chapter 1 : Nadira Naura Senja

23 4 3
                                    

    Nama ku Nadira Naura Senja, kebanyakan orang memanggilku nadira. Aku suka sekali senja apa lagi sambil duduk diam mendengarkan music dan merangkai sebuah kata - kata didalam buku kecil yang selalu menemani sore ku dirumah. Aku tinggal di kota besar di Jakarta , kota indah dan beragam budaya. Aku sekolah disalah satu sekolah yang terkenal disini. Aku senang sekali membaca novel romance dan  memdengarkan music melalui earphone ku tanpa tahu apa yang sedang orang – orang bicarakan, entah itu ngegosip atau apapun itu yang disukai para remaja sekarang. Aku terkesan orang yang jutek apa lagi perihal laki – laki. Sampai sahabat aku pun terkadang bingung sama sikap aku sendiri, padahal mereka tau bagaimana cerita sebelumnya

“dira jangan jutek – jutek kali sama cowo, lo tuh ya” ucap salah satu teman dekat ku mira dia memang salah satu sahabat ku dari awal masuk sekolah disini,

“gue, jutek? Enggak gue biasa aja lo nya aja yang suka lebay” jawab ku singkat tanpa sedikit memikirkan perkataan nya,

“gue punya banyak bukti kalau lo itu jutek sama cowo, buktinya rio, nadira”  sambil melihat ku dengan tatapan tajam
“yaudah lah ngomong sama lo tuh buat gue laper, kantin yu,” ajak dia karena dari tadi aku sama sekali tidak memerhatikan celotehannya sama sekali.

Oh ya rio mungkin dia laki – laki yang baik, pinter memainkan alat music dari mulai gitar, piano, drum, dan banyak lagi. Dia itu laki – laki yang kalem, enggak suka berantem, lucu, tapi kadang juga sok kegantengan gitu, dari kelas 11 dia suka sama aku dan sampai sekarang kelas 12 dia masih punya perasaan yang sama kepadaku, memang dia belum pernah mengutarakan cinta nya padaku, tapi melihat gerak gerik nya aku tahu kalau dia masih menyukai ku, jahat memang aku suka pura – pura enggak tahu dan ya begitulah aku, memang aku belum bisa menyembuhkan luka yang masih tergores dihati aku, dan aku belum 100% melupakannya.

Terkadang kalau aku sedang duduk diam sediri atau sedang mendengarkan lagu yang pernah dia suruh aku untuk mendengarkan lagu itu, bayangan dia dan kenangan 1 tahun yang lalu perihal dia seketika masuk ke dalam pikiran ku dan mengganggu hati ku. Aku masih ingat saat aku mengenal nya dari sahabat ku Galih, oh iya sampai lupa galih itu sahabat cowo satu – satunya dia tahu segalanya tentang aku, aku kenal dia dari awal aku pindah kejakarta dan satu smp sama dia, ya itu lah galih, cowok yang cerewet, tapi dia itu tipe cowo yang setia sama satu cewek, sekalinya suka langsung dia kejar cewek itu tanpa melihat cewek yang lain lagi.

“ ada yang nanyain kamu sama aku “ sambil melihat kearah ku,

“ siapa? Teman kamu? “ Tanya ku penasaran,

“ iya, nama nya ditto, dia teman ku, kamu pasti mengenalinya dia anak XI. “ dia mulai menceritakan teman nya itu,

“ dia meminta number kamu sama aku, boleh apa enggak? Takut nya nanti aku kasih ke dia, kamu bawelin aku lagi, kan berabe kalau gitu urusan nya,” berbicara sambil meledek,

“ kasih aja kalau mau kenal sama aku,” tanpa berpikir panjang aku mengizinkan galih untuk memberikan number  aku sama dia, karena pada saat itu aku hanya berpikir bahwa galih baik sama perempuan dan teman dia enggak mungkin ada yang enggak bener sama perempuan dan aku mengenali salah satu teman – teman dia bukan hanya dia saja.

Selang beberapa hari aku dekat sekali dengan ditto.

Ditto sanjaya laki – laki yang membuat aku tidak mau mengenal lagi apa itu cinta, dan bagaimana itu mencintai seseorang dengan gampang tanpa tahu tentang latar belakang nya terlebih dahulu, dia itu baik, sempurna dimata aku, dihumoris, dekat dengan semua orang, pinter maen gitar, dan dia pun bisa nyanyi, tapi aku salah, salah nyaman sama dia, salah kalau aku sempat jatuh cinta sama dia, itu kesalahan terbesar buat aku dan diriku sendiri. Waktu terus berlanjut akupun sering pulang bareng dan berangkat sekolah pun bersama dia, karena rumah aku sama rumah dia tepat berhadapan dengan rumahnya  dan satu arah menuju sekolah, tidak ada alasan aku untuk menolak ajakan nya itu. Dia terlalu mudah masuk ke dalam kehidupan ku. Dari situ aku mulai nyaman, aku jatuh cinta, aku menyukainya dan ternyata dia pun sama. Tetapi itu semua hancur seketika, dia pergi meninggalkan aku tanpa sebab, dia hilang, tidak ada satu katapun dari mulutnya untuk menjelaskan apa maksud dari ini semua, dia hanya bisa menghindar dan bertingkah laku seperti tidak ada apapun yang terjadi. Dan aku hanya bisa pasrah dan menangis dan bertanya kepada diriku sendiri kenapa aku bisa jatuh cinta pada orang yang salah, dia memang baik, dia dewasa, dia, tidak ada lagi kata – kata yang bisa aku keluarkan, hanya air mata yang menemani aku pada malam itu.

“kenapa dengan gampang kamu masuk ke dalam hati ku, dan kenapa pula kamu pergi tanpa ada kata seperti ini. Dengan sekejap kamu membuat aku bahagia, dan dengan sedetik kamu buat aku terluka seperti ini, mudah nya kamu menjadikan aku orang yang sangat dekat dengan kamu, tapi kamu buat aku jadi orang asing kembali. Kenapa ditto kenapa?”

Ya, itu suara hati aku yang menggambarkan sikap ditto yang seenak nya masuk kedalam hati ku dan kemudian dengan mudah dia melangkah pergi menjauh tanpa ada alasan apapun, andaikan pada saat itu aku bisa bilang padanya terimakasih atas goresan luka yang dia buat begitu sempurna hingga saat ini belum dapat aku sembuhkan seutuhnya. Karena itu aku tidak ingin lagi ada orang asing yang seenaknya masuk kembali dan mengetuk hati ku tanpa permisi.

Ada rasa disatu cerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang