(4)

663 83 9
                                    

Panjang dan semoga ga bosen 😆😆
Happy reading ❤😊









Hyunjin mengerjapkan matanya yang terasa lengket bekas air mata. Ia memegang pipinya yang terasa perih.

Setelah kejadian tadi siang, hyunjin memutuskan untuk melanjutkan menggambar dikamarnya. Bukannya lanjut menggambar, hyunjin malah terus menangis sampai tertidur .

Hyunjin bangkit dari tempat tidur, mengambil tongkatnya dan melirik jam yang menunjukkan pukul enam sore. Saat berada di depan pintu kamar, dia dapat melihat chan sudah siap dengan celana panjang, kaos hitam lengan pendek dan tak lupa dengan jaket kulit yang tersampir di bahunya.

Hyunjin berniat menanyakan kakaknya akan pergi kemana, tapi perlakuan chan siang tadi mengurungkan niatnya bertanya dan membiarkan chan pergi tanpa berbicara sepatah kata pun.
.
.
.
.
.
.
Chan sudah bersiap menghidupkan mesin motor sport berwarna hitam miliknya, tapi dari arah gerbang chan melihat sebuah mobil mengarah masuk ke pekarangannya. Chan tau siapa itu.

Minho turun dari mobil dan menghampiri chan, " mau kemana?".

"Bukan urusan lo! ", jawab chan ketus tanpa menoleh kearah lawan bicaranya.

"Urusan gue, karna gue adek lo! " balas minho yang sedang menahan amarahnya.

"Awas atau gue tabrak? " ucap chan datar.

Setelahnya minho membiarkan chan yang keras kepala itu pergi tanpa memberi tau kemana dia akan pergi.

.
.
.
.
.
.
.
.

"Hyunjin ?? " panggil minho saat memasuki rumah.

Tak lama minho dapat melihat sosok yang ia cari, dengan tongkat yang terapit diantar ketiaknya, berjalan pelan ke arahnya.

Minho melihat kondisi hyunjin yang sedikit berantakan, matanya sembab, hidungnya merah dan pipinya merah seperti habis ditampar.

"Hei? Kamu ga kenapa - napa kan selama kakak tinggalin ? " tanya minho dengan nada khawatir.

Hyunjin menggeleng sambil menunduk. Minho mengangkat dagu hyunjin agar menatapnya, "kamu habis nangis kan?..... Terus pipi kamu ini kenapa, kok merah? " tanya minho.

Hyunjin bingung dia harus jawab apa, mana mungkin dia bilang kalo chan menamparnya. Jadilah hyunjin beralasan, "Ng... I-ituu ta-tadi ak-aku jatuh wa-waktu mau ambil alat menggambar " jawabnya sambil menunduk.

Minho tidak sebodoh itu untuk tidak mengetahui kalau itu sebuah tamparan bukan karena jatuh, dan dia juga tau siapa pelakunya. Tapi minho memilih diam, karena hyunjin sendiri berusaha menutipinya.

"Lain kali hati - hati.... Besok sebelum kakak berangkat minta tolong dulu ambilin alat gambarnya, oke? ". Hyunjin mengangguk.

"Sekarang kamu mandi, terus kita makan di luar yuk" ajak minho yang membuat hyunjin kembali ceria.






Sekarang hyunjin sedang menatap jalanan dari balik kaca mobil. "Kak minho ga malu keluar bareng hyunjin? " tanyanya tiba - tiba.

Minho tersenyum hangat sambil mengusap lembut rambut hyunjin, "kenapa harus malu?.... Kakak tuh seneng bisa jalan bareng malaikat seimut dan selucu kamu ".

Ucapan minho tadi membuatnya bahagia dan mengucap rasa syukur pada tuhan karena mengirimkanya seseorang yang mau menerimanya dengan tulus.









Mobil minho sampai di depan restaurant dengan kesan sederhana namum sangat nyaman, tidak terlalu ramai, sesuai untuk hyunjin yang sedikit risih dengan keramaian.

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang