12. until↓

586 81 18
                                    

Mungkin terjebak dalam perasaan bodoh itu memang sakit. Terlebih saat sepihak sudah merasa bahwa ia yakin dengan pilihan hatinya. Lai Guanlin tidak pernah berpikir jernih sejak saat itu. Saat Jihoon mengatakan hal paling aneh dirasanya.

"Dia suka padamu," katanya begitu. Bermaksud mengarahkan pandangannya pada si lelaki surai coklat yang sedang melakukan ritualnya di mesin minuman.

"Bullshit!" Jadi Guanlin akan percaya dengan itu begitu? Makhluk es mana yang bisa di tebak wahai Park Jihoon? Guanlin memang bukan cenayang, ia bahkan tidak yakin Woojin pernah melihatnya dengan damba. Anak itu selalu berlaku selayaknya es, ya begitu. Ekspresinya itu-itu saja. Guanlin muak.

Dan minggu berikutnya ia berakhir dengan hubungan percintaannya. Malang, kan?

Guanlin tidak dendam, ia merasa ada yang salah. Wajah polos Jihoon itu tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk dikepalanya.

Dan, ia berusaha membuktikan sendiri.







[ dread

wont; ]








Ini sudah mendekati tanggal keramat. Woojin, tebak... Jam kedua akan ada kelas kosong. Jujur, Woojin tidak suka penyelanggaraan seperti ini. Ikut event saja tidak ada niat. Tapi ini wajib, hari ulang tahun sekolahnya sudah dekat. Setidaknya seminggu kedepan, itu sebentar lagi kan?

Satu lagi, kelas mereka dirombak. Woojin yang mang sudah merasa hidup sial dari awal makin emosi, sebangkunya hari ini Lim Youngmin. Astaga, masalahnya memang banyak.

"Woojin-ah, aku kurang paham yang ini, kau bisa ajarkan?"

Pelajaran fisika, manusia ini tanya padanya tentang fisika?

"Kau saja tidak tau, apalagi aku," jawabnya begitu. Nyatanya memang begitu, lebih ke—tidak mau tau.

Si pria tinggi tersenyum sedikit, lalu bergerak membongkar tasnya. Entah apa yang dicari.

"Kalau begitu, ini saja, aku juga tidak mengerti yang ini,"

Lain kali Woojin akan konsultasi dengan guru saat hendak merombak teman semeja.

Matematika dan fisika itu indentik bukan?

"Kalau aku tidak tau fisika, berarti aku juga tidak bisa di matematika Youngmin!"

"Siapa bilang?"

"Tidak tau! Pindah sana! Aku muak!"

Sebenarnya Woojin ingin lanjut membentak, tapi kalau akhirnya dia dihukum karena berisik dikelas ia lebih memilih diam. Pelajaran baru akan dimulai saat wali kelas mereka datang.

"Kalian tau kan? Sebentar lagi itu memperingati hari jadi sekolah ini."

Karena sudah menebak dan benar, Woojin mengangguk iya. Sebagian siswi sedikit berisik saat membahasnya. Sedangkan siswa laki-laki sudah bersiap mendengar celotehan panjang lebar tentang persiapan nanti.

"Nanti akan ada lomba, kalian juga akan membuat busana karnaval."

Ah, karnaval, biasanya visual terdepan yang diutamakan. Woojin tidak berharap—apalagi berniat ikut. Sukarela menjadi model? Hah mati sana!

"Tahun lalu siapa yang jadi model di kelas sepuluh?" Tanya guru mereka, wajahnya berseri saat melihat seorang tunjuk tangan.

"Kang Daniel eh? Masih berniat?"

Daniel sedikit melirik meja sebelumnya yang ia pakai. Tidak tau melihat mejanya atau chairmate disana.

"Lai Guanlin menawarkan diri tadi,"

Woojin menaikkan alisnya, dalam hati membenarkan kalau diantara mereka berdua cocok saja. Tapi matanya malah memicing kepada orang di sebelahnya. Ia melirik penampilan Youngmin, Youngmin balik menatapnya sambil tersenyum. Manis sekali.

"Aku tampan kan?"

Woojin mana sadar kalau ia mengangguk. Ia baru bangun ketika tawa Youngmin terdengar.

"Apa yang lucu?"

"Heh itu yang dibelakang! Dengarkan! Jangan diskusi!" Bukan guru mereka, tapi Daniel.

Woojin meluruskan kursinya yang agak tergeser tadinya. Lalu menoleh ke samping dan berkata,

"Kau tidak mau?" Pada Youngmin. Si pendengar senang saja diladeni.

"Hm? Mau apa?"

"Model.."

"Apa aku cocok?" Youngmin sedikit merapikan baju dan dasinya serta menegakkan diri.

"Kau tinggi, jadi cocok."

"Heh, kau pikir jadi model itu hanya butuh tubuh tinggi?" Tanya Youngmin datar. Kurang apa lagi wajahnya yang tampan ini.

"Kau tau? Wajahmu lebih cantik daripada Nayeon, itu menurutku," sinis Woojin sedikit tajam. Rasanya ingin mematahkan leher Youngmin dan membuangnya ke Sungai Han.

"Memang begitu, saking tampannya jadi jatuh cantik kan? Banyak yang memujiku begitu, aku sudah biasa,"

Woojin menganga berusaha sabar. Youngmin ini jika makin diladeni ternyata salah. Daripada tambah dosa, Woojin menuli saja. Tidak sadar apa yang dikatakan gurunya tadi. Terakhir yang ia dengar,

"Modelnya Lai Guanlin untuk fashion show, lalu untuk busana karnaval Park Jihoon."

-

-

Hai?






dread, wont; Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang