Tiga kali jadwal mereka latihan, tiga kali juga Daniel mondar-mandir di apartemen—rumah susun— Park Woojin. Mungkin ia masih bertanya-tanya mengapa Park Woojin memintanya untuk menjemput selama latihan. Tapi biarkan saja, sempat ia menolak, maka Park Woojin akan semakin mengusirnya.
Hari ini pelaksanaanya. Siap tidak siap mereka harus tampil. Kelompok Woojin tampil terakhir. Sungguh melegakan bukan? Tidak juga.
Woojin sesekali bicara memerankan Jasper Hale, disini sosok itu tidak banyak berekspresi, tapi cukup memuakkan juga bagiannya.
Detik-detik terakhir, saat akhirnya Edward mencium Bella...
Semua siswa hampir saja teriak melihat ini. Daniel memang tidak mencium Nancy sampai kena. Guru mereka akan marah juga, kan?
Mereka menyelesaikan dengan baik. Dimana Nancy senyam-senyum sendiri mengingat hal tadi, berkebalikan dengan siswi yang lain yang kebanyakan pasrah hati. Terserah.
"Aktingmu bagus," Puji Daniel dan Youngmin bersamaan. Tak tau yang mana yang jujur, yang penting drama aneh itu sudah selesai. Woojin mendelik sinis pada keduanya. Dasar topeng monyet!
"Dasar es!"
[ dread
wont; ]
"Wah wah, lihat siapa yang rajin? Datang paling pagi, kantin pun dibersihkan... Kau pantas jadi office boy Woojin-sshi,"
Woojin hanya menyeringai mendengar tawa bahakan dari sosok tinggi dibelakangnya.
Tadi, saat hendak mengambil nampan makanan, ada siswa yang tidak sengaja menyenggol Woojin, alhasil makanannya tumpah.
Anak itu sudah minta maaf, jadi Woojin membiarkannya pergi. Jelas ia masih kesal. Ia belum makan dari pagi, tapi melihat kalau siswa tadi anak tindasan, ia urung meminta ganti.
Satu lagi yang membuat Woojin semakin berapi-api, Kim Donghyun ini anak ya keras kepala ya?
"Minggir," kata Woojin pelan. Bukannya minggir, kain pel itu malah diinjak olehnya. Tolong bawa anak yang tak mengerti bahasa ini pergi.
"Kau mengerti bahasa ku kan? Minggir Kim Donghyun," tekan Woojin sekali lagi. Manusia di depannya sungguh menyebalkan.
"Kalau begitu makan denganku, otte?"
Omong kosong macam apa lagi ini?!
"Ya ya ya, sekarang minggir!" Bentak Woojin tak tanggung-tanggung. Penghuni kantin mulai menggosip.
Woojin acuh. Ia membersihkan lantai telaten. Ia tak suka debu, kan? Identik dengan ia tak suka kotor. Jadi mumpung hari ini kesempatannya membersihkan, mari buat bersih lantainya!
Donghyun menatap tajam satu-satu yang berani menggosipinya tadi. Rencananya ia punya hadiah mengejutkan untuk pemuda Park. Tapi si batu itu malah pergi.
[ dread
wont; ]
"Aku hanya minta sebagian uangmu bocah, bukan semua!"
Baru saja kejadian di kantin, ada apalagi di lorong kelas 10?
Woojin ingat anak itu, tadi, yang tidak sengaja menabraknya di kantin. Ah, dia dibully.
"K-kalian sudah mengambil uangku semalam, sekarang sudah tidak ada lagi!" Jawab si junior sedikit membentak. Jelas ia tak terima!
"Pasti kau setiap hari dikasih uang, kan? Masa sekarang tidak ada? Sepeserpun?"
Woojin kenal pemuda ini, anak kelas 11 yang badannya bongsor. Sering dipanggil karna nakal, Song Yuvin?
Ia baru akan pergi setelah mendengar gebukan dari arah sana lagi. Woojin tidak kaget, sih. Si junior itu dipukul oleh Yuvin. Dasar anak itu, badan saja yang besar, otak udang!
Sudut bibirnya berdarah terkena gebukan tadi. Woojin menghela nafas, ia membenarkan kacamatanya, lalu berjalan kearah si junior.
Setalah melihat name tag nya, Woojin segera mengulurkan tangannya untuk membantu Hyung Jun berdiri. Untung direspon, kalau tidak Woojin sudah lidahku tadi.
"Maaf soal yang di kantin tadi, aku tidak sengaja," Cicitnya pelan. Woojin hanya mengangguk pelan. Ia menuntun Hyung Jun pergi dari sana, dari kerumunan orang-orang sok suci.
Dalam hati Woojin mengumpati diri sendiri. Untuk apa ia repot-repot menolong anak ini? Terlebih dia sudah salah, tadinya.
Mereka terus berjalan sampai di depan ruang kesehatan.
"Hyung Jun!"
Woojin dan bocah ini sama-sama menoleh, ada siswa ngos-ngosan memanggil Hyung Jun.
"Won Jin Hyung?"
Lelaki itu berlari memeluk singkat si junior. Woojin melepaskan rangkulannya dari anak itu. Sedikit merasa ia terjebak dalam drama.
"Ada apa? Kenapa bisa luka begini?" Ucapannya berhenti, pandangan Won Jin beralih pada Woojin. Apa-apaan? Nama mereka beda tipis.
"Tadi—
"Bawa dia kedalam, aku permisi.
Hei bocah, jangan takut pada berandalan itu, teriak jika mereka merampas barangmu, kabur jika tak sanggup."
Setidaknya keduanya dibuat tercengang oleh perkataanya. Woojin pergi setelah menceramahi si adik kelas. Ia malas berurusan lebih jauh tentunya.
"Jangan dekat-dekat dengannya," lirih Won Jin menatap sang adik. Ia menyeka darah dari sudut bibir Hyung Jun.
"Apa-apaan? Dia yang menolongku Hyung," desis Hyung Jun sedikit meringis diakhir kalimat.
"Kau tidak tau rumornya?" Mata Won Jin menyipit sembari merangkul sang adik kelas menuju ruang kesehatan.
"Jangan bicara omong kosong, memang apa rumornya?" Biar begitu Hyung Jun pun penasaran.
"Sudahlah, obati lukamu..
Lagian itu hanya rumor, mungkin saja salah," Akhir kalimat dilayangkan ke udara. Won Jin mendengus kasar memapah Hyung Jun yang jadi sedikit manja.
[ dread
wont; ]
"Aku? Bunuh orang? Waw, pintar sekali!"
"Eh? Bunuh? Siapa yang membunuh siapa?"
Woojin terkesiap, ia berjengit kaget melihat Kang Daniel muncul. Wajahnya merah padam menahan amarah. Kenapa sebagian besar manusia suka muncul tiba-tiba?
Malas menanggapi, Woojin meninggalkan Daniel sendiri di samping mesin minuman. Kalau diladeni, pria itu semakin gencar cari cekcok, Woojin malas.
"Rumor itu...tidak benar, kan?"
.
.
.
Kira-kira dua chapt lg pada bosen ga ni? Soalnya ini bakal panjang banget yorobun *mencekik adik sendiri*
Makasih buat yang setia voment uwuu 💚
Aku cinta kalian 🙆♀️💞
See ya 🐻
KAMU SEDANG MEMBACA
dread, wont;
Aléatoire"Park Woojin kenal?" "Rumornya dia bunuh orang," ------------------------------------------- "Dia suka padamu," "Bullshit!" -------------------------------------------- Pairing ; PacaCham , PanCham , Nielcham Cast ; Park Woojin Lai Guanlin Im Yo...