BAB 18 - Laga Perdana

254 40 1
                                    

Akhirnya penantian panjang pun akan dimulai. Dari tadi aku duduk didepan tv dirumahku bersama dengan kakek dan nenek. Bahkan yg biasanya nenek suka males kalo ngeliat bola, sekarang ia malah bersemangat.

Dilaga awal ini bang Rian main bersama rekan setimnya. Walaupun ini laga uji coba tapi bagiku ini awal keberhasilan nya agar terus dipanggil negara.

Saat para pemain memasuki stadion aku tersenyum ketika kamera menyorot muka bang Rian. Kemudian lagu Indonesia Raya bersenandung diawal laga sebelum kick off dimulai. Ada rasa bangga dan haru ketika melihat bang Rian menyanyikan lagu tersebut sambil memegang lambang garuda didadanya.

Saat itu pula air mata menetes dengan sendirinya, bahkan nenek pun menangis ketika melihat cucunya membela negaranya sama seperti papah. Papah seorang TNI AU, jadi bukan hanya papah yg membela dan mengabdi kepada negara tapi bang Rian pun sama.

Saat kamera menyorot pemain Timnas satu persatu aku mencari tahu apakah ada kak Upi disana apa hanya jadi cadangan. Karna setahu ku hari ini ia bermain tapi aku tidak tahu apakah hanya cadangan atau sebaliknya. Tapi entah mengapa pandanganku terfokus di pemain bernomor punggung 8. Rasanya aku pernah melihatnya tapi dimana?

Pandanganku tak hentinya memperhatikan pemain tersebut. Bahkan saat peluit panjang ditiup sang wasit, tetap saja pandanganku terfokus pada beliau bukan pada permainan nya.

Saat kulihat nama yg tertulis dipemain bernomor punggung 8 tersebut, aku langsung kaget dan heran. Bertuliskan Witan apa mungkin itu orang yg dimaksud oleh Rini ketua kelasku, atau hanya orang lain.

Alhamdulillah pertandingan telah usai walaupun hasilnya imbang tapi saat kulihat permainan nya begitu bagus walaupun agak kewalahan dilini belakang.

Malam ini yg biasanya merindu kepada sosok berkumis tipis sekarang entah mengapa ingatan tentang beliau hilang begitu saja, seakan tidak mengenal beliau. Malam ini aku terus memikirkan sosok bernomor punggung 8 tersebut. Sebenarnya siapa beliau sehingga aku terus memikirkan nya. Padahal jika ia teman sekelasku toh biasa saja, tapi ini kenapa?

Aku langsung mencari tahu sosok tersebut di instagram mungkin saja aku bisa menemukan profilnya secara lengkap atau foto-fotonya. Tapi saat kubuka aplikasi tersebut mataku tertuju kepada notifikasi. Saat kulihat ternyata ada yg mengikutiku yg namanya tidak asing bagiku.

Aku mengernyitkan dahiku, kak Upi nge follow instagram ku kemudian ngelike satu persatu postinganku. Bahkan instastory yg kubuat bersama Manar dan Andre pun dilihatnya. Apa benar apa yg dikatan Rini kalo dia sedang mendekati diriku hanya ingin hubungannya dengan kak Putri kembali terjalin. Entahlah aku hanya berpikir mungkin hanya ingin mengenalku saja tanpa ada maksud tertentu.

Aku menanti rasa kantukku sambil mendengarkan lagu Menghitung Hari yg dicover oleh seorang pilot sekaligus youtubers yg memiliki paras tampan dan manis. Siapa lagi kalau bukan Kak Aldhi Rahman yg sekarang suaranya banyak digandrungi oleh kaum hawa bahkan si Author pun ngefens sama beliau.
Dasar author alay...

Tak terasa pagi pun menyambutku dengan damai. Dengan malu-malu matahari menyinarkan cahayanya kebumi. Udara malam yg dingin pun berganti dengan hangatnya pagi, sehangat pelukanmu Mamah.

Tanpa basa basi aku langsung menjalankan kewajiban ku sebagai hambaNya. Memohon ampun dan perlindungan kepadaNya. Tempat curhat ternyaman didunia adalah curhat denganNya. Duduk bersimpu dihadapanNya sambil mengucapkan sholawat.

Setelah selesai melaksanakan kewajibanku, aku langsung pergi menuju kamar mandi untuk mencuci baju. Hari ini hari minggu hari yg biasa kuhabiskan untuk bersih-bersih rumah. Mencuci pun masih menggunakan tangan tidak menggunakan mesin cuci seperti orang kota. Karna menurutku sih mencuci dimesin cuci itu tidak begitu bersih dan membuat baju semakin kusut tidak seperti mencuci dengan tangan.

CINTA PRABOL (Pramuka Dan Sepak Bola) -M. LUTHFI KAMAL B-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang