Hujan yang sangat deras tadi malam, menimbulkan aroma petrichor yang sangat pekat. Tanah yang basah dengan lumpurnya yang seakan bisa menenggelamkan siapapun yang menginjaknya, menyisakan jejak kaki dari para polisi yang berlalu lalang menghampiri sesosok manusia yang telah terbujur kaku.
Bukan.
Bahkan sosok itu tidak dapat lagi disebut manusia.
Ia terbujur kaku di atas genangan darahnya sendiri yang mulai mengering, baju putihnya berubah menjadi merah dan celana jeansnya menghitam karena darah. Kedua tangannya terikat satu sama lain, wajahnya tak dapat lagi dikenali.
Hancur
Bagi orang awam yang tidak terbiasa dengan situasi mengerikan seperti itu, mungkin ia akan bergidik dan tidak dapat tidur di malam hari. Namun, bagi Megan dan Liam, pemandangan seperti itu seperti makanan sehari-hari.
Bahkan mereka pernah menghadapi yang lebih mengerikan.
"Savier Miller, Laki-Laki umur 25 tahun, pekerja paruh waktu di Yard Cafe yang ada di Elverton Street ini." Kata Liam kepada Megan sambil memperhatikan korban di depannya.
"Hantaman benda tumpul?" Megan ikut mengobservasi korban yang berada dalam kondisi mengenaskan itu.
"Kemungkinan besar palu gada atau semacamnya, tidak ada yang hilang dari korban."
"Ia kehilangan hidupnya."
"Well, kau benar, Meg."
"Monster macam apa yang mampu melakukan hal ini?"
"Itu yang harus kita selidiki."
"Senjata pembunuhan? Sudah ditemukan?"
"Inilah mengapa aku selalu minta kau untuk tidak terlambat datang, aku lelah menjelaskannya."
"Hei, lupakan sebentar keluhanmu."
"No, we found nothing."
"Okay."
"Dilihat dari keadaannya, kurasa dia telah meninggal sejak," Liam berpikir sejenak, "setidaknya 2 hari yang lalu."
"Hanya sekali lihat, kau tahu."
"Meg, aku sangat yakin bahwa kau juga sama."
Megan dan Liam dengan kaus tangan latex-nya mencoba untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak dari korban bernama Savier itu, sebelum dibawa ke laboratorium untuk divisum lebih lanjut oleh Dr.Wein sang dokter forensik kebanggaan Scotland Yard.
"Bukankah posisi punggung korban sangat aneh?" Kata Megan.
"Benar, seperti ada yang mengganjal."
"May i?"
"Yeah, go ahead."
Detektif wanita itu mengangkat sedikit tubuh korban dan melihat sebuah benda yang dibungkus dengan plastik tembus pandang, ia menariknya dengan hati-hati.
"Li, menurutmu apa ini?"
Megan mengangkat sebuah benda yang ia temukan di bawah tubuh korban Savier.
"Semacam buku diary?"
"Buku ini sengaja ditinggalkan oleh si empunya, ia membungkusnya dengan plastik, kurasa orang ini tahu bahwa bukunya akan terkena darah apabila ia tidak melakukannya."
Megan mengeluarkan buku tersebut dari bungkus plastik dan melihat isinya.
"Sialan!" Megan mengumpat.
Di halaman utama dari buku yang memiliki sampul berwarna merah muda dan tulisan 'diary' di depannya, terdapat tulisan yang diketik dengan komputer di atas sebuah kertas HVS yang direkatkan dengan kertas buku tersebut.
"Dear Diary,
Ah, aku tidak pernah sekalipun menulis sebuah jurnal, apakah diary dan jurnal itu sama?
Entahlah
Tetapi
Aku punya permainan untuk kalian semua, dimana pada akhir semua ini akan ada yang mati.
MATI
Kalian paham kan artinya?
Ada bagian-bagian dari buku diary ini yang aku sembunyikan di suatu tempat dan kalian akan mendapatkannya apabila berhasil memecahkan kode dariku!
Jadi kalian harus bergerak cepat!
Chop chop! Before i chop the body!
-Murderer
P.s: Ah, aku hampir lupa kode untuk tempat kejadian perkara selanjutnya
I was standing in front of the usher
She was the first who knock the door
To call the lower to the upperIt's not about the human
I was thinking about the gate
To the palace
Where the parliament regulate the countryTunggu aku di sana atau temui korbanku.
Wish you luck, detective."
"Hei, Liam," Megan menggerakan pandangan ke arah rekannya tersebut, "Kasus kali ini, sangat menarik. Namun melihat bahwa Savier dibunuh kira-kira 2 hari yang lalu, entah mengapa aku sudah menebak alur ceritanya."
"Pembunuh ini telah membunuh semua korbannya dan meletakkan tubuh mereka ketika ia tau kita akan datang."
"Tinggal apakah kita akan mengikuti permainannya atau tidak."
"Bukan masalah permainan, Meg. Tetapi, ini masalah hati nurani kita sebagai manusia, apakah kau bisa diam saja di saat nyawa seseorang kemungkinan telah hilang?"
"Ini yang membuatku kalah darimu."
"Apa?"
"Kau punya hati nurani sedangkan aku tidak, Li."
"Sekarang, lebih baik kita lihat petunjuk dari pembunuh sialan ini dan temukan tempatnya!"
Megan tertawa kecil ketika mendengar perkataan Liam yang sangat bersemangat, ia tahu betul pria di depannya itu sudah memecahkan petunjuk saat melihatnya sekali saja. Begitu juga dengan dirinya yang langsung menyadari dimanakah pembunuhan selanjutnya akan terjadi.
"Kita memang duo detektif terbaik di britania raya ini!" Kata Liam sambil tersenyum untuk dirinya sendiri.
"Hei, kita tetap harus menyatukan pikiran seperti biasanya kan?"
"Baiklah, ceritakan kepadaku bagaimana analisis darimu."
-to be continue
P.s: Tokoh dan cerita ini adalah fiksi, jika ada kesamaan nama tokoh atau yang lainnya itu murni ketidaksengajaan ya teman-temanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Break The Code : Murderer Diaries
AzioneMegan dan Liam adalah duo detektif terbaik di kepolisian Inggris New Scotland Yard, suatu hari terjadi pembunuhan sadis yang terjadi di Elverton Street dan mereka menemukan sebuah diary yang menunjukkan lokasi pembunuhan selanjutnya! Mampukah mereka...