalam kategori type ideal para wanita.

***

Hari ini turun hujan. cewek itu menatap jendela rumahnya dengan raut wajah senang. cuaca yang sempurna untuk menonton drama korea diatas kasur, cewek itu mengikat asal-asalan rambutnya, menyiapkan beberapa cemilan pelengkap.

"Sela, Natan datang tuh." Cowok itu dengan asal memasuki kamarnya.

Sela memiringkan sudut bibirnya malas, "Dasar bocah, ngetuk dulu kalau mau masuk." Balasnya sembari melempar bantal kearah cowok itu.

"Mulutnya dijaga yah mbak, gini-gini gue udah mimpi basah. artinya, gue udah dewasa." Ujar cowok itu sembari tersenyum kecil.

"Ada apaan ini." Natan memasuki kamar Sela dengan basah kuyup, mengambil handuk bercorak pink yang digantung dibelakang pintu kamar.

"Lo adek-kakak tapi gak akur walaupun selera kalian sama sih. kakaknya kdrama lovers, adeknya wibu akut." Cetus Natan.

"Bdw, ngapain lo kesini?" Tanya Sela.

"Malas gue pulang, paling rumah lagi kosong. papa diperusahaanya, mama lagi kekorsel nengok opa sama oma disana."

"Rumahnya kosong plus orangnya juga kosong ckckck." Sela membanting tubuhnya diatas kasur sembari tertawa puas.

Natan menggeleng aneh sembari tersenyum tipis.

Sudah puas terbahak-bahak, Sela berhenti tertawa, "Bdw, aktor papan atas kita ini. gak ada jadwal gitu?"

Natan memutar bola matanya lemas, "Barusan udah selesai." ia melepas jacket coklat kulitnya yang sudah terkena guyuran hujan dan melemparnya kesembarang tempat.

"Kirain udah gak laku."

"Ngaco lo Sel."

"Besok pagi lo ada jadwal gak?" Tanya Sela.

"Kayaknya, gak deh." Balas Natan.

"Temenin gue ke toko buku yah?"

"Lagi?" Natan menggeleng heran. entah apa yang disukai Sela dari membaca buku.

Sela menatap Natan sok imut, "Ikut yah Nat?"

"Iya deh." Gumam Natan pasrah.

Sela sangat cantik. kaos pink dan rok pendek menambahkan kesan keimutannya.

Sela mengelilingi satu persatu rak buku, berbagai novel best seller rata-rata sudah menjadi koleksinya dirumah. jadi, hari ini ia hanya ingin membeli buku nonfiksi saja untuk ia gunakan saat belajar.

Sudah seperti penjahat kebanyakan. Natan memakai topi bercorak hitam dan masker untuk menutupi wajahnya agar tidak ada yang mengenalinya.

"Cepetan Sel, nanti ada yang ngenalin gue."

Sela tak mendengarkan Natan, "Iya Natan, tunggu sebentar."

Sela dilema, tangan kanannya memegang buku matematika dan tangan kirinya memegang buku biologi, padahal matematika dan biologi adalah pelajaran kesukaan Sela.

"Gue beli'in deh, cepetan keluar."

"Serius?" Sela menatap Natan penuh harapan.

"Iya."

"Gue bukannya matre nih, tapi lo yang nawarin." Sela tersenyum tipis.

"Sini bukunya, biar gue bayar."

Natan berjalan kearah kasir. namun, memutar balik karena sosok yang tidak asing baginya, dia adalah Pak Aji, paparazi sejati yang memegang gelar sebagai photographer akun sosial media ternama.

Pak Aji menoleh, ia sigap dengan kameranya. sepertinya, ia juga tidak asing dengan bentuk tubuh, gaya rambut, dan kulit putih dari laki-laki dibelakangnya.

"Natan Sanjaya?" Katanya dengan suara pelan.

"Bukan pak, s-aya bu-kan Nat-an Sanj-aya." Ucapnya terbata-bata menambah kecurigaan Pak Aji.

"Natan!"

Natan menoleh begitupula dengan Pak Aji. Sela melambaikan tangan mungilnya kearah mereka berdua. sangat senang dan gembira, itu yang terpampang diekspresi wajahnya. Sela tidak tau bahwa itu adalah Pak Aji pemilik akun sosial media ternama, yang mengumbar kehidupan-kehidupan pribadi selebriti.

Sela membuat segalanya kacau. Natan mendongak ketakutan. ia takut kalau pak Aji membuat artikel yang tidak-tidak.

Sela kembali bersuara dengan nada suara yang sangat cempreng, "Udah bayar gak?"

"Natan Sanjaya?" Pak Aji kembali bertanya dan berpaku pada kecurigaannya.

Beberapa pasang mata dalam toko buku itu mulai menggebrak histeris. tidak kasir, tidak pelanggan. mereka sama saja, mulai berbodong-bondong mendekati Natan dengan tujuan meminta tanda-tangan ataupun foto.

Pak Aji pun juga sudah siap siaga dengan kameranya.

Natan membulatkan matanya, dengan sigap ia melepaskan topi beserta maskernya itu. tak lama setelah itu ia berlari menuju arah Sela.

Natan mengambil tangan Sela kasar kemudian membuang buku-buku yang menjadi pesanannya kesembarang tempat. ia kemudian berlari dengan sangat gesit keluar dari toko buku itu.

Pak Aji tak kenal kata menyerah untuk mendapatkan berita eksklusif. ia mengejar Natan dan Sela sembari memotret mereka berdua.

Untung saja ada tempat persembunyian aman. Natan dan Sela bersembunyi disela-sela kedua bangunan tua.

Pak Aji mulai pusing tujuh keliling, matanya mula menelusuri daerah sekitarnya. tak ada tanda bahwa Natan kabur kedaerah ini. ia kembali memutar arah dan berlari mencari Natan.

Natan berhadapan langsung dengan Sela. Natan memperhatikan keringat Sela yang mulai bercucuran membasahi wajahnya, baju kaos pinknya itu mulai basah akibat keringat.

Karena keadaan yang saling dekat, saling berhadapan. Natan bisa mencium bau aroma parfum dari tubuh Sela. Natan tak bisa berkata apa-apa jantungnya mulai berdetak kencang.

Sela memandang Natan serius, wajahnya itu harus terangkat terlebih dahulu demi melihat wajah Natan. mengingat tubuh Natan yang sangat tinggi. bukannya Sela tidak tinggi, Namun tubuh Natan yang lebih tinggi darinya membuat Sela lelah jika menatap Natan terus menerus.

"Gue haus Nat, wartawan itu udah pergi. kita keluar yuk."

Natan terkaku diam tak bisa berkata apa-apa. dibayangannya hanya ada Sela, Sela dan Sela.

#sampai disini dulu yah hehehehe

MY COUPLE IS IDOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang