Chapter 3: Namikaze Naruto

103 7 1
                                    

Sepasang manik biru membelalak terkejut dengan refleksi layar televisi yang menampilkan seorang gadis berambut gelap tak sadarkan diri di samping piano. Apa yang terjadi? Pertanyaan itu tersirat di wajah pemilik mata indah itu, seraya tubuhnya bergetar kala sebuah kepingan ingat masa lalu berputar dalam benaknya.

"Hinata ..."

Tak terhitung berapa banyak pasang mata di lokasi terperanjat mendapati perempuan dengan gaun indah berwarna biru tergeletak usai permainan pianonya. Panitia pun bereaksi cepat mengondisikan agar keberlangsungan acara bisa dilanjutkan.

Sudah berapa lama ini berlangsung? Pemilik netra biru itu tak menyadari waktu yang berlalu selama ia terdiam dengan tubuh bergetar. Hanya terfokus pada pikiran dan mengabaikan segala yang berada di sekitarnya.

Peserta nomor urut 9. Namikaze Naruto. Ludwig van Beethoven. - Sonata No. 4 C# minor Op. 27 No. 2.

Suara dari pengeras suara terdengar jelas. Namun, pemuda yang dipanggil namanya masih berdiri enggan beranjak dari posisinya.

"Namikaze-san."

"Ah?!" Naruto terkejut saat salah seorang panitia memanggil seraya menyentuh bahunya.

"Silakan memasuki panggung."

Naruto berjalan tanpa mengucap sepatah kata pun. Ia melangkah dengan tenang, tetapi kedua tangannya bergetar hebat tanpa mampu pemuda itu kondisikan.

Hinata, Hinata, dan Hinata. Nama itu terus-menerus terulang dalam pikirannya. Ia sama sekali tak bisa berkonsentrasi.

Naruto mulai duduk di kursi piano tanpa mengatur ketinggiannya. Ia sudah memposisikan kedua telapak tangannya di atas tuts piano, tetapi gemetar yang dirasa sungguh hebat hingga membuat dia tak bertenaga untuk memulai dentingan.

Hingga satu menit berlalu dan bisik-bisik penonton terdengar, tetapi hal itu sama sekali tak disadari Naruto.

"Naruto-kun, ayo kita berjuang bersama-sama. Aku tidak akan kalah darimu."

Entah dari mana suara itu, tetapi menggema dalam benak Naruto dan kilas balik begitu saja berlangsung dalam pikirannya. Berupa gambaran wajah gadis cantik bermata seindah batu ametis tengah tersenyum lembut begitu saja membesit kalbu.

Dalam bayangan pemuda itu tampak Hinata tersenyum manis padanya serta meminta untuk terus bersemangat dan jangan menyerah apapun yang terjadi.

"Aku mohon berjanji padaku untuk tidak menyerah." Hinata meminta sembari mengulurkan tangan kanannya dengan jari kelingking yang terarah pada Naruto.

Naruto tersenyum dan menyambut jari kelingking Hinata. "Aku berjanji tidak akan menyerah selama kau bersamaku."

"Aku berkata selama kau bersamaku tak ada kata menyerah bagiku, tetapi bagaimana keadaanmu aku sama sekali tak mengetahuinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku berkata selama kau bersamaku tak ada kata menyerah bagiku, tetapi bagaimana keadaanmu aku sama sekali tak mengetahuinya. Apa aku bisa mempertahankan janji ini?" Pikiran pemuda itu kalut.

Rainbow SymphonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang