-Aku butuh gula sebagai pemanis untuk kopi ku malam ini, lalu aku akan butuh dirimu untuk topik doa ku malam ini.
Juni, 15
---
" Mwo? Kau bekerja di bakery,Hun?"
Sehun menggapi pertanyaan Kai dengan angukan malas. " Lagian apa salahnya sih aku bekerja? Aku kan ingin mandiri."
" Kau tak terkena amnesia kan, Hun? Kita mahasiswa akhir semester yang lagi banyak-banyaknya tugas dan kau malah bekerja. Memangnya kau sanggup membagi waktumu itu?" Kai yang terus-terusan mengoceh tak jelas semakin membuat Sehun malas. Sehun heran dimana dahulu ia mendapatkan sahabat secerewet Kai ini.
" Kau ini bicara apa sih?" Jisoo yang sedang berada di counter dapur milik Sehun ikut menanggapi Kai yang dengan tanpa berdosa mengoceh tak jelas dengan mengunyah keripik kentang milik Jisoo yang beberapa menit lalu Kai keluarkan sendiri dari tas belanjaan Jisoo.
" Ani, maksudku, orang tua Sehun kaya, ibaratnya kau hanya tinggal tiduran lalu megacungkan jari dan memilih apa yang kau ingin, istana emaspun sepertinya sanggup untuk mereka membelikanmu, lalu apa lagi yang kau perlu hingga harus bekerja? Bahkan jika orang tuamu sudah tak sanggup lagi memberikanmu ini-itu kan masih ada aku yang bisa membantumu."
Jisoo meletakkan nampan berisi sirup dan beberapa potong apel segar di depan meja dekat Sehun dan Kai yang berada di depan TV menonton acara asal pencet yang sepertinya tak menarik ditonton karena mereka asik sendiri dengan laptop masing-masing. " Kau terlalu pelit Kim Kai, tolong sadarlah."
" Hey! Kau mengejekku ya!" Kai melesatkan tatapan sengitnya ke Jisoo setelah Jisoo berhasil merebut keripik miliknya.
Jisoo beralih duduk ke sebelah Sehun yang masih diam dan berkutat dengan tugas di laptopnya. " Aku bicara fakta. Kau hanya tidak pelit dengan Soojung saja. Huh.. dasar Bucin!"
Kai menutup laptopnya lalu meraih remot TV. " Bilang saja kalau kau iri padaku. Dasar jomblo akut. Makanya cari pacar sana!"
" Aku kan akan menikah dengan Sehun lalu kenapa harus repot-repot mencari pacar." jawab Jisoo santai.
" Tapi aku tak mau menikah denganmu." Jawab Sehun tak kalah santai.
"Ya! Oh Sehun! Ingat aku ini Kim Jisoo anak paling popular di kampus, banyak orang memuji kecantikan dan kepintaranku, banyak juga lelaki yang mengejarku. Lalu apasih yang kurang dariku?" Jisoo menatap Sehun yang terus sibuk mengetik.
" Kau kurang menarik bagiku. Sudah kalian berdua jangan mengangguku!" Sehun menimpali.
" Hahaha dasar pamer yang berujung penolakan hahaha.." Kai memegang perutnya dan tertawa riang sepertinya drama komedi yang ia putar di TV sudah berganti dengan drama kehidupan di depannya ini.
" Mati saja sini kau!" Ujar Jisoo sambil mendekat ke Kai dengan bantal yang ada di tangannya bersiap memukul Kai dengan segala kekuatan dalam dirinya. Kai menghindar pada Sehun sehingga membatalkan niat Sehun untuk menyelesaikan beberapa lembar tugasnya dan berakhir dengan perang bantal bertiga setelah sebelumnya Kai tak sengaja menginjak kaki Sehun dengan keras.
---
Lima menit lalu Irene sedang disibukkan dengan urusan tokonya. Pasalnya minggu depan, ia harus mengirimkan berbagai jenis roti andalan tokonya untuk ia kirimkan pada ulang tahun pernikahan dari seorang CEO perusahaan besar di Seoul. Padahal Irene baru saja menyelesaikan pesanan 1000 kuenya untuk ia hidangkan kepada para tamu di pembukaan museum baru di kotanya. Dan sekarang, Irene merasa pikirannya sangat berat sekali.
Ia sedikit merengangkan badanya agar sedikit lebih rileks sampai ketukan pintu menghentikan kegiatannya dan mengalihkan pandangan matanya menuju daun pintu itu.

YOU ARE READING
Violet Bakery
FanfictionJika pertemuan kita adalah takdir, maka jangan jadikan perpisahan kita sebagai takdir juga. - - Because it's first storyku mon bantuanna ya yeorobun hehe..