Manusia selalu memiliki kenangan dalam hidupnya, entah itu manis atau bahkan kenangan pahit yang membelenggu jiwa. Sesulit apapun ujian dalam hidup, manusia hanyalah sang pemeran yang harus setia menjalankan skenario tuhan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
2011Dua anak manusia duduk berdampingan di sebuah taman di tengah kota, sesekali mereka tertawa dan si gadis tersipu malu.
"Kalo aku suatu saat nanti pergi, jangan pernah berpikir aku melupakan semua ini,karena aku bukan manusia pelupa"
Ucap Syafa sambil merangkul kakanya.
"Jadi manusia itu jangan hidup di bayang-bayangi kenangan. Kamu nanti akan lebih banyak merasakan sakit karena terlalu terlena dalam penyesalan. Kenangan itu penyesalan loh, kamu akan selalu merasa,kenapa semuanya tak bisa di ulang kembali untuk di perbaiki".
Zakie menyelipkan surai adiknya lembut." oh ya, berarti suatu hari nanti aku dan semua tentang aku di hidup kamu jadi sebuah penyesalan. Hmm terdengar jahat ya"
"Kamu sih kecuali, kan kesayangan aku"
"Kalo Dinda ?" Tanya Syafa telak membuat Zakie diam dan berpikir
Zakie menghela napas berat.
"Dia bukan penyesalan, dia hanya sebuah ujian. Aku pernah berbuat salah mengorbankan kamu dan bertahan dengan dia. Nyatanya kamu yang masih disini. Di samping aku. Setia banget sih kamu. Dasar jomblo"
Tawa Zakie menyeruak"Kata siapa jomblo... ih. Bertahan dan menunggu ya. Aku sempat merasa kalo takdir terlalu jahat membiarkan kaka datang dan pergi. Aku sakit loh".
Zakie menoleh, dia melihat ada raut kecewa di wajah adik kecilnya."Aku takut, takut kehilangan kaka. Tapi faktanya kaka memang hilang. Hari itu tuhan menunjukan sebuah kejaiban"
"Apa.?" Zakie penasaran
"Ingat hari dimana kamu kembali menghubungi aku melalui sosial media.?" Zakie mengangguk.
"Aku menuliskan puisi tentang kaka saat itu. Hari itu aku tak pernah lepas memikirkan kesalahan apa yang aku perbuat sampai kamu pergi tanpa pamit. Aku berpikir, mungkin karena aku bukan siapa* kamu jadi gak ada alasan untuk kamu harus pamit. Tapi entahlah aku masih saja memikirkan kaka. Apa itu namanya rindu ya..? Tapi sakit. Aneh loh 30 menit setelah puisi itu aku unggah ternyata kamu hadir lagi dan itu menyesakan sekali. Aku nangis. Kenapa tuhan begitu pintar mengolah pertemuan dan perpisahan kita"
Seperti ada batu yang juga menghujam dada Zakie, wajahnya juga terlihat sendu.
"Maaf" jawabnya lirih. "Dari mana kamu tahu tentang dinda.?"
"Aku lihat dari gitar kaka, ada nama dia disana. Dan aku sadar. Aku siap di lempar"