🐥 - ; four

12 2 10
                                    

"ray lu betah amat si sama si alan" celuk alexa tiba-tiba saat bu ros sedang menerangkan bab tata nama senyawa.

"ya gimana ya lex, gua juga udah ga betah. lagian dia sibuk mulu sama kerjaannya" balasku sambil menggoreskan tinta hitamku dan mencatat beberapa materi yang di sampaikan bu ros.

"lu gaada niatan putus gitu?" tanya alexa.

"gatau deh" jawabku malas.

"eh btw ray, gua lagi naksir cowo nih" ucap alexa yang cukup mengagetkanku, secara alexa susah suka sama cowo. seleranya dia udah setinggi Taehyung BTS.

"tumben lu, siapa weh?" tanyaku penasaran.

"kepo aww" tawanya mengikik. persis seperti kunti.

"araya! alexa! maju kedepan! kerjakan semua soal di papan tulis!" perintah bu ros tiba-tiba.

seluruh kelas memandang diriku dan alexa, mampus. fyi nih, bu ros kalau ngamuk, mengerikan.

"e-ee anu bu s-ssaya b-bbelu..." ucap alexa grogi. dia takut dengan bu ros.

"gabisa? kalian merhatiin saya tidak tadi? sudah pintar? keluar kalian berdua!" amarah bu ros meledak.

lantas kami berdua keluar kelas dengan berpasang-pasang mata melirik ke arah kami. malu coy serius.

——————————————————

malam pun datang. aku sedang di café favoritku, café casa namanya. disini dimana pertama kali aku bertemu alan, mengikat janji, dan bersenda gurau.

sebenarnya aku rindu dirinya, tapi dia hilang begitu saja.

"ray, mau sampai kapan lu kaya gini sama alan?" tanya reno, sahabatku. memang dia kuajak kesini, biar ngga keliatan jomblo gitu.

"eh ren gua tadi disuruh keluar kelas sama bu ros masa" usahaku mengalihkan perhatian. malas aku membahas dia.

"ray, jangan alihin topik" mata reno memang menakutkan, kucing sekolah aja takut liat dia.

"gua mau putus ren, tapi gua masih sayang dia" jawabku malas.

"oh lu mau putus sama gua ray?" pemilik suara itu... tiba-tiba duduk dimejaku dan reno. badanku seketika beku, mulutku gagu, dan jariku hanya bisa memainkan sedotan dari red velvet ku.

ya, dia alan. sosok yang sangat aku cintai "pada masanya" yang tiba-tiba datang di saat yang tidak tepat.

"long time no see, bro" sapa reno pada alan, dia pintar menyairkan suasana.

alan hanya menatap reno dan reno kembali terdiam, alan kembali menatapku.

"benar begitu? ara?" ucapnya.

aku benci nama ara. nama yang dia berikan padaku dan hanya dia yang boleh memanggilku ara.

dengan sekuat hati, aku menatapnya balik dan membalas ucapannya.

"iya, kita putus ya. gua udah kebiasa tanpa lo. makasih atas semuanya" ucapku sambil menenteng tasku dan membawa red velvetku pulang.

"ren, anterin gua" perintahku pada reno dan dia langsung mengerti.

"sialan!" ucap alan mengejutkan pengunjung cafe.

yaudah si, lupain ae.
cape.

🌜- ; f a d e dTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang