2 - Georgia

3K 315 24
                                    

—Tere

Woop! Jaegerbomb-nya mantap!

Gue pernah baca ada sebuah artikel yang bilang kalau energy drink jika dicampur dengan alkohol memiliki efek buruk yang setara dengan kokain. I got the logic, anyway. Energy drink 'kan memiliki fungsi stimulan, sementara alkohol memiliki fungsi depresan, jadi ketika keduanya digabungkan efek yang dihasilkan akan membuat lo bersemangat tanpa akal sehat yang membatasi kelakuan lo setelahnya. And that's not pretty, both aesthetically and medically.

But here we are, as a human who have reached the presumably highest form of evolution, mixing Red Bulls and Jaeger like it's nobody's business creating the ultimate drink for a guaranteed smashed party; Jaegerbomb. Tenang, tenang, gue nggak akan nyalahin siapa-siapa atau menyesali keputusan gue memesan minuman tersebut malam ini. Man, how can I blame anyone when right now I'm feeling high as shiiiiiiiiii—

"Tere, lo bisa kecilin suara lo dikit nggak sih? I'm trying to concentrate on the road here!"

Di antara musik EDM yang berdentum-dentum memenuhi indra pendengaran dan ruang smepit mobil ini, gue menangkap tinggi suara Janit menghardik gue dengan kesal. Gue menoleh ke sisi gue, tempat ia duduk sambil mencengkram kemudi dengan erat, kedua matanya lurus menatap jalanan yang lengang malam ini, sementara bibirnya tertekuk ke bawah sedikit menghasilkan sebuah ekspresi galak di wajahnya yang cantik.

Good lord, did anyone ever told her how SEXY she looks when she frowned like this?

"You're cute when you're angry, sweetheart" gue tersenyum sambil beringsut untuk mendaratkan satu kecupan di pipinya, namun gagal. Tangan Janit dengan cepat bersarang di wajah gue, menahannya maju lebih lanjut sekaligus mendorong tubuh gue kembali ke tempat yang seharusnya.

Hehe.

"Sit down. You're drunk."

"I know hehehe" gue terkekeh saat menjawab.

Janit memutar kedua bola matanya malas.

Jadi, gue dan Janit. Malam ini kami berdua berakhir duduk bersisian di mobil gue yang dikemudikan olehnya setelah sebelumnya puas menggoyangkan badan dan berpesta di Lucy bersama beberapa kawan tongkrongan kami yang lain. It's been a while since the last time I partied, dengan tumpukan tugas-tugas mata kuliah dan proker-proker himpunan yang harus gue kerjakan, agak sulit bagi gue untuk menemukan momen dan mood yang tepat untuk turun ke lantai dansa. Asik, bahasa gue kayak remaja tahun 80-an banget nih mentang-mentang tadi DJ-nya Diskoria.

Tapi, serius. Belakangan ini kepala gue rasanya kayak mau meledak dengan semua urusan kampus yang menyerang, ditambah lagi sekarang gue sedang sering-seringnya ribut dengan Mita, pacar gue saat ini yang demanding-nya ampun-ampunan itu, hadah. Penat, asli. I need just one night to let go of everything, dan malam ini adalah waktunya.

"BUT YOU ARE THE PIECE OF MEEEEE I WISH I DIDN'T NEEEEEED" gue bernyanyi keras-keras saat bridge dari Clarity-nya Zedd terputar di music player. "Nit ayo nit lanjutiiiin" lanjut gue seraya menoleh ke arah Janit yang daritadi lebih banyak diam di balik kemudi.

Gue nggak ngerti ya gimana caranya dia tetap bisa duduk diam dengan musik yang seperti ini. Nyetir 'kan nggak seharusnya menghalangi lo untuk joget. Gue aja bisa kok nyetir sambil joget, percaya nggak? Percaya dong.

"CHASING RELENTLESSLY STILL FIGHTING AND I DON'T KNOW WHYYYYY"

"Re, I swear—"

"IF OUR LOOOOOOOVE—"

"Tere sumpah suara lo—"

"—IS TRAGEDY WHY ARE YOU MY REMEDY"

"Ya Tuhan..."

Rule of ThreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang