Miami, June 22.
"Nona, tolong beri aku segelas lagi."
"Baik tuan."
"Meja dua puluh empat, satu botol champaigne dan satu pasta. Selamat menikmati."
Ckling.
"Permisi tuan, apa anda sudah siap untuk memesan?"
"Aku ingin . ."
Lelaki itu mengedarkan pandangannya ke sekitar, kemudian menyeringai saat menemukan sesuatu.
". . nona."
"M-maaf tuan?"
--- Senorita ---
"Hei maaf aku telat!" teriak Camila yang baru saja muncul dari depan dan langsung berlari ke bilik kecil di sudut ruangan.
"Ku kira kau sudah dikubur."
Terdengar kekehan renyah dari Camila.
"Pulang dan beristirahatlah Fanny. Kakimu retak." cicitnya saat sudah keluar dengan setelan kerjanya.
Hari ini, ada yang berbeda. Camila megikat rambutnya ke atas dan menekuknya hingga terlihat seperti tambun. Sangat manis.
"Uwa." Fanny melihat penampilan Camila kemudian kembali fokus pada cermin di hadapannya. "Aku bertaruh kau akan dapat teman dansa yang sesuai kali ini." ujar Fanny usai memoleskan lipstik merah bata di bibirnya.
"Hei, itu pujian. Apa kau tak mendengarku gadis muda?" wanita 35 tahun itu mulai merapikan tasnya.
"Aku sudah bilang, aku tak akan pergi ke pesta Fanny." Camila dengan cekatan menuangkan tequila pada gelas-gelas kosong yang sebelumnya ditata Fanny. Fanny menyikut tangan Camila.
"Hei, jangan sombong. Ikutlah aku malam ini jika kau tak ingin mati sia-sia okay?" Fanny menaik turunkan sebelah alisnya sambil menyeringai.
Camila hanya tersenyum.
"Hei nona! Bergeraklah! Pelangganmu hampir sekarat di luar!"
"Ups!" Camila memutar badan. Sudah pasti itu adalah Edd. Si tua keladi yang hanya bisa mengomel.
"Baiklah, aku pergi dulu. Jangan lupa ikut aku!" ujar Fanny tanpa suara sambil berjengit pergi.
"Okay,okay." Camila mengangkat ibu jarinya.
"NONA CAMILA!"
"Baik tuan." Camila segera bergegas ke depan.
--- Senorita ---
Shawn memainkan gelas di tangannya. Sudah hampir lima kali lonceng tempat itu berbunyi, tapi tetap saja ia masih merasa kosong.
Seperti biasa, orang-orang di tempat itu saling bercengkrama. Entah dengan temannya, keluarganya, atau hewan peliharaannya. Mereka terlihat bahagia, sangat. Shawn hanya bisa mendengus.
Tak ada yang menarik, batinnya.
Es tube di gelasnya menimbulkan suara yang khas. Satu pelayan mendekat ke mejanya. Mungkin karena dia melihat Shawn sedari tadi hanya memesan minuman.
"Silahkan tuan, apa anda sudah siap untuk memesan?"
"Aku ingin . ."
Shawn mengedarkan pandangannya ke sekitar dan . . Damn!
"Tequila spesial, selamat menikmati harimu yang indah tuan dan nyonya."
Senyum perempuan itu sangat manis, Shawn sampai menggeser tubuhnya agar tak terhalang orang di depan sana.
" . . nona."
"M-maaf tuan?"
"Ah, maksudku beri saja aku roti yang ini." Shawn menunjuk asal daftar menu tanpa mengalihkan pandangannya dari pelayan manis yang kini semakin menjauh.
"Baik tuan." pelayan itu mencatat pesanan Shawn dan meninggalkannya dengan muka aneh.
"I'll get you." Shawn tersenyum.
Kini semuanya nampak menarik baginya.
--- Senorita ---