1 . 0

725 16 6
                                    

Langit mendung lagi.

Aku tidak ingat kapan musim mulai berganti. Hanya menggunakan kemeja dan rok pendek adalah bagian terbaik waktu aku sadar musim panas membuatku lebih sering berkeringat.

Jalanan juga nampak pada setimbang normal. Dengan beberapa orang dewasa yang mulai berlalu usai bekerja atau beberapa anak sekolahan yang nampak tertawa bersama berjalan ke tempat bimbingan belajar seperti biasa. Seharusnya begitu.

Oh, iya. Libur musim panas sudah berakhir. Menyisakan sedikit kebiasaan tak berarti, tapi perlu diamati.

"Kau akan terus berdiri di teras sekolah saja? Aku yakin hingga badai berakhir pun kau tidak akan menemukan solusi kalau tidak berusaha."

Nora-ku mencibir seperti biasanya. Setengah menutupi kepalanya dengan jaket. Matanya yang mendelik ke arahku membuatku takjub bukan main.

Maka aku terkikih pelan ke arahnya. Sembari menepuk pundak, "Gampang. Aku akan bermalam di sini," aku menjawab tanpa ragu.

Tapi Nora tidak membiarkanku tenang barang sejenak. Ketika matanya justru menemukan objek yang membuatnya tersenyum miring dan mulai menyenggol lenganku secara sengaja.

"Aku duluan." kalimat terakhirnya tidak memberikan waktu untukku menyahut.

Dia lari begitu saja di bawah rintik hujan yang cukup ganas. Dengan payung transparan yang sedikitnya melindungi kepala dia. Oh, sekarang sudah masuk musim penghujan. Dan aku tidak sadar itu.

Aku cemberut.

Menjadi yang terakhir pulang sendirian bukanlah hal yang menyenangkan.

Tapi memang aku sendirian?

"Kak Erum."

Aku memutar kepala menghadap ke arahnya. Persis ke tempat dimana Nora tadi sibuk menggodaku dengan senyum anehnya.

"Kenapa?" aku lantas menyahut seadanya.

Kemudian membiarkan bocah itu mulai membuka payung besarnya. Kedua tanganku sibuk bersedekap memerhatikan.

"Aku akan berbagi setengah tempat dari payungku untuk kakak. Ayo."

Tangannya menarik tanganku paksa. Menggandeng tanpa seizinku dan mulai menguncinya begitu langkah kami terhitung di bawah rinai hujan.

Dia Cha Junho, pacarku.

Dan hubungan kami ini tetap rumit meski musim panas sudah mulai terkikis menyisakkan musim hujan yang menyulitkanku.


ㅡend.

Sweet Climax - Cha JunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang