18 September 2017
Perkuliahan sudah memasuki minggu ke-3, tetapi badan Levi masih terbujur kaku di tempat tidur kebahagiaannya, jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat 40 menit padahal jam pelajaran pertama adalah jam delapan tepat. Levi, 19 tahun, memang merupakan mahasiswa yang sangat pemalas untuk bangun dari mimpinya terlebih jika disuruh bangun pagi untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang mahasiswa. Ia berkata "bahwa tidur merupakan sebuah awal untuk membentuk sebuah mimpi menjadi nyata", sebuah kata-kata bijak dari orang yang tidak bijak menurut orang-orang.
"dok, dok, dok!! dok, dok, dok!!" suara ketukan pintu yang sangat kencang dari luar pintu kosannya, seperti mengetahui bahwa orang yang didalamnya merupakan tempat tinggal makhluk astral penunggu kasur kosan berisi tungau mahasiswa yang tidak bisa dibangunkan.
"Woi! Bangun, monyet! Udah telat woi, pelajaran pertama si auman singa!!" terdengar suara yang kencang dari luar pintunya.
Seketika mata si makhluk astral tersebut terbelalak dan membuka pintu kosannya dengan sigap, "Weh, serius lo dor?!?! Gue lupa jadwal jir!!" sahut Levi dengan kencang ditemani dengan mata merahnya yang sangat suram. Panggilan dor merupakan panggilan dekat untuk yang Levi dan jaringan pertemanannya.
"Wakakakakak, gak deng gue boong, yang ngajar si asdosnya kok yang manis itu" sambil terlihat wajahnya yang seperti meneteskan air liur dari mulutnya.
Levi hanya diam, tetapi terasa hawa mencekam yang amat sangat dari tubuhnya dan matanya berubah seperti ingin membunuh. "huft, untung sih ada si muka pispot ini, kalo ngga ya bisa jadi gue absen kelas lagi untuk yang ke empat kalinya" benaknya berkata didalam dirinya untuk menenangkan diri. Levi langsung menghela nafasnya lalu membuka baju dan celana tidur hingga hampir setengah telanjang.
"Weh, dor! gile lu ye! ada manusia disini wey manusia..... bukan patung Selamat Datang!" sahut Tedjo dengan mata terbelalak,
"Bodo amat! Ini hadiah buat elu karena udah ganggu mimpi gue yang sangat indah bersama Pevita Pearce! Nih, nih, gue jejelin benda kebanggaan gue!" sambil menunjuk-nunjuk ke suatu benda yang tidak bisa disebutkan.
"Wanjenggggg, gue masih normal, dor! Eh tapi sih..... boleh juga sih dicoba sekali-kali, bosen juga kalo sama lawan jenis" kata tedjo yang raut wajahnya berubah menjadi sedikit menjijikkan. Levi langsung diam dan bulu kuduknya berdiri semua, "Djo, mulai sekarang lu jangan pernah injak kaki ke kosan ini lagi, jangan pernah." kata Levi tegas, "mantap, dor, kalo gitu gue mulai sekarang gak injek kosan lu, tapi tidur berdua sama lu di kasur indah lo itu" balas Tedjo, Levi diam tak bisa berkata apa-apa lagi.
Akhirnya setelah perbincangan paginya bersama temannya yang sedikit absurd, Levi dan Tedjo berkendara naik motornya masing-masing ke arah kampus mereka, mereka sebenarnya tinggal di kosan yang sama bahkan kamarnya saling bersebelahan, tetapi perbincangan dengan Tedjo masih membuat bulu kuduk Levi masih berdiri tegak dan tidak mau berboncengan motor dengan sahabatnya tersebut. Tedjo dengan muka mengesalkannya masih tidak bisa menahan senyum jahatnya akibat candanya yang sedikit berlebihan ke Levi walaupun masih mengendarai motor kunonya yang ia bawa dari kampungnya di Bantul. Sesampainya di kampus mereka sedikit terburu-buru ke kelas karena waktu sudah menunjukkan bahwa mereka sudah cukup telat untuk masuk ke kelasnya. Untungnya karena yang mengajar merupakan asisten dosen dari mata kuliah tersebut sehingga mereka dua masih bisa duduk didalam kelas. Setelah kelas selesai dengan memakan waktu mencapai dua jam, Levi dan Tedjo berjalan menuju kantin fakultasnya dengan terburu-buru ditemani dengan perut Tedjo yang sudah berbunyi seirama dengan hentak kakinya.
"dor, buruan napa, laper nih tadi pagi gua kaga sarapan gara-gara harus bangunin elu", "Yahelah, santuy napa, ini si Anthony mana deh abis kelas langsung ngilang" sahut Levi sambil mengecek grup online yang berisi sahabat-sahabatnya. "gue juga sekalian mau ngabarin ke yang lain kalo kita otewe ke kantin".
Tiba-tiba seseorang datang didepan mereka secara tiba-tiba "Hallo, guys! maaf tadi gue harus ke toilet dulu soalnya udah kebelet hehehe".
"Ciat, ciat, ciat! Et dah lu ngagetin aja dor! jauh-jauh dari gue, lu tuh masih bau amis!" Tedjo seperti biasa mulai mengejek orang-orang disekitarnya, tak terkecuali sahabat-sahabatnya. Anthony-pun hanya kebingunan dan mencium-cium bau dari dirinya sendiri.
Sesampainya di kantin, mereka bertiga lalu mencari meja biasa tempat mereka nonkrong serta untuk makan dan bercerita, yaitu di bagian kanan dekat pintu masuk kantin sisi kiri dimana dekat dengan lapangan bulutangkis milik fakultas yang memang terkadang Levi dan sahabat-sahabatnya juga suka bercanda ria di samping lapangan karena terdapat sisi yang bisa diduduki.
"Dor-dor semua pada dimananih, mahasiswa-mahasiswa cakep sekampus sudah berada ditempat seperti biasanya ya..." ketik Tedjo memberikan kabarnya di grup online,
"Wait, orang cakep selanjutnya sedang berjalan menuju kesana. Sorry lama abis dapet dosen killer" balas salah satu cowok terakhir dalam grup line tersebut.
"Wah kebetulan kelas gue di cancel nih, gue jalan kesana yaa guys! Nitip pesenin juice favorit gue ya yang sudah disana!" bales salah satu orang didalam grup online tersebut.
"Djo, mau diliat dari manapun orang kek lu juga gak ada cakep-cakepnya, dan untuk bangsawan sultan tumben ya sok cool bilang sendirinya cakep disini" kembali salah seseorang nongol di layar grup dan terlihat sangat mengesalkan.
Ketika membaca dialog yang terjadi di grup online tersebut, Levi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya ditemani dengan sedikit tersenyum hadir di mulutnya. Dalam benaknya ia sadar bahwa sahabat-sahabatnya lah yang selalu menemani hidupnya yang sangat hampa. Ditemani dengan lagu indie kesukaannya yang selalu ia perdengarkan ketika mood senja mendatangi dirinya, menggunakan earphone yang selalu menemaninya kemanapun dirinya berada, dan memandang sinar mentari yang menghampiri matanya.
Itu merupakan salah satu gambaran dari kehidupan yang Levi jalani saat menjalani berkuliahannya.
.
.
Kedepannya, kehidupan Levi akan semakin diceritakan lebih mendalam dan lebih luas sampai akhir cerita.
.
.
Mengenal kesibukannya, permasalahannya, serta sahabat-sahabatnya! Selamat membaca!
YOU ARE READING
Secangkir Kopi Hangat di 101 Kedai
General FictionMenceritakan mengenai petualangan yang dijalani oleh Levi, seorang mahasiswa berumur 19 tahun yang sedang melanjutkan pendidikan di sebuah kampus di Depok dan mengambil jurusan ilmu sosial dan politik, mengenai kehidupan kesehariannya baik itu perku...