Disini aku berdiri menatapnya, dia pun menatap balik—membalas tatapanku dengan intesitas yang sama.
Ada amarah yang berkobar disana, ah.. Aku hampir lupa ternyata matanya masih tetap benderang seperti itu, aku lupa bahwa di masa lalu dia adalah gadis mandiri yang tak pernah patah semangat.
Lalu datang aku, aku yang katanya memporak-porandakan dunianya, aku yang katanya memadamkan api dimatanya, aku yang katanya mengajarkan arti patah hati untuknya, alu yang katanya membawa sakit hati untuknya.
Aku, aku, aku, aku yang jahat.
Aku yang dulu paling dia cintai, kini menjadi yang paling dia benci.
Bertahun-tahun berlalu akhirnya kita bertemu kembali dengan cara yang tak disangka-sangka, dia yang tak sengaja menjatuhkan barang belanjaannya dan aku yang secara sukarela membantu, sama sekali tidak tau bahwa wanita yang sedang aku tolong itu adalah wanita yang dulu pernah aku sakiti.
Hatinya dahulu aku patahkan.
Lantas kita berdiri, layaknya adegan pada film yang berakhir tragis. Sepasang kekasih—ah bukan, ralat itu. Maksudku dua orang asing. Dua orang asing yang berdiri saling bertatapan.
Aku ingin memeluknya sedangkan dia mungkin ingin menamparku.
Kutatap lagi mata itu, mata yang dulu selalu aku buat menangis terlihat berbeda, karna kini yang kutatap bukan lagi mata yang penuh dengan kesakitan.
Lalu aku pun sadar dia telah berubah, karna setelah kepergianku yang menyakitkan hatinya itu, matanya kembali berkobar lagi dan semangatnya kembali bangkit.
Ah, sangat jauh berbeda dengan mata yang aku tatap tatkala aku mengucap selamat tinggal pada tempo hari.
Karna kini tatapan Irene Bae benar-benar membuatku terpaku ditempat dan aku tidak bisa berkutik lagi saat dia berucap, "Terima kasih untuk pelajarannya, setiap detik dihidupku jauh lebih berharga tanpa adanya dirimu didalamnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengakhiri Kita Dengan Satu Kalimat; SeulRene
ContoSatu kalimat; Angst-nya dipatenkan. (Ada beberapa chapter yang saling berkaitan dan ada yang tidak) Selamat membaca ~~