Pertemuan Malam itu

15 1 0
                                    

Dengan gerakan secepat kilat pria itu melayangkan sebuah senjata tajam ke beberapa musuhnya. Senjata yang sejenis dengan pedang itu langsung menggeser ke kulit para musuhnya menimbulkan percikan darah segar.

Sirine polisi terdengar jelas dari arah mereka tawuran saat ini, mereka bersusah payah melarikan diri dengan luka dimasing-masing tubuh mereka.
Arshal yang memang sudah penuh dengan lebam dan beberapa goresan ditubuhnya itu mencoba bangkit dengan menahan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya.
Arshal melemparkan senjata tajam itu kearah Deril dan berhasil Deril tangkap lalu ia simpan di dalam tempatnya.

"Lo pakai motor gue, lo pergi sekarang" Arshal memberikan sebuah kunci motor ke Deril.

"Lo apaan sih shal, lo lebih butuh dari kita" bentak Deril.

"Lo gak lihat Raffa? Dia lebih butuh, dia hampir sekarat. Lo pergi aja sekarang sebelum polisi datang kesini" Arshal segera melarikan diri dengan sekuat tenaga nya, meski sebenarnya ia sudah tidak tahan lagi jika harus berlarian seperti ini dalam keadaan penuh luka dan lebam di sekujur tubuhnya.
Meski sebenarnya dirinya tidak tega meninggalkan teman-teman nya disana. Suara sirine polisi itu semakin dekat Arshal semakin mempercepat larinya. Entah dia mendapatkan ide dari mana hingga dirinya masuk kesebuah pekarangan rumah yang lumayan sepi, dan mungkin penghuni rumah itu sudah tidur. Ia melompat ke area semak-semak dekat dengan sebuah ruangan yang mungkin itu adalah kamar.

"Gua harap disini aman" batin Arshal

Ia melirik kearah jendela di belakang nya itu, matanya agak menyipit agar ia dapat melihat sesuatu di dalam sana. Tetapi gagal karena jendela itu terbalut tirai yang menutupinya. Arshal melihat suasana disekitarnya sudah lumayan aman. Ia segera menarik paksa jendela itu hingga menimbulkan sebuah suara yang sedikit keras. Entah kekuatan apa yang Arshal miliki hingga dirinya dapat membuka sebuah jendela yang terkunci dengan tangan kosong. Sempat terlintas difikiran Arshal jika penghuni rumah yang berada di dalam kamar itu akan terbangun dan pasti akan memukulnya dengan sapu.

Arshal segera melompat kedalam ruangan itu, udara didalam ruangan ini begitu hangat tidak seperti udara diluar sana. Mata Arshal tertuju kepada perempuan yang duduk diatas ranjang dan kini perempuan itu sedang menatapnya dengan semburat aura ketakutan yang tertera di wajahnya.

Arshal berlari mendekati gadis itu, mendekati nya hingga jarak antara Arshal dan gadis itu begitu dekat. Gadis yang berada di depan Arshal semakin ketakutan, manusia aneh darimana ini pikir gadis itu. Arshal semakin mendekatkan wajahnya kearah gadis itu hingga Arshal dapat merasakan hembusan nafas gadis di depannya.
Terpancar jelas di wajah gadis itu bahwa dirinya sangat ketakutan. Ia segera mendorong Arshal dengan sangat kuat hingga Arshal menjauh dari dirinya.

Arshal menghembuskan nafas nya dan kini duduk di lantai menghadap jendela yang tadi ia lewati untuk masuk ke kamar ini.
"Kamu ngapain masuk ke kamar aku" tanya gadis itu dengan suara pelan dan gemetar tapi masih terdengar jelas di telinga Arshal. Arshal menatap gadis itu sejenak dan kemudian kembali menatap jendela yang sudah rusak akibat dirinya tadi.

"Tadi gue habis tawuran, terus gue dikejar sama polisi, dan gak tau kenapa tubuh gue ngebawa gue masuk ke pekarangan rumah lo dan masuk kesini" jelas Arshal yang kemudian melepaskan jaket yang sudah terbilang kotor dan terdapat noda darah di situ. Gadis itu hanya mengangguk paham, jujur dirinya kini semakin takut mendengar kata tawuran.

"Nama lo siapa?" tanya Arshal dengan suara dingin, kini Arshal menatap gadis itu dengan tatapan yang tenang.

"Aletta"

"Gue Arshal" Aletta hanya mengangguk saja, kini Aletta bukan hanya takut tetapi dirinya juga sangat kesal. Yang pertama karena Arshal masuk ke kamar Aletta tanpa permisi. Kedua Arshal telah merusakan jendela kamar nya. Aletta menatap Arshal yang hanya memakai kaos hitam ditubuhnya terdapat goresan luka di lengan sebelah kanan nya. Dan beberapa luka lebam di wajahnya. Terdapat rasa iba di hati Aletta melihat Arshal yang penuh luka itu.
Aletta bangkit dari duduk nya dan berjalan kearah lemari tak jauh dari ranjang nya. Arshal hanya menatap kegiatan Aletta.

ARSHALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang