Chapter 2: Agreement

124 6 2
                                    


Pagi pun bersambut, kala sinar mentari sudah tak malu-malu menyalurkan kehangatannya. Embun di rerumputan dan di pepohonan taman kota kunjung menguap, dan ciutan burung-burung mulai terdengar menjadi simfoni pagi di awal hari yang cerah.

Seorang gadis berambut pirang panjang terurai tampak berdiri di depan stasiun. Ia berdiri bersandar dinding dengan kedua tangannya memegangi tas berbentuk kotak yang tergantung di depan lututnya. Sesekali ia melirik jalanan sekitar dan jam besar yang berada di depan sebuah toko roti, tampak menunggu, atau mencari sesuatu.

"Sedang apa, Shion-Senpai?" Suara laki-laki tersebut sontak membuat Shion berpaling ke sumber suara. Kedua pipi gadis itu mengembung lucu mendapati seseorang yang ia cari.

"Aku menunggumu, Naruto. Setengah jam lagi kelas di mulai!"

"Lalu kenapa kau masih berdiri di depan stasiun?" Tanya Naruto sambil menatap heran perempuan di hadapannya. Selama setahun ia bersekolah di Tohoku tak pernah sekali pun bertemu Shion di stasiun pada pagi hari. Dirinya selalu menaiki kereta setengah jam sebelum pelajaran di mulai agar membuatnya bisa sampai di sekolah mendekati dimulainya jam pelajaran.

"Aku ingin berangkat sekolah bersamamu. Selama aku sekolah di sana selalu saja berangkat sendiri. Tak salah bukan kalau kita berangkat bersama?" Ucap Shion dengan sedikit kesal. Mendengar itu pun sedikit membuat Naruto merasa aneh dan berspekulasi mungkin ini adalah pendekatan atas apa yang perempuan itu pinta tempo hari.

"Kenapa tidak berangkat bersama Neji-Senpai?" Tanya Naruto sembari berjalan memasuki stasiun diikuti Shion di belakangnya.

"Neji? Hyuga Neji?"

"Iya."

Shion seketika berubah malas mendengar nama itu. Perubahan pada Shion tak luput dari Naruto. Hal tersebut membuat laki-laki pirang itu sedikit penasaran.

"Kenapa?" Pemuda tersebut bertanya sambil menunggu kereta. Ia menatap Shion yang tampak menunjukkan ekspresi sebal. Ramai pengguna moda transportasi kereta masih memadati peron hingga suara bising sedikit mengganggu obrolan mereka.

"Dia selalu sombong, aku pernah mengajaknya pulang bersama, tapi dengan dinginnya dia berkata, 'hari ini aku dijemput, aku tidak mau bising suaramu menggangguku di mobil.' Argghh!" Gadis itu berkata dengan penuh ekspresif, sangat menarik perhatian Naruto.

Sepasang mata biru pemuda pirang tersebut memandang Shion sambil tersenyum tipis. Sedikit teringat dengan seseorang yang sangat ekspresif seperti ini.

"Ada apa? Ada sesuatu di wajahku?"

"Ti-tidak! Kau benar! Neji-Senpai itu sangat menyebalkan, sudah hampir lima tahun aku mengenal dia, tapi omongannya selalu jahat padaku!" Pemuda itu menarik paksa pikirannya sendiri dan segera mengikuti alur obrolan.

"Hampir lima tahun? Apa sebelumnya kau bersekolah di Tohoku JHS?" Tanya Shion seketika. Dia dan Neji berada di sekolah yang sama dengan Neji sudah lima tahun lebih.

"Tidak, aku cukup dekat dengan adiknya. Kami sering bertemu saat aku main ke rumahnya."

"Adik Neji?"

Naruto terdiam sesaat, kemudian langsung menarik tangan Shion untuk bersiap memasuki kereta. Jika tidak menaiki kereta di waktu sekarang, bisa dipastikan mereka harus kembali pulang karena gerbang sudah dikunci.

Begitu berhasil memasuki kereta, Naruto mendapati Shion terhimpit segera menarik gadis itu mendekat untuk berdiri di dekat pintu dengan pemuda pirang tersebut menjadikan punggungnya sebagai penahan agar Shion tak terhimpit.

Rainbow SymphonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang