Hidup itu nggak melulu soal cinta. Belajarlah untuk menjadi pribadi yang realistis.
Beruntunglah kamu yang belum pernah menyecap pahit-manisnya sebuah hubungan. —Tere Liye
Perkenalkan aku HanaPuspitarine biasa di panggil hana. Ini cerita cintaku, cinta yang takdiharapkan, cinta monyet anak SMA. Berawal dari sekolah ku tercinta SMANusantara, semua itu terjadi.
***
"Hana, ke kelas sebelah yuk". Ajak Nur—sahabatku dari smp—dia orang nya baik, sopan,cantik, dan ia berhijab sepertiku.
"Ngapain? Aku lagi malas jalan". Jawabku dengan bosan
"Ih, kamu mah selalu gitu, kapan dapat cowoknya coba?". Sekilas aku menatap Nur dengan tatapan tanda tak mengerti apa maksud nya menyangkut paut malasku dengan cowok? Batinku.
"Ayolah Han, kamu kan tahu aku pemalu kalau jalan sendiri". Tambahnya dengan sedikit memelas.
"Lagian siapa suruh jomblo, kan gini jadinya aku yang harus temenin kemana pun kamu pergi. Aku bukan babysister mu". Balas ku dengan tatapan sinis mengejek.
"Kamu jahat banget. Aku bukannya jomblo, tapi aku single". Balas nya tak mau kalah
"Sama ajah. Sama-sama sendiri". Jawabku malas.
"Yeeee, ngapain coba bahas jomblo? Toh, kamu kan juga jomblo. Sudah ah, ayo ikut aku".
Nur menarik tanganku, aku pasrah saja kalau sudah begini. Lagian dia sudah terlalu baik samaku sering nolongin kalau aku lagi ada masalah atau sering ngasih contekan PR. Seimbang lah.
"Aku nunggu disini ajah. Kamu yang masuk". Pintaku saat Nur mulai masuk.
"Oke. Tapi jangan kabur loh".
"Hmmm". Jawab ku singkat
Aku memandang sekilas kedalam kelas XI IPA 3 tidak terlalu banyak siswa. Tiba-tiba mataku tertuju kearah cowok yang sedang memperhatikan ku juga. Cowok itu kelihatannya sok keren. Tapi, aku tak memedulikannya dan kembali melanjutkan bacaanku yang sempat tertunda akibat panggilan Nur tadi.
Aku menatap arloji yang melingkar dipergelangan tanganku, sudah 20 menit aku menunggu Nur yang tak kunjung berhenti bergosip ria dengan Lia dan kawan se-gengnya.
Aku mengenal mereka. Tapi, kenapa aku terkadang malas berbicara ataupun menyapa mereka. Tidak salah kalau mereka memanggil ku si jutek. Toh, itu tak menjadi masalah aku sih fine-fine ajah, asal mereka tidak keterlaluan.
Kaki ku mulai pegal harus berdiri menunggunya. Aku menyudahi bacaan ku dan menghampiri Nur.
"Mau sampai kapan kalian membecirakan orang lain?".sergapku dengan sinis. Mereka tersenyum meihatku Apa maksud dengan senyuman itu pikirku, tanpa hitungan detik mereka menarik tanganku dan duduk di tengah-tengah mereka.
"Apa-apaan sih kalian". Jawabku jengkel
"Ssssssttttt......" ucap mereka serempak dengan jari telunjuk melekat ke bibir. Aku hanya mengernyitkan dahi melihat tingkah konyol mereka yang tiba-tiba menyergapku.
"Kami hanya mau nanya-nanya dikit kok. Boleh yahhh?" Tanya Adel dengan mata berbinar-binar
"Iya. Kata Nur kamu itu orangnya dewasa. Jadi bisa diajak ngobrol lebih serius" tambah Lia. Aku kaget dan langsung menatap Nur mengisyaratkan maksud mereka.
"Mereka mau meminta saran padamu. Aku cuman bilang dibalik sifat jutek mu, kamu bisa ngasih pendapat apa kek buat mereka" ucap Nur menjelaskan, sesekali melirik padaku. Aku sempat menunjukkan tatapan ganasku padanya.
"Please, aku lagi galau berat nih... bantu aku dong". Mohon adel dengan mata berbinar-binar lagi mengingatkan ku pada Machii—kucing anggora dirumah nenek—aku menghempaskan nafas tanda mengalah Kali ini aku maafkan kelakuan mu bisikku dan memalingkan wajahku dari Nur.
"Mau bicariin apa?" tanyaku
"Tentang cowok"
"Kenapa dengan cowok?"
"Ihh, kamu gak peka. Aku sedang naksir cowok nih, tapi gak tahu harus gimana".
"Yah mulai dengan pendekatan". Jawabku mulai malas
"Sudah. Aku sudah mulai dari pengenalan lagi. Tapi, dianya gak mau peduli".
"Cowok mana? Kelas berapa?"
"Anak remaja masjied di komplek ku. Seangkatan tapi beda sekolah".
"Kamu suka padanya karena apa? Sudah kenal lama?" selidik aku
"Kenapa yah, mungkin karena dia ganteng, baik, sopan, ramah, soleh apalagi senyuman nya itu lohh pokoknya perfect deh. Belum lama kenal karena ngikut kegiatan remaja masjied". Jawab Adel dengan semangat.
"Usulan aku, kamu jauhin dia".
"Hah, kenapa? Aku sayang dia, kenapa harus ngejauhin dia?!"
"Sayang bukan berarti kamu cinta. Kamu bisa merasa sayang kesemua, lagian kalau dia orangnya soleh dia pasti gak mau pacaran. Ingat, kamu itu cewek jangan terlalu murahan mau ngejar-ngejar cowok kek gitu. Tahu sikap seutuhnya ajah belum pasti, langsung ngebed mau dijadiin pacar". Kata ku menusuk.
"Loh kok kamu gitu sih. Aku kan mau minta pendapat kamu, bukan singguhan mu" bantah Adel, aku bisa melihat raut muka nya yang berubah jegkel.
"Itu pendapatku, bukan singguhan. Kalau kamu sakit hati jangan salahin aku!". Tambahku sinis dan beranjak pergi ke kelas. Aku sempat melirik cowok yang sempat ku lihat tadi. Masih seperti tadi, ia selalu memperhatikanku Bodoh amat pikirku jengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
CCHCerita Curahan Hati
Teen Fiction"Sempat berpikir, kenapa Allaah mempertemukan aku dan dia? Kenapa juga pertemuan itu harus menghadirkan "perasaan" yang tak harusnya ku rasakan? Dan bolehkah aku menyalahkan perasaan cinta itu? Tidak. Cinta tak pernah salah. Dia itu fitrah(suci). Ak...