0.3 Reyga

218 71 15
                                    

.
.
.

"Bolos?"

Pertanyaan bernada jahil itu membuatku berdecak sebal. Lagi-lagi cowok pengganggu itu. Apa yang dia lakukan disini? Bukankah barusan dia berduaan dengan pacarnya?

Cowok itu berjalan mendekat dan mengambil tempat di ranjang sebelah tempatku duduk sekarang.

“Ngapain lo kesini?” tanyaku penuh selidik pada cowok itu.

Dia adalah Theo, cowok yang tadi bersama Ishana. Pacar Ishana.

Aku mengenalnya sejak berpacaran dengan Indra sekitar lima bulan yang lalu lantaran setiap ke kantin Indra selalu mengajakku makan bersama teman-temannya yang aneh dan super brengsek. Salah satunya ya cowok ini.

Theo merupakan satu-satunya cowok di tongkrongan mereka yang berasal dari jurusan MIPA. Jadi bisa dipastikan, diantara cowok-cowok berotak kosong itu Theo yang paling pintar. Bahkan kudengar-dengar ia mendapat peringkat atas pula di kelasnya.

Indra pernah mengatakan padaku kalau Theo adalah kawannya yang paling menyenangkan. Malahan mantanku itu dengan bangga mengakui kalau Theo adalah soulmate-nya. Aku rasa pengakuan Indra itu rada berlebihan karena kenyataannya Theo sama sekali tidak menyenangkan.

Harus kuakui, Theo lumayan ganteng. Bahkan belakangan aku sadar, dia jauh lebih mempesona dari Indra. Namun berbeda dengan sobatnya yang gatal dan hobi menggoda cewek, Theo tak pernah sekalipun aku lihat dekat dengan siapapun. Kecuali Ishana.

Sialan, diam-diam aku jadi iri. Ishana yang biasa-biasa saja mendapatkan Theo yang ganteng dan pintar, sementara aku yang luar biasa ini malah dicampakkan oleh si jelek Indra yang tak punya otak.

Dunia memang tidak pernah adil.

Theo kembali menyunggingkan senyum jahilnya yang menyebalkan. “Males di kelas. Lo sendiri?”

“Sama, maybe,” sahutku cuek.

“Wah, gue kira lo anak yang rajin. Seperti saudari lo,”  katanya lagi-lagi dengan nada mengejek.

Cowok ini sangat menjengkelkan. Dalam hal ini ia persis seperti sobatnya yang sama-sama suka memancing emosi orang lain. Dengan orang seperti ini aku tidak boleh terlihat terpengaruh. Nanti dia jadi besar kepala karena berhasil mengusikku.

Sorry, gue sama cewek lo beda. Gue kira kalian berdua satu spesies, terus kenapa lo nggak belajar di kelas dan sok rajin kayak Ishana?”

“Wah, segitu nggak sukanya lo sama Anna?” tanyanya santai dengan mata yang masih tertuju kepadaku.

Aku membuang muka kemudian tanpa ragu mengiyakan pertanyaan cowok itu. “Cewek lo itu duri di hidup gue.”

Aku tahu, sejak beberapa bulan lalu Theo selalu bersama Ishana di sekolah. Sejak saat itu pula ia selalu menanyakan pertanyaan yang sama setiap kali mendapat kesempatan berbicara denganku. Dan jawabanku, tentu saja tidak pernah berubah.

Padahal aku dan Theo tidak begitu dekat. Kalau aku tidak berpacaran dengan Indra dulu mungkin aku tidak akan mengenal spesies cowok ambisius seperti Theo ini.

Tapi akhir-akhir ini dia gemar sekali SKSD denganku. Bertanya macam-macam dan mengajakku mengobrol seperti sekarang. Intinya, sangat menggangu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

1. Tangled StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang