Chapter 4 : Pertemuan Singkat Dipersimpangan Jalan

10 2 2
                                    

Minggu pagi ini aku harus berangkat kesalah satu kampus pilihan aku dibandung, aku berangkat sendiri karena orang tua ku sedang ada urusan, abang ku pun sedang sibuk dengan tesis nya. kebetulan aku ingin melihat – lihat fakultas yang ada disana. Sambil ditemani music yang aku putar dimobil ku, aku menikmati perjalanan menuju kesana. Disepanjang perjalanan menuju kesana aku melihat bahwa ada satu mobil yang sedari tadi mengikutiku dari belakang entah itu perasaan aku atau bukan awalnya aku tidak menghiraukan nya aku hanya berpikir bahwa mobil itu menuju kearah yang sama tapi aku mulai curiga karena mobil itu tidak mendahului ku sama sekali padahal aku sudah memberikannya jalan supaya dia mendahuluiku tapi masih sama saja mobil itu malah mengikuti ku terus.

Sesampainya dikampus aku coba melupakan mobil yang tadi terus saja mengikuti ku, dan aku mulai melihat – lihat fakultas yang ada disana dan bertanya kesalah satu bapak pengurus nya yang sedari tadi menemani ku dan menjelaskan semuanya pada ku. Cuaca dibandung hari ini tidak mendukung karena hujan turun cukup deras dan untuk kembali keparkiran mobil pun aku rasa tidak bisa karena hujan sudah sangat deras dan aku pun tidak membawa payung, akhirnya aku duduk disalah satu tempat duduk yang ada disana bertepatan menghadap kearah taman kampus yang indah, tanpa sadar hujan ini pun mengingatkan aku pada seseorang yang sudah pergi begitu saja mengosongkan hati ku, disaat aku sedang asik memainkan gemericik air hujan dengan sepatu ku yang sudah mulai basah

“ yah tali sepatu ku copot lagi “ gumam ku sendiri tanpa tau ada yang memerhatikan ku dari rumah putih dan bercorak abu abu itu

“ siapa dia? Sedari tadi memperhatikan ku dari jauh” Tanya ku pada diri sendiri,

aku pun tidak menghiraukan nya aku hanya ingin membenarkan salah satu sepatu ku ini

“ nih pake payung nya, hujan ini akan semakin deras” tiba tiba cowok itu ada disamping ku

“ sejak kapan kamu disini “ aku kaget sendiri

“ dari tadi itu rumah ku, nama ku ditto “ ucap nya sambil mengulurkan tangan nya

“ditto? Nama yang tidak asing buat aku berasa pernah denger tapi siapa dan dimana aku sempat mendengar nama itu? Gumam ku dalam hati

“oh iya, jaket nya tidak perlu rumah ku sudah dekat “ ucap ku

“ bentar tunggu dulu, kamu temen nya galih kan?” tanya nya sambil menghentikan langkah ku

“seperti nya kamu sangat suka hujan ya?” tanya nya kembali.

dan aku hanya tersenyum kearah nya tanpa menjawab satu pertanyaan pun pada nya, dan tanpa sengaja kita kenal dibawah rintik hujan itu, seperti dua orang yang pernah bertemu dan sangat akrab sekali. Ingatan itu muntlak kembali kedalam otak dan hati ku dengan sempurna, ingin rasa nya aku menari – nari dibawah hujan yang saat ini sedang mengguyur bumi ini. Cuaca semakin dingin dan hujan sudah mulai berhenti aku pun memutuskan untuk berjalan kaki mencari minuman hangat tidak jauh dari sekitar kampus ini, para pedagang yang ramah tidak henti nya menebar senyum kearah ku meski cuaca cukup dingin sekarang aku pun memutuskan untuk memesan air teh hangat untuk sekedar menghangatkan tubuh ku yang dingin ini karena terkena gemericik air hujan.

Setelah aku selesai menghangat kan tubuh ku aku kembali ke kampus untuk mengambil mobilku, tapi tidak sengaja aku melihat laki – laki yang berada tepat disebrang jalan

“apa aku salah melihat, kenapa dia melihat kearah ku?“ aku diam sejenak memastikan bahwa aku salah melihat orang

“ah, mungkin aku halu mana mungkin dia orang yang mengikutiku sampai ke sini, mungkin itu hanya mirip, ok nadira focus “ aku kembali berjalan sambil memainkan air yang tergenang.

Tanpa sadar aku melihat mobil yang terparkir tepat disamping mobil ku

“tunggu, ini bukannya mobil yang tadi mengikuti aku?, kenapa bisa ada disini? “ pikir ku dalam hati, tidak memikir panjang karena aku takut, aku masuk ke dalam mobil ku

“ kira – kira yang punya mobil itu siapa? Apa aku tunggu aja dia disini supaya aku tahu dia itu siapa, dia kan engga mungkin tau aku udah ada dimobil atau belum?“ ucapku sendiri, aku pun menunggu nya, tidak lama aku melihat laki – laki itu dan ternyata yang punya mobil itu ditto

“ jadi, dia yang dari awal aku berangkat ngikutin aku sampai disini, apa jangan – jangan tadi dia juga yang ada disebrang jalan dan melihat kearahku, maksud dia apa, kenapa aku sama sekali engga kenal sama mobil nya huft, nadira ayolah sadar?” banyak pertanyaan dibenak ku sendiri.

Tak lama setelah itu aku benar – benar tidak mengerti apa maksud ditto dengan semua ini aku heran, dan ternyata benar 5 menit aku sampai kerumah mobil itu pun masuk ke rumah nya ditto, aku hanya berpikir untuk pura – pura tidak tahu kejadian ini.

Dear buku harian ku,

hari ini aku tidak mengerti apa yang terjadi, dimulai dari ditto yang mengikuti ku dari rumah sampai ke kampus yang aku tuju, aku tidak mengerti mengapa dia melakukan itu semua, dia mengikuti setiap gerak – gerik yang aku lakukan selama dibandug, awalnya aku tidak menghiraukan nya, tapi saat bertemu dipersimpangan jalan dengan nya aku mulai curiga siapa dia sebenarnya. Jujur mengapa saat aku ingin melupakan mu kamu seperti kembali melukiskan sesuatu yang pernah ada didalam kehidupan ku. Ditto aku tidak ingin seperti ini. Aku mohon pergi dari hati ku.

Tertanda :
Nadira naura

Mungkin aku hanya berani membicarakan perihal kejadian tadi melalui buku harian yang selalu menemani ku ini,

“nadira” suara ibu ku yang meleburkan lamunanku saat itu

“nadira kamu sedang apa sih nak, ibu panggil dari tadi” ibuku menghampiri ku kekamar

“iya bu maaf, tadi nadira sedang baca novel” aku mulai mencari alasan yang kompleks

“itu dibawah ada ditto, dia mau ketemu sama kamu katanya” ucapan ibuku yang membuat aku 100% bingung dan aneh

“mau ngapain dia kerumah” pikir ku dalam hati

“udah ayo cepat kamu turun kasian dia nunggu kamu dari tadi” ucap ibu ku,

“kak nadira” panggil nova adik ku

“iya dek ada apa?” jawab ku

“kak, tadi kak ditto kerumah dia ngasih kertas ini ke nova, kata kak ditto nova harus ngasih kertas ini ke kak dira” jawab adik ku

“oh iya, makasih ya dek” jawab ku sambil menghela napas karena aku tidak usah kembali bertatapan dengan ditto secara dekat.

Nadira naura senja

Satu nama yang pernah mengisi ruang hati seorang anak laki – laki yang kosong, dia perempun yang baik, lugu, humoris, cantik, dan satu – satu perempuan yang sangat suka senja pada sore hari dan bulan pada malam hari. Aku ditto sanjaya hanya ingin meminta maaf bahwa aku pernah dengan tidak sadar mengecewakan hati kamu.  lewat kertas ini kamu akan mengetahui semuanya, benar bahwa tadi siang aku yang mengikutimu sampai ke kampus. Aku hanya ingin memastikan bahwa kamu baik – baik saja, entah bagaimana perasaan khawatir itu datang tiba-tiba, aku memang laki – laki yang cuek selama ini. Maafkan aku nadira atas kesalahan aku, aku yang berani mengisi hati mu dan kemudian pergi meninggalkan begitu saja, aku hanya ingin kembali bertegur sapa dengan mu, maafkan aku telah melukai hati mu yang pernah dengan tulus untuk mencintai ku.

Ditto sanjaya

Setelah membaca surat dari ditto aku pun hanya bisa terdiam dan memegangi surat darinya itu,

“sebenarnya apa maksud dari semua ini ditto? Aku tidak mau kembali berharap padamu, jangan pernah kembali menggoreskan luka yang perlahan – lahan sudah aku sembuhkan ini” dengan tidak sadar aku meneteskan air mata ku pada kertas yang sedang ku genggam itu

“nadira, gue harap lo bisa ngerti apa isi kertas itu sebenernya, jujur gue punya kesalahan besar sama lo, dan bodoh nya gue, gue baru sadar sekarang setelah sekian lama gue tinggalin lo tanpa sebab, dira gue mohon maafin gue” ucapan ditto di dalam kamar nya yang berhadapan langsung dengan kamar nadira.

Ada rasa disatu cerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang