4

1.1K 148 5
                                    

Jangan bosen ya:') panjang banget ini:v

°•°

can i not like you for a while?

Of course i can

't.

°•°

Kalau biasanya saat istirahat 'tiga serangkai'—Anan,Yuna danYujin— memakan jajanan mereka di kelas, kali ini ketiganya sepakat untuk mencoba suasana baru.

Makan di kantin sekolah yang ukurannya tidak seberapa, meja yang selalu penuh setiap harinya, desakan orang yang saling menyerobot dari beberapa stand favorit, udara yang panas dan sesak, belum lagi teriakan murid-murid yang, entahlah, mungkin cari perhatian(?) Itu begitu memekakan telinga.

Sungguh, Anan begitu malas. Untuk mengante demi membeli lima ribu batagor saja ia lebih suka menitip pada orang yang dikenalnya.

"Kali-kali makan di kantin, dong. Pliss, gue pengen ketemu sang pujaan hati."

"Nanti gue kasih tau, deh. Kakak kelas yang lagi gue taksir. Ganteng bangeeeett, sumpah. Tipe ideal gue. Jadi, Makan di kantin, ya?" bujuk Yuna, membuat Anan tergerak juga karena penasaran terhadap kakak kelas yang diincar gadis berambut merah itu.

Disinilah mereka, di salah satu meja yang terletak agak jauh dari keramaian. Sudut ini memang kebanyakan diisi oleh anak-anak yang hanya ingin makan dengan tenang, tidak seperti di tengah yang kebanyakan diisi oleh anak-anak populer dan para pencari perhatian.

Pulpen mulai diputar, ketiga perempuan itu sama-sama gugup. Tidak ingin menjadi orang yang mengantre dan membawakan pesanan milik semua temannya.

"Semoga jangan gue," Anan memenjamkan matanya, berdoa sepenuh hati.

Ayolah, pesanan kedua temannya ini sama-sama jajanan favorit. Mana mau ia mengantre, sementara banyak orang yang kelak akan menyerobotnya?

Sial.

Dewi fortuna rupanya sedang tidak berpihak padanya. Ia mengumpat pelan ketika ujung pulpen itu menunjuk ke arahnya.

Baru saja Anan ingin protes, Yujin berseru, "Mingyu!"

Ah, itu dia. Gebetan Yujin. Anak IPA 3 yang duduk di bangku paling depan. Murid teladan. Tentu sangat tampan, apalagi kalau kaca matanya dilepas.
.
.

Mungkin semuanya berawal ketika Bu Sunny memanggil Yujin untuk mengerjakan soal nomor dua di papan tulis.

Yujin agak lemah di pelajaran matematika, maka ketika namanya disebut, ia sangat gelisah. Melihat bukunya yang kosong belum terisi, Keringat dingin mulai bercucuran, takut dimarahi oleh guru yang amat tegas itu.

Anan dan Yuna bukannya tidak ingin membantu, mereka pun baru selesai mengerjakan nomor satu. Langkahnya terlihat gemetar karena gugup.

Ketika ia mengambil spidol dari meja guru, Bu Sunny tersenyum sambil bertanya, " Kamu tadi memperhatikan, kan?" Yang hanya bisa dijawab senyuman pahit oleh Yujin.

Memperhatikan, sih, iya. Tapi cara Ibu menjelaskan membuat murid-murid yang berotak standar tidak begitu paham, bahkan tidak paham sama sekali:')
ternyata sedang fokus memaikan ponselnya.
Yujin mulai menuliskan soal sambil takut-takut melirik Bu Sunny yang Gugupnya sedikit berkurang.

Yujin memandang lama soal didepannya. Ah, masa bodoh tentang dimarahi di depan kelas, masa bodoh ia dipermalukan di depan kelas. Karena yang namanya teman, tidak mungkin tertawa di atas penderitaan kawannya.

Ex ; Kim YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang