Untuk keberkian kali, aku gelisah dengan sebab yang pasti. Bayangan tentangmu semakin menjadi. Aku takut terlalu nyaman berada didekatmu. Karena kamu, seharusnya bukanlah yang aku ijinkan untuk memasuki pikiranku. Dan hatiku.
Malam tak pernah menjadi tenang sekarang. Hiruk pikuk di balik bayangan dirimu membuatku ingin berhenti. Aku memang tak suka ramai, apalagi ramai di dalam hatimu. Aku tak mau berbagi ruang disana. Sekalipun aku ditempatkan di lantai pertama. Karena itu akan membuatku sulit bergerak untuk merabai seluruhmu. Hatimu.
Tanggal 02 Mei 2019, memunculkanmu lagi di dalam mimpi sudah membuatku sesak nafas. Ditambah dengan pesanmu pagi ini :
Acid : "Kamu semalam datang di mimpi aku kenapa?" Pesan yang benar-benar mengejutkan. Seharusnya aku yang menanyakan hal itu. Karena semalam wajah Acid sangat jelas didalam mimpiku. Ketawanya, tubuhnya, gesturnya. Tapi tunggu dulu. Ini berarti semalam kita berdua bertemu di dalam mimpi? Oh My God!!!
Aku : "Makanya jangan dipikirin terus." Aku hanya bisa membalas seperti itu. Setelah puluhan menit pesannya hanya aku baca.
Acid : "Tapi ngga keliatan mukanya. Cuma suaranya aja." Jelasnya. Yang tak pernah bisa menjelaskan isi hati kita masing-masing.
Bisakah mimpi itu diulang? Aku ingin memastikan, apakah kita memang bertemu di dalam mimpi semalam atau tidak.
Hari ini dia pergi ke Sukabumi. Meja depanku sepi. Tapi hati sangat gemuruh karena mimpi-mimpi. Kenapa Acid sangat blak-blakan menceritakan tentang mimpinya itu. Sementara aku dari semenjak bangun tidur malah merasa sangat bodoh dan gila karena memimpikannya lagi. Dia tidak ada didepan mejaku sekarang. Tapi candanya masih sangat manis aku dengar.
Sampai pada sore harinya, senja berpihak pada hati kita berdua. Warna orange memenuhi awan di ufuk barat. Indah dan menenangkan. Matahari yang aku lihat sangat menawan. Tiba-tiba ada pesan dari Acid di whatsapp. Dia mengirimkan foto senja di ujung pantai yang dia kunjungi di Sukabumi. Dia bilang, "Ini hadiah buat kamu ya". Entah apa maunya. Tapi bunga-bunga semakin bermekaran di akar hati. Sial! Lagi-lagi aku tetap ingat , bisa saja dia juga mengirimkan foto itu ke pacarnya. Jahat!
Lalu aku juga membalas pesan itu dengan mengirimkan foto langit sore di kota ini. Tidak kalah cantiknya dengan milik Acid di sana. Lalu dia membalas,"Kita menikmati senja yang sama, tapi ditempat yang berbeda".
Aku sedikit tersontak dengan ungkapan itu. Membuatku ingin tertawa ketika membayangkan, bagaimana jika Acid mengucapkannya secara langsung. Laki-laki berperawakan besar itu. Hahaha.
Beberapa hari kemudian. Acid memintaku untuk membuat laporan tentang masalah yang terjadi pada proyek kita di Papua. Siang itu dia ada di luar kantor dan kita hanya koordinasi melalui whatsapp.
Aku :"Ini laporannya. Mau di cek dulu ngga?" Aku mengirimkan file laporan itu supaya bisa di cek.
Acid :"Aku percaya kamu :)" Bukan jawaban yang sedang aku inginkan, karena aku memang sedang serius bekerja. Dan masih banyak lagi yang harus aku kerjakan selain laporan itu.
Aku :"Nanti kalo ada yang salah awas ya!" Balasku dengan sedikit mengancam.
Acid :"Udah. Aku percaya kamu kok." Balasnya lagi. Aku rasa Acid sedang ingin bermain kata sekarang.
Aku :"Tapi aku ngga percaya diri haha." Jawabku untuk bisa mengikuti alurnya berbicara.
Acid :"Aku yang dampingi, biar kamu percaya diri. Aku tuntun dari samping kananmu ya." Balas Acid tanpa candaan atau sedikit haha hehe.
Aku hanya bisa membaca pesan terakhir di siang itu. Tidak sanggup membalas lagi karena aku bingung. Apa maksud dari ucapannya? Itu bukan permainan kata yang lazim untuk di tawarkan padaku saat ini. Atau aku yang seakan menahan diri karena takut terlalu nyaman? Sudahlah, mungkin ini akan segera berlalu. Tapi sikapnya di bulan kelima ini malah semakin terasa manisnya.
YOU ARE READING
Untuk Kamu Yang Duduk Di Depan Mejaku
RomanceKamu adalah baju yang sama sekali tidak aku suka. Tapi aku nyaman memakaimu, membalutmu dalam tubuhku.