Nora itu definisi nakal.
Sempat ketika aku masuk kelas dengan tatanan rambut acak-acakkan dirinya kembali menggodaku. Dengan senyum andalan yang sering membuatku merinding tak karuan.
Sepintas dirinya ikut merapikan rambutku, "Apa yang kau lakukan sepagian dengan adik kelas itu?"
Dia ini jorok benar.
Pemikirannya benar-benar sering mengguncang telak harga diriku. Kemudian aku menepuk tangannya kencang sampai dia meringis bilang perih.
"Aku bangun kesiangan. Tidak ada hubungannya dengan Uno."
Sekali lagi Nora-ku ini tersenyum nakal. Sengaja meniup-niup cuping telingaku, "Uno sayang," dia berbisik seperti itu.
Lantaran dia menggodaku habis-habisan. Aku tidak sadar bel masuk jam pertama sudah bergulir ke jam-jam selanjutnya. Menyisakkan pengar di kepalaku karena banyak menahan tawa dan emosi gara-gara Nora.
Guru masih mengajar. Kalau ribut mampus.
Akhirnya jam istirahat datang. Menyisakkan Nora yang mematut-matut mukanya di depan cermin kecil kesayangan.
"Nora cantik siapa yang punya?"
"Mama papa."
Aku setidaknya terkikih disuguhi pemandangan agak menggemaskan.
Wonjin yang memang kadang menyempatkan diri ngapel selalu berakhir meringis usai menyahuti perkataan pacarnya. Entah. Mungkin karena Nora yang kelewat pede.
"Siapa yang minta ditemani beli cemilan tadi."
Nora dengan kebiasaan ajaibnya mengacung. Meninggalkan cermin kecil kesayangannya, ia buru-buru berdiri. Tidak lupa menyentil sedikit ujung pelipisku, "Bye."
Keduanya menghilang di tikungan pintu kelas.
Menyisakkan kehampaan yang sama sekali tidak aku prediksi awalnya. Kelas benar-benar kosong tak berpenghuni minus aku.
Sehingga aku merutuk karena malas keluar kelas dan memilih tidak menjadi orang ketiga dalam kencan praktis milik Nora tadi. Ah, seharusnya aku ikut Nora dan Wonjin saja ketimbang berdiam di sini.
Istirahatku jadi hambar.
Maka aku meletakkan kepalaku di atas meja. Mencoba memejam barang sebentar. Perutku ternyata malah memberi sinyal lapar sekarang.
"Lapar." aku menggumam. Tapi memilih memejam saja karena terlalu malas untuk keluar kelas. Yah, nanti kalau sudah bel pulang lebih baik cepat-cepat keluar dan pergi ke toko terdekat untuk membeli roti.
Tapi niatku itu agaknya menjadi batal ketika dingin menyergap pipiku secara tiba-tiba. Dengan sekejap aku menegakkan tubuh terkesiap ingin tahu siapa yang berani-beraninya menggangguku.
"Ini makan siang Kakak. Harus dihabiskan."
Mulutku menganga lebar. Menyambut sebotol air mineral dingin dengan dua bungkus roti kacang merah yang barusan diserahkan olehnya.
"Uno balik ke kelas dulu ya, Kak Erum."
Cha Junho membuatku tidak ingin melepasnya.
ㅡend.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Climax - Cha Junho
Cerita PendekKarena hanya di antara kami yang akan merasakan manis dan pahitnya hubungan ini. Cha Junho x OC ➡ Dimulai : 20190711 ➡ Berakhir: disc. ©yeobose-yo