first date?

24 6 2
                                    

bukan perkara waktu, tempat,
kuanggap semuanya hanya kebetulan,
karena kerja takdir tak jauh beda,
dengan apa yang kau bayangkan.

•••••

Asal lo tau, gue punya nama julukan. Hantu Penunggu Perpustakaan.
Kenapa sehina itu? Karena gue bukan termasuk golongan alay disekolah ini. Gue lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan.
Baca buku? Ah, bukan.
Tapi tidur, mengkhayal, dan nulis novel laknat dengan deadline tidak tetap yang sering di maju-mundurkan sesuai mood penerbitnya.

Dan pagi ini gue di tempat biasa. Perpustakaan memang selalu sepi setiap hari jumat, karena kebanyakan siswa perempuan akan duduk di tepi lapangan sambil mengeluarkan semangat cheers karena siswa laki laki akan mengadakan pertandingan basket antar kelas. Hanya tersisa siswa siswa kurang belaian yang tidak hadir di area lapangan.

Satu lagi alasan kenapa gue kurang akrab dengan mereka ; gue anak baru. Dua bulan yang lalu gue pindah ke sekolah ini karena keadaan darurat ; papa pindah dinas.
Jadi mau gak mau gue harus pindah ke tempat ini yang memang dari awal bukan sebagai tempat yang gue pengen. Tapi yah, ini adanya-

Dan dua minggu setelahnya muncul kabar bahwa sekretaris OSIS terkena masalah yang membuatnya harus dikeluarkan dari sekolah. Dan tak lama setelahnya, kepala sekolah mengangkat derajatku dari seorang murid baru menjadi sekretaris OSIS dadakan. Kaget, dan tentunya gue gak tau apa apa soal sekolah ini.

Biarpun gitu, gue cinta sama interior perpustakaan disini. Remang dan sedikit redup, memiliki suasana yang tenang, dan tidak banyak orang yang senang meluangkan waktunya untuk membaca buku disini.

"Loh kok nggak ikut ke lapangan?"-

Suara yang terdengar asing.
Gue menoleh kebelakang.

"Eh, iya Kak" -ternyata ada orang.

"Sekretaris OSIS yang baru kan? Kenalin, gue Zeela" jelasnya.
"Hania" jawab gue.
"Ga usah panggil Kak, kita seperantaran kok" jelas Zeela.

Dia lebih cantik ; lebih tinggi dari gue. Dan itu membuat gue yakin kalo dia senior disini. Ternyata salah.

"Kirain cuma gue yang bakalan ada di perpus hari ini" kata Zeela lagi.
"Emang biasanya lo disini?" Gue kepo.
"Iya gue disini, sama Devan. Biasanya dibelakang sana tuh!" Zeela menunjuk kursi bagian belakang, jaraknya lumayan jauh dari kursi yang biasa gue tempatin. Pantesan aja gue hampir gak pernah ketemu dia.

"Devan?" Gue bingung.
"Iya. Oh, lo belum kenal ya"
"Biarin aja, gue lagi gak pengen ngomongin cowok" gue menolak mentah mentah sebelum Zeela menjelaskan tentang siapa itu Devan. Entah itu cowoknya, kakaknya, adeknya, tetangganya, gue gak peduli dan gak akan peduli.

"Lo emang beda dari yang lain" ucap Zeela tiba tiba.
"Beda?" Gue bingung, lagi.
"Ah, mungkin karena lo murid baru" dari tadi Zeela mengucapkan kata kata yang gak bisa gue cerna dengan sekali dengar.

"Maksudnya?" Alhasil, gue bingung.
"Tentang Devan. Gak ada yang pernah nolak pas gue mau cerita tentang dia" jelas Zeela. Raut wajahnya bangga. Entah apa yang sedang ia banggakan, gue bener bener lagi gak pengen peduli.
"Oh-" jawab gue singkat.

"Eh iya, Han. Lo suka buku jenis apaan?" Tanya Zeela.
"Kalo Novel gue suka yang horror horror gitu" jelas gue.
"Horror? Ih serem dah!"
"Lo takut?"
"Gak!"
"Awas kunti dibelakang lo!" Gue menunjuk bangku kosong dibelakang Zeela.
"Anjir!" Zeela mencengkram tangan gue.
"Berani macem macem gue gigit lo!" Ah, ternyata Zeela hobinya gigit orang.

DEALOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang