ᴄᴏᴍᴇ ʙᴀᴄᴋ

13.6K 1.6K 201
                                    

"Mark," panggil Misa sambil noleh kearah lelaki di sampingnya yang tengah fokus menyetir mobil yang di kendarainya itu.

"Apa sayang?" Mark menoleh sebentar sebelum kembali fokus menyetir.

"Kita mau kemana?" Tanya Misa. Dia baru aja pulang dari kampus di jemput oleh lelaki ini dan sekarang dia mau dibawa kemana? Ini bahkan bukan jalan pulang kerumahnya.

"Lihat aja, kamu pasti seneng." Mark senyum, menyimpan semua kejutannya di dalam kepalanya. Dia akan membuat Misanya bahagia dengan cara apapun.

"Okey," Misa tampak berpikir sebentar sebelum kembali melontarkan pertanyaan, "kamu udah makan siang kan, tadi?"

Mark senyum lagi, bahkan deretan giginya yang rapi mulai muncul. Mark mengusap rambut Misa dengan salah satu tangannya, "udah, makasih ya udah buatin bekel. Enak banget, besok-besok aku mau lagi."

Misa merona, jadi apa artinya Mark menyukai masakannya?

Usapan itu turun ke pipi Misa yang kembali menggembil semenjak Mark kembali dari Kanada, "pacarku sendiri gimana, udah makan?"

Misa ngangguk cepet, "aku udah makan banyak tadi, kamu sih nyuruh ngabisin uang yang kamu kasi. Jadinya aku traktir Kara sama Jaemin juga."

"Nggapapa, aku udah kerja. Mulai sekarang aku bakal nanggung hidup kamu."

"Apaan sih, Mark. Geli." Misa ninju pelan lengennya Mark. Walaupun begitu pipinya malah semakin merona. Misa benar-benar menggemaskan.

Mark terkekeh pelan, "i love you, baby."

"I love you too"




🌻🌻🌻




Mobil Mark berhenti di sebuah gedung tua yang sangat familiar di mata keduanya. Misa noleh ke Mark, ngga percaya kalo lelaki itu membawanya kesini. Panti asuhan Neo.

Mata gadisnya membola, ngeliat ekspresi Misa yang keliatan cengo banget bikin Mark ga bisa nahan tawanya. Misa terlihat sangat manis, apalagi pipinya yang masih memerah sejak tadi itu.

"Gitu banget ekspresinya."

Misa goyang goyangin badannya, gemas "aku udah lama banget ngga kesini, gimana ya Injun, Nono, Echan, Lele sama Jicung sekarang?"

"Yang jelas mereka udah mulai remaja pastinya," Mark rapiin rambutnya Misa yang ia ikat ponytail itu.

"Gimana, mau masuk?"

Misa ngangguk cepet. Tentu saja dia mau, ini suda lama sekali sejak terakhir kali dia kesana dan dia benar-benar merindukan anak-anak itu sekarang.

Keduanya turun dari mobil dan berjalan menuju pintu tua yang telah berubah warna itu. Mungkin di cat karena warnanya memudar.

Misa megang jari telunjuknya Mark saking gugupnya. Dia masih belum membayangkan bagaimana wajah anak-anak itu sekarang.

Mark yang ngeliat Misa gugup langsung genggem tangan gadisnya eret sebelum akhirnya mengetuk pintu itu. Menunggu seseorang membukanya.

"Iya siapa?"

Pintu tua itu terbuka dan nampilin ibu panti dengan senyum yang ngga berubah sejak dulu. Ibu panti bertambah tua tetapi masih terlihat sangat sehat.

"Bu, ingat kami?"

Ibu panti itu tampak berpikir sebelum mengangguk dengan cepat, "sukarelawan sma waktu itu kan? Misa dan Mark?"

Misa sama Mark reflek senyum. Kenapa tiba-tiba rasanya mereka berdua itu emang sepaket? Misa dan Mark. .

"Ya, ibu ingat kami?"

"Tentu saja, kemana saja selama ini?" Ibu panti ngebiarin keduanya masuk kedalam panti asuhan itu. Berjalan kearah aula dimana anak-anak masih suka berkumpul.

"Aku pindah ke Kanada dan Misa sibuk dengan kuliahnya." Jelas Mark sambil tersenyum. Misa daritadi masih jalan sambil gandeng tangannya Mark. Masih ngga nyangka dia ada disini.

Ketiganya sampai di aula. Orang pertama yang Misa lihat di aula itu adalah Renjun. Kenapa Misa tau? Ya diberitau Ibu Panti.

Mark dorong Misa buat deketin anak itu. Iya, Mark tau betul kok kalo Misa kangen banget sama Renjun. Apalagi Renjun yang paling deket sama dia.

Misa jalan pelan-pelan terus ngedeket kearah remaja lelaki itu, "Injun?"

Renjun noleh, matanya melebar selanjutnya dia menghambur masuk kedalam pelukan Misa yang hangat, "kakak!"

"Injun, kakak kangen!" Misa meluk Renjun eret banget, dia usap rambut lelaki itu sayang. Renjun benar-benar tumbuh dengan baik. Dia tampan dan tingginya sebahu Misa.

"Aku lebih kangen, kak. Aku nungguin kakak balik terus kesini." Renjun nunduk, sedih selama beberapa tahun ini dia ngga bisa lihat Misa.

"Maaf ya Injun, kakak kan kuliah." Misa ikut nunduk. Renjun senyum dia peluk makin eret gadis itu, "aku ngga marah, soalnya aku sayang kakak."

"Itu yang lain,"

Misa lepasin pelukan itu terus balik badannya, dia liat Jeno, Haechan, Chenle dan Jisung lari kearahnya, "KAKAK!"

Ramai banget. Misa suka.

Misa peluk keempat remaja lainnya sayang, yaampun berasa Misa yang punya anak.

"Kakak kangen!"

"Aku juga kangen!!"

"Kakak ngga dikangenin?" Mark tiba-tiba ngomong bikin kelima lelaki itu menoleh secara bersamaan sebelum akhirnya menyerang Mark dengan sebuah pelukan.

"Yaampun anak-anak udah udah. Waktunya makan, ayo ke ruang makan. Misa, Mark ayo ke ruang makan, tapi kalian makan satu piringnya, suruh siapa ngga beritau lebih dulu kalau mau kesini?"

Mark nyengir sambil garuk rambutnya yang ngga gatel, "iya bu."

Anak-anak udah pergi duluan ke ruang makan setelah mendengar kata makanan dari mulut ibu panti dan diikuti oleh ibu panti sendiri.

"Mark, ayo kesana. Aku pengen liat anak-anak makan deh"

"Kamu ngomong gitu berasa kita yang punya anㅡ"

Cup.

Satu kecupan mendarat di pipi lelaki Kanada itu cukup buat dia ngga bisa lanjutin kalimatnya, bahkan matanya sudah melebar tanda tidak percaya dengan apa yang baru aja si manis lakukan,

"Iya, nanti kita punya juga." Kalimat terakhir Misa sebelum berlari menuju ruang makan sambil menahan malu, merutuki dirinya sendiri kenapa ngga bisa nahan omongannya.

Sedangkan Mark udah gabisa nahan senyumnya, dia cuma ngeliatin punggung Misa yang udah hilang di balik pintu aula itu.

"Gini nih yang bikin makin cinta."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Paper Plane [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang