The Truth

388 52 1
                                    

Namjoon kembali ke packnya, rumah besarnya terasa sepi walau waktu baru menunjukan pukul tujuh malam.

"Kau sudah kembali?" Ibunya datang menghampirinya, mengelus pelan punggung sang sulung.

"Iya, ada beberapa dokumen yang harus aku tanda tangani" ujar Namjoon, pria jangkung itu menarik pinggang ibunya dan mengecup pelan pelipis sang ibu, membuat ibunya tersenyum hangat.

"Kau sudah sangat besar, seingat eomma kau masih sebesar ini saat terakhir kali kau berpamitan akan pergi ke camp pelatihan para Alpha" cerita ibunya sambil menunjuk perutnya, mengingat terakhir kali ia mengecup sang anak sulung.

"Itu sekitar 50 tahun lalu eomma, dan kau masih terus mengingat masa itu?" Ledek Namjoon, mereka terus melangkah kearah halaman belakang dan duduk disalah satu kursi taman panjang disana.

"Iya aku mengingat bagaimana ayahmu yang sangat keras itu menitikan air mata pertama kalinya saat kau lahir ke dunia ini. Ia bahkan dengan bangga menyebut dirinya ayah" Namjoon tersenyum mendengar kisah sang ibu.

"Aku sudah sebesar ini, eomma harus belajar menerima kenyataan" sang ibu menatap Namjoon malas. "Kau, kembalikan anak ibu yang lucu dulu itu, dirimu yang sekarang hanya memikirkan pekerjaan dan wilayah saja, tak ada bedanya dengan ayahmu itu menyebalkan" omel sang ibu membuat Namjoon justru tertawa semakin lebar, hingga obrolan mereka terhenti saat Taehyung masuk kedalam rumah terburu-buru.

"Eomma, dimana appa?"

"Dia sedang memeriksa perbatasan ada apa tae?"

"Eomma, Jimin hyung mengamuk" lapor Taehyung, membuat sang ibu terkejut. "Namjoon antar eomma kesana" ujar sang ibu. Tak butuh waktu lama bagi Namjoon melakukan shift dan mengantar ibunya sampai ke tempat yang ditunjuk Taehyung.

.
.
.

Sesampai disana mereka melihat serigala Jimin mengeram marah pada semua orang, mencakar dan menabrakan mulut serigalanya didalam penjara kaca.

"Kenapa Jimin ada didalam sini?!" Teriak ibu mereka panik, Jimin terluka, serigalanya terluka, namun masih saja serigala itu mengaum marah pada semua orang yang saat ini menatap dirinya dari luar penjara kaca yang tebal itu.

"Eomma tenanglah" ujar Namjoon, setelahnya Namjoon menoleh kepada Taehyung yang menatap Jimin, raut wajahnya tidak terbaca.

"Taehyung kemari" Namjoon menarik pergelangan tangan Taehyung pelan, ia tahu emosi Taehyung juga belum stabil.

"Ada apa tae?"

Setelahnya Taehyung memeluk Namjoon, menangis tanpa suara disana.

"Ada apa?"

Setelah menghapus kasar air matanya, Taehyung menatap Namjoon.

Satu lagi, pantang bagi seorang Alpha untuk menangis.

"Jimin menemukan matenya, tapi dia ditolak" Mata Namjoon berkilat kuning, segala macam umpatan keluar dari mulutnya.

"Siapa dia?"

"Kita tidak bisa membunuhnya hyung, walau ia telah menolak Jimin hyung" jawab Taehyung, mengusap wajahnya kasar.

"Aku tanya siapa dia?!" Bentak Namjoon, Taehyung menggangkat wajahnya menatap Namjoon sengit setelahnya Namjoon tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun.
















"Beta, Min Yoongi"








■■■












Namjoon berdiri di depan pintu masuk rumah pamannya.

Pamannya yang saat ini berbaring lemah diatas peti matinya. Terbujur kaku kebiruan, tidak ada lagi suhu tubuh hangat khas Beta miliknya.

Dominan [V. K // M. Y // N. J]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang