Aku duduk di bangku muka paling sudut. Memperhatikan suasana kelas yang ramai. Begini nih kalau sudah habis ulangan akhir semester, semua kelas kosong dari jam pelajaran. Membuatku lebih malas berlama-lama disekolah.
Aku mengutak-atik aplikasi yang ada di Hp ku Bosan,bosan,bosan. Nggak tahu harus ngapain sungutku. Pikiranku bimbang karena ucapan yang dilontarkan pada Adel tadi Kenapa tiba-tiba aku harus berkata begitu. Mungkin kah Adel membenciku? Bodoh, kalaupun dia membenciku itu sih salah dia. Kenapa juga harus minta pendapatku, sudah tahu kata-kata ku pedas. Apa aku harus minta maaf?tapi, tapi. Kenapa dengan diriku ini. Ahhh, sudahlah masa bodoh. Aku menghentikan argument di pikiranku.
Aku mengambil tas punggung biru favoritku dan mengenakannya. Sesaat kakiku melangkah keluar kelas Nur menghentikan ku
"Mau kemana? Ini belum jam pulang". Sergapnya
"Mau izin pulang ke piket. Lagi, gak enak badan mau demam mungkin" jawabku sedikit berbohong. Tapi tak sepenuhnya berbohong, memang badanku lagi gak enak sedikit puyeng karena mikirin kejadian hari ini.
"Mau kuantar?" pinta Nur. Aku mengangguk
Setelah meminta izin ke piket Nur mengantarku sampai digerbang sekolah. "Bagaimana dengan Adel? Dia masih marah dengan perkataan ku tadi?" tanyaku membuka pembicaraan sambil menunggu jemputan.
"Sudahlah tidak usah dipikirkan. Aku minta maaf, mungkin kalau mulutku ini gak ember kejadiaan ini gak mungkin terjadi" katanya dengan bersalah.
Aku menepuk pelan pundak Nur "Ayolah, jangan kamu yang merasa bersalah, tapi memang iya juga sih kalau mulutmu gak ember pasti aku gak bakal kayak gini" canda ku. Nur yang mendengar perkataan ku mulai berlinang, sebelum dia menangis aku tertawa melihatnya "Aku becanda Nur, jangan diambil hati. Emang tadi aku yang keterlaluan, kamu kan tahu perkataan yang aku keluarkan itu pedas semua. Harusnya mereka sudah terbiasa" ucap ku menenangkannya. "Aku heran sama kalian, hanya karena cowok kalian bisa berubah kek gini. Ada-ada sajah".
Nur menatapku dengan ekspresi heran, ia menempelkan punggung telapak tangan nya ke dahiku dan memandingkan dengan dahinya. "Aku belum demam kok" timpalku
"Bukan itu maksudku. Tapi perkataanmu tadi, masak kamu gak tahu. Adel itu begitu karena ia sedang Falling in Love" jawabnya mulai bersemangat kembali.
"Iya, aku tahu tapi biasa ajah. Aneh juga ngeliatnya. Kalau cinta gak gitu-gitu amat, dekskripsi ku tentang cinta, cinta itu hanya dirasakan dan dingertiin. Nggak perlu ada perubahan sikap biar terlihat sempurna didepan pasangan" ucapku panjang lebar.
"Ihhh.... Kamu ini. Semua orang pasti beda dalam merasakan dan memahami cinta. Contohnya, film Thailand "Crazy Little Thing" yang pemeran utama cowok nya Mario Maurer sebagai Top dan ceweknya sebagai Nam. Nam itu orangnya jelek dan bodoh, tapi karena cinta pertamanya pada Top, ia mulai berubah jadi cewek yang cantik dan pintar. So, cinta itu bisa membuat kita menjadi seseorang yang dulu buruk jadi baik. Understand??" balas Nur tak kalah panjang.
"It's film no reality!".
"Pasti ada yang nyata".
"Iya, tapi ujung-ujungnya brokenheart dan gantung diri. Tamat. The end".
"Kamu itu kenapa sih gak pernah serius dengan namanya cinta? Aku tahu kamu jones, tapi gak gitu juga kalik. Kalau temen lagi bahagia karena cinta kasih support kek, jangan malah bikin down".
"Tuh kan aku juga yang salah. Aku bukannya gak serius, tapi belum serius. Lagian masih kecil, masa puber doang cintacinta monyet semua. Nikmatin dulu kesendirian say to brokenheart and yes a freedom" ucapku dengan senyuman sinis.
"Serah deh, kalau ngomong masalah cinta kamu pasti bakal menang. Ucapan mu tadi kupegang" ucap Nur mengalah
"Baru nyadar" ejekku
"Aku sadar kok, kamu gitu karena kamu iri sudah lama JONES" tambah Nur, seperti mengejekku kata jones ia tekankan. Aku menatap tak terima perkataanya tadi "Sudah, sonoh pulang tuhh mobil jemputan mu sudah datang. Bye-bye " tambahnya dan segera masuk sebelum tanganku hampir menjitak nya Sialan. Awas kamu batinku kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
CCHCerita Curahan Hati
Teen Fiction"Sempat berpikir, kenapa Allaah mempertemukan aku dan dia? Kenapa juga pertemuan itu harus menghadirkan "perasaan" yang tak harusnya ku rasakan? Dan bolehkah aku menyalahkan perasaan cinta itu? Tidak. Cinta tak pernah salah. Dia itu fitrah(suci). Ak...