Ada ular di sepatumu! Grrrrr!
Ting tung.
Bertahanlah Andy! Aku akan menolongmu!
Ting tung.
Bocah perempuan itu mengalihkan pandangannya dari televisi.
"Dadd"
Ting tung.
"Daddy, ada tamu."
Merasa tak ada sahutan, si kecil itupun bangkit lalu berjalan dengan malas ke arah pintu.
Cklek.
"Alisya what ssup?"
Shawn tersenyum sambil merentangkan tangannya.
"UNCLEEEEE."
Tubuh kecil Alisya tak sampai memeluk pamannya, alhasil ia hanya bisa memeluk kaki Shawn sambil mendongak.
Shawn terkekeh, kemudian merendahkan tubuhnya untuk menggendong Alisya.
"Hei apa kau tidak tumbuh selama aku di Toronto?" Alisya memukuli bahu pamannya yang kini bergetar karena tertawa.
"Pantas saja stok susu di perusahaan papa habis. Tubuhmu berat." ejek Shawn lagi membuat Alisya mengerucutkan bibir.
"Apa Anthony marah padaku?" tanya Alisya.
"Tentu saja,dia-"
"Hei, lihat siapa yang datang." Jeremy muncul dari arah belakang dengan muka sumringah.
"Jeremy aku-"
"Kemari Alisya, pamanmu letih." Jeremy mengambil Alisya dari gendongan Shawn.
"Aku bahkan tak ingat kapan terakhir kali kau berkunjung ke tempatku, Direktur muda." Jeremy terkekeh dan mengajak keduanya masuk.
"Tunggu disini, akan kuambilkan minum." Jeremy bergegas menuju dapur.
"Bagaimana sekolahmu Alisya? Sudah punya berapa teman lelaki?" goda Shawn.
"Mm tidak ada uncle. Nathalie melarangku." Jawab Alisya malu-malu. Shawn terkekeh, anak kecil memang tak pandai berbohong.
"Hei jangan berbohong, aku tau."
"Uncle, uncle harus mencoba pay milik Nathalie." ujar Alisya mengalihkan perhatian, Shawn semakin gemas.
"Apa aku mendengar nama Nathalie?" Jeremy datang dengan beberapa kaleng minuman dan makanan ringan.
"Wah, segar sekali." Shawn meneguk habis kaleng pertamanya.
"Kau seperti kaktus yang diisi ulang Shawn." Jeremy terbahak.
"Uncle benar-benar harus mencicipi pay buatan Nathalie. Enak sekali uncle. Aku tidak bohong." Oceh Alisya.
"Kemarin Dia membuatkanku yang besar seperti..ini." lanjutnya membuat simbol love dengan jari kecilnya.
"Alisyaa. ." Jeremy memperingatkan.
"Ya Daddy?" teriak Alisya tak ingin kalah. Shawn terbahak melihat tingkah pasangan ayah dan anak itu.
"Shawn, kemarilah."
Shawn mengekori Jeremy yang kini membawanya ke lantai atas. Jeremy merogoh saku celananya dan memberi Shawn sebuah kunci.
"Maafkan aku Jeremy, Aku-"
"Tak apa Shawn. Kau bisa tinggal disini selama beberapa minggu. Setidaknya setelah semuanya membaik." Jeremy menepuk pundak Shawn beberapa kali. Lelaki itu tersenyum.