Milikku.... disentuh

23.4K 227 2
                                    

Aku Anastasya Fradella, seorang gadis yang sekarang memasuki dunia perkuliahan. Berkat ayahku dan segala harta yang dimilikinya, aku dapat meneruskan pendidikanku. Sekarang beliau duduk di kamarnya menatap jendela... tak bergerak. Yah beliau suka sekali duduk didepan jendela melihat pemandangan indah diluar, taman penuh bunga mawar merah kesukaanku. Merah... aku suka merah. Tidak ada siapa-siapa dirumah. Hanya aku, dan ayahku yang tidak pernah keluar sekarang. Hanya duduk menatap jendela sepanjang hari, faktor usia yang kian senja mungkin.

Aku kuliah seperti biasa. Dijemput oleh kekasihku, namanya Alfiansyah. Alfi.... yah kami pacaran sejak kelas 12 SMA dulu, dan sampai sekarang pun kami tetap bersama. Aku belum sempat memperkenalkan pacarku kepada ayah. Ayah terlihat tidak ingin diganggu, atau mungkin hanya aku saja yang tidak ingin menemuinya, tidak ingin mengganggu tepatnya. Sudah lama sekali aku tidak berbincang dengannya.

Kami berangkat menaiki mobil hitam milik Alfi. Dan sekarang aku tersadar ada yang berbeda dengan mobil ini. Harumnya berbeda. Aku tau bahwa Alfi adalah anak yatim piatu, setahun yang lalu keluarganya meninggal kecelakaan pesawat, lalu ini... parfum siapa..?

"Mobil kamu baunya aneh fi.." Ucapku mulai menyelidiki. Yang kutanya justru terkejut, dan sedikit ragu untuk berkata.

"B-bau apa sih yang, parfum kamu kali" Dia sedikit tergagap saat menjelaskan kepadaku.

"Apa aku mengatakan parfum?" Dia sedikit terlihat menegang, aku menyeringai, memiringkan kepalaku kekiri, apa akan ada pertunjukan kali ini?

"Aku ganti pengharum mobil yang, baunya emang agak aneh. Nanti aku ganti deh" Dia mulai tenang kembali, melihat diriku dengan senyum paksanya.

Aku hanya membalas dengan senyum tulusku, sebelum semua senyumku tak pernah Ia lihat lagi.

~~~~~~~~~

Aku tak pernah ingin menguntit atau apapun yang membuat Alfi tidak nyaman. Dia bebas bermain dengan siapapun. Aku tidak ingin mengekangnya. Toh aku tidak rugi sepersen pun.

Jika sepulang kuliah biasanya aku diantar oleh Alfi, akhir-akhir ini dia tidak mengantarku. Sibuk katanya. Ya aku akui kuliah membuat kepalaku pening karena tugas dan harus belajar ini dan itu. Aku membiarkannya, aku juga bukan tipe cewek yang manja minta diantar kesana kemari, dia pacarku bukan tukang ojek.

Sebelum pulang sekolah aku mampir ke loker punyaku disekolah. Aku memutar kunci untuk membuka lokerku. Saat kubuka lagi-lagi ada kertas. Kertas warna merah kesukaanku. Terhitung 1 minggu hingga sekarang.

"Aku menyukaimu" Hari pertama,

"Lebih tepatnya mencintaimu" Hari kedua,

"Kenapa mengabaikanku?" Hari ketiga,

"Aku... lebih baik dari dia" Hari keempat,

"Aku akan selalu menunggumu" Hari kelima,

"Aku.... tau semuanya tentangmu" Hari keenam,

"Apa.... lebih baik dia kubunuh?" Hari ketujuh.

Ini keterlaluan. Dia tidak jahat. Alfi tidak jahat, kenapa harus dibunuh. Siapa dia, siapa yang mengirim surat ini kepadaku? Aku yakin dia cowok, pasti cowok karena aku cewek. Kecuali jika dia lesbian sih. Aku tidak ingin menceritakannya kepada Alfi. Aku tidak ingin dia tahu. Ini masalahku dan dia tidak ada sangkut pautnya dengan ini. Tapi hari ini, surat ketujuh nya menarik Alfi dalam masalah ini.

Mau tidak mau, suka tidak suka aku harus kerumah Alfi menyelesaikan masalah ini. Teror ini mengusikku karena membawa nama orang lain didalamnya. Dan aku tidak suka, apalagi yang terbawa adalah pacarku. Aku memutuskan untuk mampir ke apartemen Alfi tanpa memberitahunya.

Aku sangat tahu jalan menuju kesana, dulu waktu awal pacaran aku sering main kesana. Sejak kuliah aku tidak pernah kesana lagi karena banyaknya hal yang harus kuurus. Aku memberhentikan taxi dan memberitahukan alamat yang akan aku tuju.

Cukup 20 menit dan aku sampai dengan selamat tanpa lecet apapun ditubuhku. Aku membayar dan mulai keluar dari taxi memasuki gedung tempat apartemen Alfi berada.

Lantai 3 no 305. Aku sangat hafal. Aku menaiki lift yang ada disini, menekan angka 3 dimana apartemen Alfi berada.

Terdengar bunyi 'TING' menandakan aku telah sampai dilantai yang aku tuju sebelumnya. Aku berjalan santai, dengan senandung kecil yang terdengar lirih dari mulutku. Sampailah aku. Masih sama. No 305. Aku menekan password yang dulu pernah Alfi beritau padaku.

Terbuka. Dia bahkan tidak mengganti pasword apartemen nya.

Segera kubukan dan yang terpampang adalah.... ruang kosong yang penuh dengan suara desahan menjijikkan perempuan. Ruangan ini masih sama rapi dan bau khas seorang laki-laki. Hanya saja sekarang bau ini tercampur dengan parfum perempuan yang feminim juga suara desahan ini... astaga apa ini. Suara hina ini tak kunjung usai.

Suaranya bahkan bersahut-sahutan, emang dia anjing yah?

Suara hina itu terdengar bahkan sekarang berteriak. Aku yang tidak tahan segera mencari sumber suara itu dan menemukan kamar pacarku yang sedikit terbuka. Kuintip sedikit dan yang kulihat sungguh.... kelakuan bejad pacarku seperti ini ternyata heh?

Aku membuka pintu perlahan, melebarkan pintu yang tadi sedikit terbuka. Aku duduk bersila disamping pintu yang kubuka tadi dengan dagu bertumpu ditangan kananku. Mereka bahkan tidak menyadari kehadiranku, sibuk dengan nafas mereka yang tidak teratur. Mereka mulai tidur tanpa menyelimuti tubuh masing-masing, apa mereka tidak malu aku lihat ya? Ah iya mereka tidak tau aku disini. Apakah harus kuberitau mereka?

"Aah sudah ya acaranya? Enak ya sayang main kuda-kudaanya? Hihihi" Mereka terkejut bukan main, bahkan Alfi hampir terjengkang, dia memang mudah kaget. Aku tersenyum manis padanya yang sekarang terlihat kesusahan meneguk ludahnya. Cewek itu tidak jauh berbeda dengan Alfi, dia kesusahan menenguk ludahnya sendiri dan cepat-cepat menutupi tubuhnya sendiri. Aku kenal dia, namanya Niyandra. Niya, gadis ini.... ups maksudku wanita jalang ini kuliah ditempat yang sama denganku, hanya beda jurusan. Dia di jurusan kesenian atau apalah-apalah itu aku tidak peduli.

"HAHAHAHAHAHA" Aku tertawa menertawakan mereka. Terlihat sekali mereka ingin menutupi 'barang' mereka masing-masing.

"Kenapa ditutupin? Aku udah liat kok dari tadi hihihi bego banget sih. Pacarku kok sama bego-nya sama cewek jalang ini? Bukannya kamu yang ngajarin semua pelajaran yang aku gak bisa? Tapi ini...? Astaga sayang aku gak tau ternyata ada bego yang terselip di otakmu itu, maaf yah aku gak sadar" Ucapku santai dengan sedikit cekikikan karena mereka bahkan tidak bergerak seinchi pun dari tempat mereka 'main' tadi.

"Kok diem mulu? Bisu ya? Atau budeg? Yaudah deh males ngomong sama orang dungu" Aku benar-benar malas jika lawan bicaraku tidak membalas perkataanku.

"AKU KIRIM PESAN AJA YA SAYANG NANTI. KALIAN LANJUTIN AJA YA 'MAIN' NYA. AKU GAK MAU GANGGU. KAMU TIBA-TIBA BUDEG SIH JADI LEWAT TEKS AJA YAH, ITUPUN KALO KAMU MASIH BISA BACA, KAN KAMU BEGO SEKARANG" Ucapku sambil berteriak, takut dia tidak mendengarku karena tiba-tiba budeg dan bisu. Huft ternyata pacarku bego ih. Aku melenggang pergi begitu saja meninggalkan mereka yang terlihat cengo, pas sekali buat orang-orang bego seperti mereka.

Cemburu? Pftt... Buat apa? Toh gak bisa dikembalikan seperti semula kan. Tapi bukannya aku melepaskan mereka begitu saja. Anak nakal harus diberi pelajaran. Orang rang jahat harus dihukum. Dan disini kutegaskan, aku.... tidak suka milikku disentuh.

Milikku..!! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang