Bagian 1

64 4 0
                                    

Suara musik keras menghentak lantai dansa, seperti mencoba merobohkan dinding keras gedung diskotik. Bau alkohol menyeruak menusuk indera penciumannya. Seorang yng setengah mabuk sedang memacu birahinya disalah satu kamar diskotik.
"dretttt.... " ponselnya beberapa kali bergetar, sudah beberapa kali mengganggu kesenangannya. "shit.." umpatnya, dengan hasrat yang belum tuntas.

"hallo..."

"..........."

"Iyah kak. Aku ke kantor sekarang"

"............."

"Iyah... Iyah, aku kesana sekarang" ucapnya lalu memutuskan sambungan teleponnya.

"siapa?" tanya perempuan setengah telanjang yang tengah membereskan rambutnya.

"kakakku! Aku pulang dulu" ucap pemuda itu sembari membereskan pakaiannya yang tergeletak bergitu saja dilantai.

"yah gagal dong..." ucap perempuan itu cemberut.

"maafin aku ya sayang, malam ini gak bisa seneng-seneng" ucapnya sembari merapihkan helaian anak rambut dikening kekasihnya, lalu mengecup dahinya mesra.

"tapi uang jajan tetep'kan... "

"pasti dong, nanti aku transfer ke rekening kamu"

"Makasih sayang." ucapnya lalu berhambur kepelukan laki-laki disampingnya.

"Cuppp... " Dia mengecup bibir kekasihnya singkat "aku pergi dulu" ucapnya, setelah berkata seperti itu ia bergegas meninggalkan perempuan itu yang juga ikut berbenah.

"bro! Gue balik dulu ya, satpam gue telepon" pamitnya pada teman-temannya yang sedang menari diatas lantai dansa, entah sadar atau tidak dan tanpa membuat energi percuma ia meninggalkan mereka yang teler.

Dia memacu mobil mewah itu dengan sangat cepat hujan tipis mulai turun menyelimuti. "gue harus cepet, kalau nggak gue bisa discorsing gak boleh make mobil ini lagi" ucapnya tegang.

Ia terus memacu kendaran itu dengan kecepatan, bahkan ada beberapa orang meneriakinya dengan sumpah serapah. Mobil bersama putih susu itu berhenti disebuah kantor megah, kantor yang banyak sekali diimpikan banyak orang agar bisa kerja disana. Ia berlari sekuat tenaga karena waktu tenggang yang diberikan kakanya hanya tinggal beberapa menit lagi, karena dia tahu sekali kalau orang yang akan ia temui ini adalah orang punya disiplin ketat.

"hadeuhhh mampus gue telat..." ucapnya dibalik bilik lift yang akan membawanya kelantai atas dimana ruangan oranf itu menunggu.

"gawat, gue telat parah...." ucapnya, setelah pintu lift terbuka Ia langsung berlari menuju ruangan "bruk! " saking kencingnya berlari sampai ia tidak melihat ada security yanf sedang bertugas malam.

"aduh Mas, kalau lari liat-liat.. Kita jadi tabrakan ini"

"bawel loe. Badan gede juga, ditabrak begitu aja ngedumel aja. Pak Bos dimana?"

"ada di dalam" jawab security itu sembari merapihkan dirinya. Tanpa meninggalkan kata Maaf dia kembali berlari menuju ruangnya.

"untung adik Boss, kalau nggak gue cincang juga Loe bocah" gerutunya sembari melihat anak muda itu masih berlari kencang.

"aku... tidak telat'kan kak" ucapnya dengan nafas ngos-ngosan dengan posisi rukuk.

"mana kunci mobilnya" ucap laki-laki dihadapannya sembari mengulurkan tangannya meminta kunci mobil padanya.

"ayolah kak! Aku cuma telat lima belas menit" dia mencoba memberi pengertian membela dirinya karena sudah paham gelagat ekspresi orang yang ada dihadapannya.

Pintu LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang