-1

15 3 7
                                    

Senin, 4 September 2017

Kalau saja kalian suka memerhatikan di antara berpuluh-puluh murid yang lagi pulang sekolah. Ada satu murid yang nggak begitu mencolok sebenarnya, kalau bukan karena asik konser sendiri di bawah pohon besar tepat di samping gerbang SMA Terang Muda. Ya dia adalah Ila, sekarang lagi nunggu dijemput sambil streaming music video 'Cherry Bomb' dari NCT 127 . Heboh sendiri di antara siswa yang lainnya. Ila memang masih kena euphoria nonton Music Bank kemarin malam.

Ila yang sekarang kelas 11 SMA menjalani kehidupannya dengan menjadi seorang pelajar sekaligus fangirl.

Ada yang menatap Ila aneh, tapi ada juga yang biasa saja. Kepala bergoyang atas bawah kiri kanan, kaki dihentak-hentak, volume suaranya kecil namun tepat nyaring. "Na na na na na na," tiba-tiba saja dipertengahan lagu ada yang menarik earphone-nya. Ila menoleh ke belakang mendapati Ivi dengan muka capeknya.

"Dari mana aja sih La, dicariin juga."

"Elo tuh yang kemana," Ila balas bertanya. Pura-pura sebenarnya.

"Nonton apa La," Ivi menarik hp Ila paksa.

"NCT," kembali Ila merebut hp-nya.

"Siapa tuh?"

"Anak SM, dia ada di mubank semalem." Ila menjelaskan, Ivi bukan korea maniak seperti Ila. Bisa dibilang Ivi kena racun K-pop karena Ila terus-terus cerita soal korea-koreaan saat mereka masih duduk satu bangku kelas 10 kemarin.

Ivi mendengus, "Iya, iya tahu, yang baru nonton konser aromanya mah beda."

Ila mengangkat bahu bangga.

Ivi, sahabat Ila di sekolah. Banyak yang mengira cewek berpipi tembam ini masih SMP karena wajahnya yang imut berponi. Tingkahnya kadang suka bikin Ila kesal kalau jadi sok menggemaskan. Di balik wajah polos anak-anaknya Ivi, siapa yang sangka kalau Ivi doyannya yang panas-panas. Memang wajah nggak menjamin segalanya.

Mulai dari kelas 10 semester 2, Ila dan Ivi sama-sama ikut cover dance. Ila yang maksa Ivi buat ikut, kebetulan waktu itu timnya kurang anggota. Tapi kalau urusan dance, Ila sudah melakoninya sejak usia 7 tahun. Latihan setiap selasa, kamis, dan sabtu sama anggota lain yang kebetulan beda sekolah.

"Di jemput siapa La? Ata?"

Angguk Ila menjawab pertanyaan Ivi. Jangan salah sangka kalau nama cowok yang disebutkan Ivi tadi adalah nama pacarnya. Karena nyatanya Ata cuma saudara angkatnya saja. Memang sedikit malang nasib Ata, ayahnya sudah meninggal tepat di hari Ata dan Ara—saudara kembar perempuannya—lahir, mulai dari situ ibunya mempunyai sedikit gangguan kejiwaan. Dan naasnya lagi 6 tahun kemudian Ara meninggal akibat daya tahan tubuhnya yang lemah. Karena itu sakit Ibu Ata tambah parah sampai akhirnya Mami Papi angkat Ata jadi saudara Ila karena tidak ada yang mengurus. Kebetulan orang tua Ata dan Ila memang sudah bersahabat sejak mereka masih muda, apalagi Nenek—bibi Mami—memang sepupuan juga dengan Nenek Ata.

"Ih, bareng dong. Nebeng gitu."

"Apaan deh Ivi. Ata kan jemputnya pakai motor. Masa mau bonceng bertiga."

"Atau, sekali-kali gantian kek, gua yang pulang bareng Ata."

Ini Ivi kenapa lagi. Iya, Ila tahu kok kalau Ivi memang tertarik sama Ata. Ata kan kadang suka sok misterius gitu. Bikin orang penasaran. "Enak aja. Sana tuh, kalo mau berduaan sama Bang Jo," kata Ila menyebut sopir angkot yang suka mangkal di halte kalau waktunya pulang sekolah.

Tapi kalau dipikir-pikir, apa sih yang buat Ivi jadi tertarik banget sama Ata. Perasaan Ata biasa-biasa saja. Nggak jelek sih, lumayan tinggi juga, tapi kalau sama Oh Sehun masih kalah jauh. Apa karena Ila sudah puas lihat muka Ata dari dulu makanya nggak ada lagi poin yang menarik, ah mana mungkin, mata Ila adalah mata tercepat nomor satu kalau lihat cowok ganteng. Jadi Ata nggak ganteng dong? Tapi kalau Ila nanti sadar Ata itu ganteng terus Ila jadi suka gimana? Hush, apa sih yang Ila pikir. Bikin merinding aja.

LacunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang