•H

787 85 3
                                    

  Chenle merebahkan tubuhnya tepat disamping ranjang yang bersebelahan dengan Jisung.Perlahan,ia membuka gorden berwarna putih yg membatasi mereka untuk melihat satu sama lain.

"Jisung?"

"Hm?"

"Apa kau sakit?"

Jisung menggeleng.Ia sama sekali tidak sakit.

"Wajahmu pucat sekali Jisung,bisa-bisanya kau bilang jika kau tidak sakit"

Jisung jadi bingung untuk menjelaskannya dari mana.

"Percayalah,aku hanya sedikit lelah"

Chenle baru mengenal Jisung sekitar 4 bulan yang lalu.

Pada saat festival sekolah,Chenle ingat betul.

Lelaki jangkung yang ada disamping Chenle ini sangat keras kepala.Jika ditanya pasti jawabannya selalu 'baik-baik saja'.

Tiba-tiba pintu unit kesehatan  terbuka,menampakkan sosok lelaki manis berdarah China.

"Hei Chenle,apa yang kau lakukan disitu!"

Selain menghindar dari pelajaran,Chenle juga menghindar dari sang kakak sepupu.Huang Renjun.Pasti Chenle disuruh ini dan itu,sangat melelahkan.

"Aku sedang sakit"Chenle menutup wajahnya dengan bantal.

"Jangan berbohong ya,ayo kita bereskan gudang belakang"

Renjun berusaha menarik-narik lengan Chenle.

"Ih apa sih kan kita musuhan"Chenle berusaha memberontak.

Jisung tak mau ambil pusing,ia segera melangkahkan kaki nya pergi dari tempatnya berbaring tadi.

Renjun dan Chenle tidak menyadari,anehnya langkah kaki Jisung tak terdengar sedikitpun.

"Loh Jisung kemana?!"Pekik Chenle.

"Mana aku tahu"

***

Jisung harus menghindari Chenle.Bagaimanapun caranya.Apa ia harus pindah dari sekolah ini? Tapi ia sedang menyukai Chenle.

Pada kebanyakan orang,jatuh cinta itu hal yang menyenangkan tetapi tidak untuk Jisung.Di satu sisi ia senang jika bertemu dengan pujaan hati tetapi disatu sisi yang lain ia jadi khawatir akan dirinya sendiri.

Darah-darah segar itu seakan berlomba-lomba keluar dari lubang hidungnya jika ia melihat tingkah menggemaskan Chenle.

"Ah apa yang harus aku lakukan?"Ia mengacak-acak rambutnya sendiri.

Untuk saat ini,ia berada di rooftop.Walau ada larangan untuk tidak pergi ke sana,tetapi Jisung tak mengindahkan peraturan itu.Ia hanya ingin melepas semua kekhawatirannya bukan untuk melakukan hal yang aneh-aneh.


"Ada apa,Jisung-ah?"

Suara itu menghentikan lamunan Jisung.Ia hapal sekali suara itu.Orang yang pernah mengisi hatinya.

Jisung menggeleng "Bukan urusanmu,Na"

"Ah sekarang dia berani ya memanggilku tanpa sebutan hyung"Kedua tangan Jaemin mencubiti pipi Jisung.

"Hentikan"

Suara serak itu berhasil membuat Jaemin terdiam.Seolah tak ada apa-apa.

"Sung,kejadian itu sudah terjadi sekitar satu tahun yang lalu.Kau masih marah padaku?"

Raut wajah Jaemin menggambarkan kekhawatiran.

Jisung tahu akan hal itu.

"Tidak"

Jawaban singkat itu sukses membuat Jaemin terpaku.

"Maafkan a-aku"Lirih Jaemin.

"Tidak ada yang perlu dibahas,karena mu lah aku semakin dibenci oleh Jeno-hyung"

Jisung pergi dari tempat itu.Sedikit menyisakan penyesalan pada diri Jaemin.

"Mengapa aku melakukan hal itu,Jaemin"Pikir Jaemin.

***

Jisung menghampiri wali kelasnya yang masih berkutat didepan layar laptop.

"Permisi pak"

"Ada apa Jisung?"Sepertinya wali kelasnya ini sudah hapal akan suara serak milik Jisung.

"Aku ingin izin untuk beberapa hari kedepan,kepalaku sangat sakit"

Wali kelasnya tersenyum "Sudah kukatakan jika kau pulang saja,beristirahat dirumah"

Guru itu adalah guru favorit Jisung.Moon Taeil.

Disaat Jisung sedang kesusahan untuk melewati masa remajanya,Taeil seolah-olah menjadi seseorang dibalik layar.

Taeil bukan seorang guru yang pilih kasih.Ia hanya ingin membantu setiap siswanya untuk selalu bersemangat.

"Sepertinya lagi-lagi aku tidak mendengarkan perkataan orang lain"Jisung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Baiklah,pulang dan manfaatkan waktu mu untuk beristirahat"

Jisung membungkukkan badannya.Beberapa hari ini,ia akan bersantai terlebih dahulu.

Jisung-Hyung! [Chensung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang