02. Kabar Mengejutkan

20 8 6
                                    

0o0o0


Gray selalu diantar dan dijemput menggunakan sopir pribadi, ia jarang sekali bahkan tak pernah menaiki angkutan umum. Rumahnya pun mentereng. Maklum ayahnya Gray merupakan salah satu pejabat penting di negeri ini.

Ayahnya memang kaya raya, tetapi Gray tidak pernah menghabiskan uang ayahnya untuk berpesta dan lainnya. Paling ia memanfaatkan uang punya ayahnya untuk membeli banyak buku.
Di rumah yang besar ini, Gray sangat kesepian. Ia anak semata wayang, dan katanya ibunya sudah meninggal sejak ia kecil. Sang ayah tak pernah sekalipun mengajak Gray mengunjungi makam ibunya, tidak habis pikir.

Gray juga sedikit bingung, untuk ukuran ayahnya yang mapan dan good looking mengapa tidak ada niatan untuk menikah lagi? Mungkin ayahnya terlalu fokus bekerja.

Gray turun ke lantai bawah rumahnya, ia ingin makan malam, ternyata di ruang makan ada ayahnya yang baru pulang sedang  menyesap teh.

Dengan canggung, Gray duduk di samping ayahnya.
“Halo ayah.” Sapa Gray kaku.

“Halo Grisham.” Balas ayahnya datar. Grisham adalah nama lengkapnya.

Nama Gray merupakan singkatan yang diberikan oleh pengasuhnya dulu ketika kecil. Ia begitu baik, makanya Gray memakai nama itu sampai sekarang.

Gray mengamati ayahnya yang sedang membereskan file-filenya yang sedikit berantakan di meja makan, mukanya terlihat cemas memikirkan sesuatu.

Gray menerka bahwa jadwal ayahnya hari ini tidak terlaksana dengan baik. Dari beberapa sisi, Gray mengakui banyak kemiripan dengan ayahnya. Seperti tidak suka bergaul dan basa-basi, lebih suka bekerja sendiri daripada berkelompok. Satu hal yang Gray tahu pembeda dari mereka yaitu Gray yakin ia lebih kreatif daripada sang ayah.

Semenit kemudian, barulah ayah pergi meninggalkan Gray sendirian di ruang makan. Barulah Gray mulai menyantap makan malamnya ditemani dengan tayangan HBO Channel di televisi.

Gray membuka buku yang akan ia pelajari tahun ini. Delapan puluh persen ia sudah menguasainya, karena hari-hari liburan kemarin ia isi dengan belajar. Yang sedang Gray pikirkan adalah bagaimana strateginya untuk bisa diterima di perguruan tinggi paling bergengsi di negerinya.

Beberapa hari berjalan dengan lancar. Kehidupan Gray baik-baik saja. Paling diselingi oleh tugas-tugas yang sedikit merepotkan. Ketenangan selama sebulan terakhir ini sayangnya harus berakhir karena suatu hal. Dimulai dari kabar mengejutkan yang Gray terima sore ini.

Sang sopir, Andy membukakan pintu kepada Gray dengan tatapan sendu sekaligus cemas. Gray tidak mempertanyakan perihal air muka Andy, mungkin ia sedikit ada kendala internal dalam dirinya.

“Tuan Grisham.” Andy memanggil Gray dengan nada getir. Tidak sepeti biasanya pria berkepala empat itu memanggil Gray demikian.

“Ada kabar mengejutkan yang akan anda dengar ketika tiba di rumah, tolong persiapkan mental anda untuk itu ya.” Andy berbicara masih dengan nada yang sama.

Apa maksud Andy berkata demikian? Hiperbola sekali.” Gray bergumam dalam hatinya. Ia terlalu lelah untuk berbicara. Gray hanya memberikan anggukan samar.

Perjalanan dari sekolah ke rumah Gray memakan waktu empat puluh lima menit, dan Gray pasti selalu menikmatinya. Ditambah oleh lagu yang Andy setel untuk perjalanan mereka. Tapi kali ini berbeda, tidak ada lagu dan perasaan Gray begitu tidak tenang karena perkataan Andy. Jarang-jarang kondisi batin Gray begitu terganggu karena ucapan orang.

Astaga ada apa ini? Kenapa firasat ku berkata akan ada hal buruk terjadi?”

Sejam kemudian Gray tiba di rumahnya, kondisi jalanan tadi padat merayap, hal itu yang tambah membuat Gray frustasi.
Andy membuka pintu penumpang, ia menepuk pundak Gray seraya berkata sendu “Tuan pasti kuat.”

Vie ImprévisibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang