2

29 8 4
                                    

"Kenapa sih lu dari tadi ngedumel ngga jelas?"
"Sebel banget gue, Ki."
"Iya sebel kenapa? Cerita sini sama ibu peri Askia."
"Idih."
"Hahaha, udah buruan cerita."

Anjani menceritakan semua kejadian sial yang menimpanya hari ini dan semua karena satu laki-laki yang tidak dia kenal.

Setelah Anjani selesai bercerita.
"Oh gitu emang tuh cowok siapa?"
"Ya gw ngga taulah tapi yang pasti dia kakel kita anak IPA."
"Ciri-cirinya?"
"Tinggi, putih, mancung."

Pukulan tangan Askia tepat sasaran di kepala Anjani.

"Anjir, sakit bego."
"Lu yang bego nyebutin ciri-ciri orang tuh yang spesifik, ciri-ciri kayak gitu tuh banyak di sekolah kita."
"Tau ah ngga usah ngomongin dia lagi, bikin mood gw tambah down aja!"
"Yaudah."

Askia pun mengeluarkan ponsel dari sakunya dan bermain instamiligram. Tidak sengaja Anjani melihat di instamiligram Askia laki-laki yang membuatnya sial seharian ini. Anjani merebut hp Askia dan menunjukan di depan muka Askia sambil menunjuk-nunjuk foto Angin di instamiligramnya.

"Nah ini cowok yang bikin gw sial seharian ini!"
Askia pun merebut hpnya.
"Lah ini kan kak Angin."
"Lu kenal?"
"Eh asal lu tau kak Angin tuh salah satu murid pintar di sekolah kita dan dia jago banget main gitar tapi dia ngga begitu terkenal di kalangan anak hits sih, soalnya dia tuh sukanya menyendiri, tapi kalo lu perhatiin ya udah pinter, ganteng, tinggi, jago main gitar, duh bikin melting." Puji Askia dengan ekspresi orang halu. Anjani bergidik ngeri melihat Askia seperti orang kehabisan obat.

"Oh.. jadi namanya Angin, tapi tadi lu bilang apa? ganteng? Hah muka kaya sandal swallow kecebur got lu bilang ganteng? Pokoknya dia itu pembawa sial di kehidupan gw!"
"Serah lu dah, jangan benci sama dia entar lu suka lagi hahaha."
"Ih ngga bakal!"

Bel pulang sekolah pun berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelas.

"Kia, lu pulang duluan aja gua mau ke kamar mandi dulu."
"Oh yaudah, gw duluan ya."
"Oke hati-hati di jalan."

Setelah selesai dengan urusan perutnya, Anjani pun pulang. Namun saat melewati ruang musik, Anjani mendengar suara gitar yang mengalunkan sebuah instrumen lagu dengan merdu dari dalam ruang tersebut dan Anjani berhenti. Ia menempelkan telinganya di pintu.

" Siapa sih yang main gitar jam segini? Masa setan? Tapi bagus juga mainnya. Keren." Anjani pun langsung membuka pintu dan mendapati seorang laki-laki yang membelakanginya sedang bermain gitar. Anjani yang tidak tahu siapa laki-laki itu turut menikmati suara indah yang dihasilkan dari permainan gitarnya. Laki-laki itu merasa ada seseorang dibelakangnya. Dia pun menghentikan permainannya dan menoleh kebelakang. Ia menemukan Anjani yang menutup mata pertanda menikmati permainan gitarnya. Anjani membuka mata setelah tak mendengar suara apapun.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Angin saat mengetahui ada gadis yang diam-diam mendengarkannya bermain gitar.
"Harusnya tuh gw yang nanya ngapain lu disini, bukannya pulang malah ngapain." Balas Anjani tak mau kalah.
"Terserah aku lah mau ngapain."
Angin menaruh gitar yang dimainkannya tadi dan mengambil tas lalu beranjak pergi.
"Dih main nyelonong pergi aja ngga pake permisi."

***

Malamnya, Anjani tidak bisa tidur karena masih terngiang-ngiang di kepalanya lagu yang dimainkan Angin tadi. Lagu itu sangat asing tetapi mampu membuat dirinya hanyut didalamnya. Anjani tersenyum. Ia membayangkan tengah berada di alam bebas sambil mendengarkan alunan gitar yang menghangatkan hati. Entah kenapa kali ini ia serasa hangat, tentram. Hatinya entah mengapa serasa seperti tiada beban mengingat ada seorang laki-laki tengah bermain gitar. Ia teringat kepada sosok yang dulu pernah mengisi ruang hatinya dan sosok itu mirip dengan Angin.

"Ck, apa-apaan sih gw malah mikirin dia." Anjani berdecak. Anjani lekas mengatur posisi tubuhnya dengan nyaman.

Tanpa sadar ia perlahan terlelap dalam tidurnya dengan lagu yang dimainkan Angin masih terngiang-ngiang di kepalanya menjadi lagu pengantar tidur baginya.

***

Hujan perlahan turun pada tengah malam. Tidak terlalu deras tetapi mampu membasahi apapun pada malam itu. Angin menatap jendela memandang hujan yang menetes pada dedaunan di pohon. Merontokkan segala sesuatu yang rapuh. Entah mengapa hari ini tidak seperti biasanya. Ia mengambil gitar yang berada di kasurnya kemudian mulai memainkannya. Lantunan suara gitar bercampur aduk dengan suara hujan, dan nyanyian lirih. Dengan mata terpejam, Angin menikmati hujan di malam itu. Menyanyikan salah satu lagu favoritnya.

(Silahkan putar lagu yang ada diatas ya)

Hanya rindu - Andmesh K

Ku ingin saat ini, engkau ada di disini
Tertawa bersamaku, seperti dulu lagi
Walau hanya sebentar, Tuhan tolong kabulkanlah
Bukan diri ini tak terima kenyataan
Hati ini hanya rindu
Hanya rindu...

-----------
Catatan:
Hai semuaa, cerita ini udah ditetapkan bakal update setiap senin. 👍😆
Dan maaf kalo part ini dikit.🤗
Dan juga jangan lupa Like dan Coment 🤗

Senin, 24 Juni 2019

AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang