Saat Andini sedang membersihkan rumah tanpa sengaja ia menemukan sebuah bukti pembayaran di sebuah rumah makan. Di situ tertera angka ratusan ribu rupiah. Pikirannya tak mau diracuni oleh prasangka buruk.
"Mas aku menemukan ini tadi jatuh di bawah meja. Apa milikmu?" ucap Andini saat sudah di kamar tidur.
Ia serahkan selembar kertas kecil itu pada suaminya yang masih bermalas di tempat tidur.
Roni terlihat kaget saat melihat tulisan yang tertera.
"Enak, ya makan-makan terus, Mas. Aku aja gak pernah diajak makan di luar," ucap perempuan itu.
"Masa rapat sama teman-teman mau ikut," jawab Roni ngeles.
"Rapat kok hanya dua porsi mas. Dengan siapa?
"Masa semuanya harus lapor kamu, aku rapat dengan siapa. Udah perutku dah lapar."
"Iya, aku siapin dulu."
Andini segera keluar kamar menuju dapur untuk menyiapkan sarapan suaminya. Sebutir telur ia goreng setengah matang dengan sedikit bubuhan merica di atasnya.
Ia segera berjalan ke kamar setelah meletakkan
Timun segar ia keluarkan dari dalam kulkas lalu diiris tipis dan diletakkan di piring.
Walau hatinya terselip rasa pahit, ia tetap meladeni suaminya dengan sepenuh hati.
Ia segera menuju kamar setelah meletakkan semuanya sarapan di atas meja makan. Segelas susu tak lupa bertengger di sana.
"Mas, sudah siap sarapannya. Apa gak mandi dulu?"
"Nanti aja, udah lapar." Roni segera bangkit dari tempat tidur lalu menuju ruang makan.
Sampai di ruang makan ia langsung mengambil segelas air putih, berkumur lalu mulai menyantap makanannya.
Andini menemani dengan duduk di depan Roni. Suasana di ruang itu sangat sunyi. Hanya suara denting sendok beradu dengan piring.
Suasana kaku sangat kental. Andini tak berani berkata-kata ataupun bertanya. Ia hanya menunggu suaminya membuka mulut terlebih dahulu.
Setelah menyelesaikan sarapannya, lelaki itu bangkit dari kursi lalu kembali ke kamar. Andini membereskan semua bekas makan suaminya dengan air mata tertahan. Bagaimana pun ia tak dapat menyembunyikan kecurigaannya.
Ia ingin bertanya, tapi pasti akan menimbulkan pertengakaran. Namun, jika hanya ia simpan, maka itu akan menjadikan bara dalam sekam.
Perempuan itu benar-benar bingung dan tak tahu apa yang harus ia lakukan. Akhirnya untuk mengurangi sesak di dadanya, ia pun berpamitan pada suami untuk keluar rumah dan beralasan ingin berbelanja ke warung sebelah.
Dengan begitu, ia bisa menghirup udara di luar rumah. Ia berharap pikiran buruk tentang suaminya bisa hilang kalau dia sudah melihat-lihat suasana yang berbeda di luar.
Langkahnya tak beraturan. Matanya menatap lurus ke depan, tapi pikirannya entah melayang ke mana. Hingga ia tak menyadari jika sebuah motor dari arah belakang hampir menyerempetnya.
"Ibu kalau jalan hati-hati. Jangan gontai begitu, dong," sentak seorang lelaki setengah tua ketika motornya hampir menyenggol badan Andini yang tiba-tiba berjalan ke tengah jalan raya.
"Ma-maaf, Pak. Saya gak fokus tadi." ucapnya merasa bersalah.
Ia tak tahu kenapa bisa ia berjalan ke tengah tanpa sadar. Beruntung jalanan lagi sepi.
Ia pun berhenti sejenak. Menarik napas lalu mengeluarkan pelan melalui mulutnya. Ia menoleh ke arah kanan-kiri lalu melanjutkan berjalan kembali.
Ia tak ingin kejadian terulang, makanya kali ini lebih fokus dan hati-hati.
"Eh, Bu Roni. Sendirian aja, Bu. Mau ke mana?" sapa seorang tetangga Andini di jalan.
"Ini Bu Ima, mau ke warung belanja sayur untuk nanti siang."
"Kok sekarang agak kurusan, Bu. Diet ya?"
"Ah, nggak kok, Bu. Memang beberapa bulan ini sedang tidak enak badan saja."
"Oh, jaga kesehatan, Bu. Jangan sakit, biar bisa selalu jaga suami. Mari saya duluan," ucap wanita yang disapa dengan Bu Ima itu.
Andini hanya mengangguk. Ia terbengong memcerna ucapan wanita barusan.
"Apa maksud Bu Ima ngomong begitu, ya?" ucapnya lirih.
"Ah sudahlah, aku gak mau berpikir macam-macam. Mungkin itu hanya nasihat untukku saja. Bukannya aku keluar ingin cari suasana nyaman?"
Setelah itu ia melanjutkan langkahnya kembali. Menata hati dan tak ingin terus-terusan dihantui perasaan curiga yang terasa semakin menggerogoti kepercayaan pada suaminya
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Bukan Perempuan
General FictionAndini seorang perempuan yang sangat sabar. di pernikahannya yang hampir 30 tahun ia harus menerima kenyataan yang menyakitkan. suaminya berselingkuh dengan wanita lain yang lebih cantik dari dia. Andini yang selama ini percaya pada suaminya, akhir...