Decitan bola basket terdengar dengan keras. Hantaman bola berwarna cokelat ke oranye terdengar lebih keras saat bola bulat namun cukup membuat orang pingsan saat terkena pukul itu masuk ke ring.
Peluh membasahi kening ku. Suara helaan nafas kasar kukeluarkan. Hari ini benar-benar lelah. Meskipun ini adalah hari Ahad, tetapi tetap saja sibuk.
Aku mendudukkan diri ku ke lantai. Aku teguk sebotol air yang teman se teamku lempar tadi.
"Fin, ente jago juga ya main basketnya " kata Hakim, temanku sedari kecil.
"MasyaAllah, ane gak akan bisa sehebat ini tanpa semangat ente, Kim " jawabku kekehan.
"Eh, gimana kabar si Chelsea? Ente terima? ".
Mendadak, raut wajahku berubah. Chelsea, wanita centil yang mengaku-ngaku sebagai tunangan ku. Dia sama anehnya, seperti Zahra. Cuma yang membedakan, aku lebih memilih Zahra daripada si Chelsea aneh nan gila itu.
Eh? Tunggu. Zahra ya?
Ah, iya. Cewek tomboy, cerewet, ribet, doyan makan, sukanya bikin orang naik darah terus. Dia itu gak pernah mau sehari aja gak bikin aku sewot. Ada aja yang dia bikin onarin. Aneh aku sama otak cewek itu.
Cantik-cantik tapi ribet. Iwhhh...
"Gak, ngapain ane tunangan sama cewek gila itu. ane sendiri aja masih muda, masih pengen ngerasain masa muda. Bukan terperangkap dalam urusan cinta sama nikah. Iwhh " kataku.
Terdengar, Hakim ketawa. Yah, aku lagi serius dia ketawa. Giliran aku ketawa dia serius banget. Ni anak minta disambit golok apa dibacok pake celurit?!.
"Chelsea, ente beneran kagak suka? Body nya seksi loh, mulus pula. Yakin? ".
"Se dingin apapun ane sama perempuan, tapi ane masih ngerti sama yang namanya agama. Apalagi batasan, kalau cewek nembak aja ane tolak, apalagi lihat-lihat aurat perempuan. Nauzubillah ".
"Ane salut ama pemikiran Islam ente, ajarin dong " pintanya dengan kedipan mata tak lupa.
"Idih, jijik ane. Minta ajarin aja tuh sama Shabrina " kataku terkekeh saat mengucapkan nama adik tiri ku, Shabrina Sabita. Adik tiri ku itu tergolong ke wanita yang supel, hiperaktif, dan ribet. Yah, sama lah sama kaya Zahra. Sebelas dua belas.
"Wahh, jadi dapet sinyal nih sama kakak iparnya " goda Hakim.
"GAK!!!! " teriakku menggelegar.
Hakim pun tertawa terbahak-bahak karena mendengar teriakkan ku tadi. Disela-sela itu, terlihat ada sosok yang datang dengan berlarian dan tergopoh-gopoh. Sontak, aku mengedarkan pandanganku ke sosok itu.
"Arifin, bisa kamu cek tugas adik kelas kamu? Ibu sangat buru-buru karena tadi anak ibu kecelakaan. Tolong ya Arifin, ibu mengandalkanmu " kata Bu Dewi, satu-satunya guru matematika yang tergolong sangat.........
Sangat killer, sangat kejam, sangat bahaya jika berurusan dengan tugas!
"Baik Bu, saya akan segera ke ruangan ibu setelah saya ganti baju " ucapku.
"Alhamdulillah, makasih banyak ya, Arifin " kata Bu Dewi.
"Selaw aja sih Bu, kalau sama saya. Beres pokoknya mah! " kataku dengan gaya lawakan. Terlihat, Bu Dewi tertawa lalu mengucapkan terimakasih dan pergi dengan lari kecil.
"Yok ah, ganti baju " ajakku. Aku bangkit dari duduk tadi. Saat aku ingin melangkah, aku dikejutkan dengan Hakim yang masih termenung.
"Woy! Kenapa ente? ".
"ente tadi ngajakin ganti baju bareng sama ane? ".
"Etdah, maksudnya ayo jalan barengan menuju ruangan ganti. Bukan ganti baju bareng, nauzubillah, Kim! " sentak ku.
Kami berdua tertawa lepas dan berlari menuju ruang ganti khusus pria.
.
.
.
.
."Akhirnya!!!!! Selesai juga!! " teriak ku yang melepas penat sedari tadi. Aku meregang kan otot-otot di tanganku agar tidak kram. Aku meletakkan kaca mata yang sedari tadi bertengger hidung ku. Aku menatap keluar dari jendela. AC yang sedari tadi nyala, membuat aku kedinginan. Aku memutuskan untuk keluar, mencari udara segar pastinya. Baru saja aku melangkah keluar, satu teriakkan yang sangat-sangat amat membuat aku muntah.
"Arifin!!!!! My tunangan!!! Hello! " panggil wanita berawakan wajah bulat, berambut blonde khas orang Barat, dagu yang lancip dan juga mata yang lentik dan berbinar. Dia melangkahkan bahkan berlari dengan tubuh langsing bak modelnya itu kearahku. Cepat-cepat, aku membuang wajahku dengan menatapnya acuh dan dingin.
"Apa yang kau inginkan? " tanyaku datar. Dia tersenyum. Segera, dia mengeratkan pelukan nya di tangan ku. Sumpah, demi Zahra yang hobinya makan tapi tak besar-besar, aku tidak suka jika ada wanita lain yang menyentuh ku seperti ini.
Shit! Apa-apaan ini?!
"Kita ke toko roti Meera's Cake, Bread, and Bakery, yuk! Aku yang traktir deh! " katanya menggoyang-goyangkan tangan ku.
"Gak! Aku sibuk, maaf " jawabku. Sekeras upaya aku menarik tangan ku yang kusayangi itu, tapi nihil. Dia malah menarik dan memeluk dengan............
Manja.
"Kumohon " pintanya dengan tatapan binar yang mampu semua lelaki luluh dengannya.
' huh, tak apa, Fin. Hanya hari ini '.
"Baiklah, hanya hari ini ". Dia mengangguk semangat dan berjalan menuju mobil nya.
.
.
.
.
.Kami menapakkan kaki di toko roti yang Chelsea inginkan. Dia memesan banyak kue sementara aku hanya menginginkan segelas latte dan beberapa cup cupcake. Benar-benar memuakkan disini. Desain yang terlalu kekanak-kanakan. Remaja yang terlalu lebay dengan para pasangan nya, dan...................
Eh, tunggu. Kayaknya aku pernah lihat tatapan tajam dan menjijikkan itu.
Loh?! Bukannya itu!!!
"Az-Zahra! " Sentak Arifin saat melihat musuh bebuyutan nya berada disitu juga, yang tengah menyuap makanan berjenis cheese cake ke mulut mungil nya.
Ea ea ea😂😂😂
Salam manis
annisanara
KAMU SEDANG MEMBACA
Cake, Cookies, and Love
Novela JuvenilAnnisa Az-Zahra, perempuan aneh yang suka sekali dengan yang namanya Cake, Cookies dan Macaroon. dia itu ribet, cerewet, hobi makan, dan hobi banget yang namanya bikin semua orang naik darah. Salah satu nya, Muhammad Arifin Ash-Shiddiq, kakak kela...