Hard To Say Goodbye•AlixRaib

1.7K 75 52
                                    

Aku sedang bersiap untuk kelulusanku hari ini. Aku sangat senang, sekaligus sedih. Senang karena bisa lulus dengan nilai terbaik ketiga, dan sedih karena harus meninggalkan dua sahabat baikku.

Aku akan melanjutkan kuliah di London. Siapa yang menyangka aku di terima di sana? Aku juga masih tidak percaya.

"Ra! Sudah selesai? Papa akan mengantarmu. Cepat, ya!" Mama mulai berteriak padaku, menyuruhku untuk cepat bersiap.

Aku sudah selesai dengan acara 'dandan' nya. Aku tidak pergi ke salon. Aku bisa merias diri sendiri di rumah. Jadi, buat apa ke salon?

Aku turun ke bawah dengan mengangkat rok ku sedikit. Aku melihat Papa dan Mamanya yang menatapku kaget.

"Astaga, Ra. Kamu beda sekali," ujar Mama sambil menutup mulutnya karena kaget.

Aku terkekeh. "Nggak, kok. Lagian apanya yang beda?" tanyaku polos. Sengaja dipolos-polosin sebenernya.

"Kamu beda banget hari ini, Ra. Sudah, yuk. Papa antar ke sekolah."

Aku mengangguk. "Mama ikut, kan?"

Papa mengiyakan, kemudian menyalakan mesin mobil. Aku berjalan mengikuti Papa, diikuti Mama di belakangku

Skip

Sesampainya aku di sekolah, aku segera turun, disusul Mama dan Papa, kemudian langsung menghampiri kedua sahabatku sekaligus Ily di aula sekolah.

Aku tertegun saat melihat Ali. Bahkan aku harus melihat Ali dua kali.

"A-Ali?"

Yang dipanggil pun menoleh. "Ya, Ra?"

Aku menghembuskan nafas. "Oh syukurlah. Kukira salah orang."

Ali membuka mulutnya tidak percaya, kemudian tertawa. "Aku tampan ya, Ra? Sampai kamu melihatku dua kali. Kamu juga nampak berbeda, Ra. Kukira tadi bukan kamu yang memanggilku."

Aku mendengus. "Kepedean!"

"Sudahlah, Ali. Raib kan memang begitu. Tsundere." Papa terkekeh melihatku.

Aku melotot. "Tsundere dari mana!"

Sedangkan Seli dan Ily hanya tertawa. Aku menatap mereka berdua tajam. Kemudian aku merasa ada sesuatu yang janggal antara Seli dan Ily. Aku tiba-tiba tersenyum miring.

"Kalian berdua," aku menunjuk Seli dan Ily, "ada sesuatu, ya? Seli nempel sama kak Ily mulu dari tadi."

Wajah Seli seketika itu juga langsung memerah. Wajah Ily juga ikut merah. Aku tertawa melihatnya.

"Sudah kuduga. Kalau bukan karena Seli, kak Ily nggak bakal dateng ke sini." Aku tertawa lagi.

Tiba-tiba Ali nyeletuk, "Acaranya sudah mau mulai."

Aku dan Seli mengangguk. Sedangkan Ily menunggu di salah satu kelas X yang berada di lantai bawah bersama kedua orang tuaku, juga orang tua Seli.

Ali menarik tanganku dan Seli. "Kita harus memanfaatkan waktu ini. Doakan semoga kita bertiga bisa satu kampus!"

Aku yang mendengarnya seketika tersenyum kecut, kemudian ikut mengangguk. Seperti biasa, Seli sangat ceria.

Oneshot Bumi SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang