menyesal +1

50 8 3
                                    

*y/n

Putih dan bercahaya. Sedang berada di mana aku? Apakah aku benar-benar sudah mati? Apakah aku benar-benar berhasil?

Aku berjalan ke depan. Melihat sejauh mataku memandang, tapi tidak sampai ke ujung. Di mana kah ini?

Hingga mataku melihat sebuah pintu yang menghantarkan ke sebuah ruangan yang gelap gulita.

Aku penasaran. Ehm, mungkinkah itu adalah jalan yang harus kutempuh?

Apa ini? Kenapa seperti tidak asing bagiku?

Cklk!

Aku menoleh ke sumber suara karena kaget. Lalu tempat ini menjadi terang benderang. Tuan Ji!?

Dia benar-benar Tuan Ji, apa dia tidak melihatku?

Aku berjalan ke arahnya yang sedang menatap cermin dengan wajah frustasi.

Tuan Ji kenapa?

"Hello,Tuan Ji. Ini aku y/n, kamu bisa melihatku?"

Dia tidak menggubrisku sama sekali. dia kembali melihat dirinya di dalam cermin lalu menghela nafas.

"Aku benar-benar tidak berguna. maafkan aku y/n."

Kenapa ini? Kenapa Tuan Ji meminta maaf padaku? Apa salahnya?

Aku mengerutkan kening ketika Tuan Ji memegang sebuah gunting lalu dihadapkan ke tangannya.

"Tidak! Tuan Ji apa yang kamu lakukan!?"

Aku mencoba untuk menyentuh tuan ji tapi tidak bisa, sia-sia.

tring!

Tuan Ji menaruhn guntingnya lalu mengambil handphonenya di atas rak.

"Halo?"

"...."

"Iya saya sendiri."

"...."

"Ha? Kenapa memangnya?"

"...."

"Kantor polisi? Aku ke sana sekarang."

Kantor polisi? Kenapa dengan Tuan JI?

Aku mengikuti setiap langkah Tuan Ji dari belakang. Aku penasaran, sebenarnya ada apa dengan Tuan Ji? Kenapa dia hendak ke kantor polisi.

Aku berjalan sedikit cepat dan melihat wajah Tuan Ji dari samping.

"Wajahnya pucat sekaligus senang, apa yang sebenarnya terjadi?"

–––

Sesampainya di kantor polisi. Tuan Ji langsung menghampiri meja informasi dan berkata kalau dia adalah Tuan Ji. Lalu ada seorang pria yang membuat Tuan Ji berbinar, sepertinya dia bagian penting dari kantor ini.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Permisi pak, saya Tuan Ji."

"Oh Tuan Ji, silakan ikuti saya."

Tuan Ji mengangguk lalu mengikuti seorang polisi itu.

"Silakan duduk, Tuan Ji."

Aku mengamati wajah penasaran Tuan Ji.

"Bagaimana bisa pasien saya dipindahkan, pak?"

"Jadi, Seungri—"

Aku melotot kaget, lalu aku menghampiri polisi itu.

"Dia yang meminta untuk memindahkan gadis itu. Sebenarnya tidak bisa dia meminta seperti itu, tapi saat dia mengatakan bahwa ada Anda yang menanggung. Jadi, kami lakukan permintaan Seungri."

Seungri, kamu masih ingat denganku? Seungri.... hiks, maafkan aku. Karena aku menambah bebanmu.

Air mataku mulai membasahi pipiku. Sungguh, aku menyesal melakukan itu.

"Seungri... Apa aku bisa menemuinya?"

"Untuk saat ini tidak bisa, Tuan Ji."

"Jadi akar masalah itu mungkin dari situ, pak."

"Dari?"

"Jadi, gadis itu ingin sekali bertemu dengan Seungri—" air mata Tuan Ji mulai membasahi pipinya.

"tapi aku belum bisa. Aku tidak tahu bagaimana caranya. Dan akhirnya gadis itu bunuh diri, aku sangat menyesal hari itu. Aku padahal sudah berjanji pada gadis itu."

Tenggorokanku tercekat. Ternyata Tuan Ji sangat baik padaku. Dia tidak melanggar janjinya. Dia pasti stres karenaku.

"Aku turut berduka. Kami masih menjalani pemeriksaan, aturan tetaplah aturan, Tuan Ji.

Bagiamana keadaan gadis itu sekarang? Masih koma?"

KOMA!? AKU KOMA!??

"Iya, dia masih koma."

"Aku ikut mendoakan gadis itu, Tuan Ji."

—————
—————

#seungri #bb #bigbang #leeseunghyun

Huhuuu, kenapa ini?
Jadi gamau tamat :(

The Other Side Of #seungriscandal2019 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang