3

20 6 4
                                    

Hari ini adalah hari Minggu. Sisa hujan semalam masih membekas. Membuat Anjani enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya. Hingga tiba-tiba ia teringat akan satu hal. Ia bergegas bangun dan berlari ke kamar mandi.

Setelah selesai berdandan ia menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa.

"Mah, Anjani pergi dulu ya." Anjani keluar dan menutup pintu dengan sangat keras.
Mamanya yang awalnya sibuk dengan hp menjadi teralihkan dengan kehadiran anaknya yang terlihat buru-buru. Mamanya tidak menjawab dan hanya menggelengkan kepala karena melihat tingkah anak gadisnya itu.

Anjani kemudian berkendara dengan motor Scoopy kesayangannya menuju sebuah toko. Toko langganannya yang selalu ia kunjungi tiap hari Minggu. Di depan toko terlihat sangat ceria, berwarna-warni dan tentu saja harum. Ya, Anjani akan membeli bunga hari ini. Seperti biasa, pegawai toko tentu sudah menyediakan bunga yang selalu ia beli. Sudah 2 tahun Anjani menjadi pelanggan tetap toko itu. Entah sampai kapan.
"Adi, mana barang gw?"
Anjani langsung bertanya kepada seorang pelayan yang sudah 2 tahun melayaninya.
"Nih, gocap."
"Iya, udah tau." Ucap Anjani sembari memberikan uang berwarna biru tersebut.

Tanpa basa-basi, Anjani langsung keluar lalu mengendarai motornya lagi ke suatu tempat. Tempat yang selalu ia kunjungi selama 2 tahun terakhir. Tempat yang menjadi tujuan utamanya setiap hari Minggu tiba selain toko bunga tersebut.
Tempat dimana hamparan rumput terlihat menyegarkan saat dipandang, serta suasana sejuk yang menyelimutinya. Hujan semalam memberikan aroma luar biasa menenangkan di tempat tersebut. Ditambah lagi tidak ada orang lain yang menganggu kedamaian ditempat itu.
Setiap Minggu Anjani selalu datang ke Tempat Pemakaman Umum Damai Asri.
Setelah memarkirkan motornya, ia dengan langkah pelan menuju pada sebuah makam dengan batu nisan bertuliskan.

Arsya Firmansyah
18 Mei 1999
7 Februari 2017

Ia duduk berjongkok lalu menaruh bunga yang ia beli tadi. 2 tangkai mawar putih dengan satu helai daun pada masing-masing tangkai dan tanpa duri.
Dengan perasaan sedih, ia teringat akan sosok yang telah meninggalkannya 2 tahun ini. Air matanya menetes tetapi bibirnya tersenyum. Tak disangka gadis seperti Anjani juga mampu menangis.
"Udah tepat 2 tahun lu ninggalin gw, Ar."
Air matanya kembali menetes. Memang benar kata orang-orang bahwa orang yang paling banyak cerita dan paling banyak tertawa adalah orang yang paling kesepian. Setiap hari ia kesepian.
"Pasti lu udah bisa nebak gw mau ngapain, yap betul gw mau cerita."
Anjani tertawa sambil mengusap air matanya.
"Sehari yang lalu gw ketemu cowok rese, dan ternyata gw satu sekolah sama dia, kakak kelas pula. Dan dia mirip sama elu."
Anjani menceritakan segalanya yang ia alami selama di sekolah maupun diluar sekolah. Senyumnya mulai mengembang bertanda Anjani sudah puas curhat kepada batu nisan tersebut.
"Rasanya udah lega setelah cerita sama lu. Gw pamit dulu ya, Minggu depan kita ketemu lagi."
Anjani lalu beranjak dari duduknya kemudian ia  pergi untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan sejak curhat tadi.
Ia memilih makan di cafe yang dekat dengan pemakaman. Ia memesan black coffee, air mineral, dan sebuah sandwich tanpa sayur. Tanpa menunggu lama pesanan datang, karena pada hari itu cafe memang tidak terlalu ramai.
"Silahkan pesanannya mbak." Ucap pelayan cafe tersebut.
Anjani tidak menjawab dan menoleh kepada pelayan tersebut untuk sekedar mengangguk.
"Lah lu? Lu Angin kan?"
"Silahkan di makan pesanannya."
Angin pergi tanpa menjawab pertanyaan Anjani.
Anjani hanya bengong sambil melihat Angin yang mulai memasuki ruang khusus karyawan.
Anjani masih terbengong melihati makanannya. Dengan suara lirih ia berkata, "Memang mirip lu Ar."

***

Setelah menempuh 30 menit di perjalanan. Anjani akhirnya sampai dirumah. Dengan langkah gontai ia memasuki rumah besar itu. Rumah besar yang hanya dihuni 2 orang tuan rumah dan 1 orang pembantu.
Saat Anjani melewati ruang tengah, seperti biasanya. Hanya ada pembantunya yang setia dirumah itu.
"Mamah kemana mbok?" Tanya Anjani pada mbok Jum yang sedang menyapu lantai.
"Tadi nyonya pergi....."
"Kerja?" Sela Anjani
Mbok Jum hanya bisa diam. Anjani yang sudah tau jawabannya langsung pergi ke kamarnya. Mbok Jum hanya bisa melihat dengan iba Anjani.
Sudah biasa memang. Dia sudah terbiasa dengan suasana seperti ini. Suasana sepi, suasana yang tak hidup, tidak ada tawa yang ada hanya suasana saling diam, tanpa ada yang bertanya bagaimana hari-harinya, bagaimana suara senda gurau antar keluarga.
Seringnya dia sendiri di rumah besar ini. Pembantunya si mbok Jum biasanya ke rumah tuannya saat pagi hari untuk memasak dan bersih-bersih hingga sore hari.

Anjani duduk dipinggir tempat tidurnya dan melihat sebuah foto yang terbingkai sederhana memperlihatkan ayah, ibu dan seorang anak kecil ditengahnya, sebuah keluarga kecil yg terlihat bahagia.
Tak terasa air mata berhasil meluncur bebas dipipi Anjani.

"Kapan kita bisa kayak dulu lagi pah, mah? Anjani kangen." Dipeluknya erat-erat foto tersebut.

Sudah 10 tahun sejak orang tua Anjani memilih untuk berpisah dan Anjani tinggal bersama mamanya. Mama yang selalu sibuk dengan urusannya, lebih mementingkan pekerjaan daripada anak semata wayangnya.
Anjani yang tumbuh tanpa sosok ayah membuat Anjani lebih tegar, berusaha menerima keadaan. Hal itu menjadikan Anjani pribadi yang urakan karena setiap tindakannya tidak ada yang mengawasi, lebih tepatnya tidak ada yang peduli dengan tingkah lakunya.
Kadang berbicara pun tidak sopan karena memang tidak ada yang menjadi contoh baginya untuk bersikap baik.
Sosok Anjani yang terlihat ceria, tidak mudah menangis, dan bandel namun memiliki sisi yang sangat rapuh.

Dulu Anjani memiliki seseorang yang sangat berarti baginya seseorang yang ia kenal saat menonton konser musik band kesukaannya. Seseorang yang dimata Anjani terlihat dewasa, murah senyum dan juga penyayang. Membuat Anjani terpikat oleh lelaki tersebut, Arsya Firmansyah namanya. Bukan lelaki kaya dan tampan, tetapi lelaki dengan kepribadian yang selama ini ia rindukan. Tak butuh waktu lama untuk membuat mereka menjalin hubungan. Hingga pada akhirnya ia harus kehilangan sosok itu untuk yang kedua kalinya.

-----

Notes:
Maaf ya telat upnya.😅
Jangan lupa buat like dan coment
oke🤗

Selasa, 2 Juli 2019

AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang