Sendiri

396 30 3
                                    

Di sebuah rumah megah terkumpul keluarga yang tampaknya sangat bahagia. Keluarga itu terdiri atas orang tua dan keempat anaknya. Eh bukan tapi ketiga anaknya , karena si bungsu dari keluarga mereka tidak diakui. Entah kenapa mereka tidak mau mengakui anak keempatnya ini.

Mereka sedang bersenda gurau dalam ruang keluarga tanpa si bungsu.

"Appa hari ini aku dapat nilai bagus loh." Kata si anak ketiga dengan bangga memperlihatkan hasil ulangannya.

"Wah benarkah , anak appa memang hebat." Berbicara dengan mata berbinar karena bangga.

"Alah jangan percaya dengannya appa , paling - paling nilainya bagus hasil nyontek."

"Hush anak mama kenapa bicaranya seperti itu, Jimin memang pandai jadi jangan bicara seperti itu Yoongi, kasihan adikmu." Menjitak kepala Yoongi.

"Aduh... Eomma sakit tau, tadi aku cuma bercanda kok."

"Apa bercanda seperti itu lucu hyung? Itu tidak lucu sama sekali, hyung jahat." Jimin memberengut kesal.

"Emang tidak lucu tapi aku suka haha."

"Aish hyung, aku sudah tak nyontek lagi sekarang hyung."

"Oh begitu ya, aku tak peduli adikku yang manis."

"Eomma appa lihat Yoongi hyung sangat menyebalkan."

"Sudahlah kalian berdua, ah iya Yoongi apa ada kabar gembira untuk kami?"

"Tentu ada appa, aku diangkat menjadi kapten tim basket karena paling banyak mencetak skor."

"Ah baiklah itu berita yang bagus anakku."

"Ah iya kalian memang anak eomma yang hebat." Tersenyum bangga.

"Tapi hyung kan bantet mana mungkin mampu memasukan bola ke ring lawan hihihi?"
Jimin terkekeh dengan pertanyaannya sendiri, mengingat hyungnya yang tubuhnya pendek.

"Aish kau ini dasar adik durhaka, kakakmu ini kan pandai tentulah bisa, dan apa kau bilang tadi aku bantet ? Bukankah dirimu juga sama bantetnya denganku?"

"Oh iya ya .... Haha maaf hyung aku lupa, tapi kan hyung lebih pendek dariku."

"Ah sudahlah bicara denganmu membuatku jengkel saja."

"Sudah sudah lebih baik kita makan malam diluar sekarang untuk merayakannya."

"Siap appa ayo berangkaaat."

Menyadari ada anggota keluarganya yang kurang eomma mereka bertanya "eh....eomma rasa ada yang kurang..... Kemana seokjin ... Apa kalian melihatnya?"

"Iya eomma.... Seokjin hyung dan taehyung juga harus ikut juga kan?" Tanya Jimin.

"Hah... Saeng kenapa kamu sebut juga anak sial itu, biarlah dia dirumah , yang harus kita cari hanya Seokjin hyung!?"

"Ahh... Tapi kan hyu...." Belum selesai dengan perkataannya dipotong oleh Seokjin yang tiba - tiba muncul.

"Sudah... Lebih baik kita berangkat, ngapain juga kamu memikirkan anak sial itu" Seokjin yang tiba - tiba muncul dibelakang mereka.

"Astaga.... Hyung kau mengagetkanku.... Iya deh hyung....siapa juga yang memikirkannya aku cuma mau bilang kalau barangkali dia bisa kita suruh"

"Tidak perlu.... Paling - paling juga cuma bikin repot kita saja... Kajja kita berangkat" Yoongi.

" Yoongi benar... kajja kita berangkat"

Tanpa mereka sadari seseorang memperhatikan mereka dengan tatapan sendu.
Apakah kalian tahu siapa dia,
Dia adalah si bungsu Kim Taehyung.

Apakah dia sangat tidak ada gunanya sampai - sampai tidak ada yang menganggapnya bahwa masih ada orang lain disana.
Dia punya keluarga tapi serasa hidup sendirian.

Ketika keluarganya saling tertawa , dia hanya bisa diam membisu mengamati mereka dari jauh karena mendekatpun tidak ada gunanya. Karena bukan kasih sayang yang akan dia dapatkan melainkan kebencian.

..........
.......
.
..........
.......
.
..........
.......
.
..........
.......
.
..........
.......
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.

Blood Eyes   (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang