Chapter 04 [Receive]

66 9 0
                                    

HEY!






































































"Aku menerima takdirku menjadi The Others. Tapi aku tidak pernah menerima keluargaku menjadi sepertiku, jadi kumohon... Beritahu aku apa yang harus aku lakukan."
[ZAYN.]






































































••••

Di setiap jeda waktu yang tak terlalu jarang, lelaki muda itu terlihat selalu tak jauh dari mesin komputer kesayangan. Ia akan tenggelam dalam pusaran waktu, mencari hal yang tak pernah dia baca atau dengar, perihal apapun yang ia anggap penting. Dan sebuah artikel muncul pada laman webnya dilayar komputer. Matanya bergerak mengikuti arus gilir membaca dan mengingat hal penting baginya. Beberapa kali dia membenarkan kacamata minus yang bertengger pada hidung mancungnya. Kali ini dia tidak lagi ditemani oleh kesunyian, aroma kopi, dan beberapa camilan. Seorang pria dengan tubuh penuh tato itu tengah tertidur pada ranjang miliknya. Dia baru saja melawan diri lain pada tubuhnya dan membuatnya kelelahan. Sementara lelaki itu- Brendan adalah satu-satunya orang yang tahu segalanya termasuk tentang malam pertengkaran Louis dan Zayn. Dia adalah orang yang menyaksikan Zayn hampir membunuh Louis dengan keji.

"Aku membencimu, Zayn..." Louis tak tahan. Dibiarkan jaket putihnya berwarna kemerahan. Maklum, mulutnya terus saja mengeluarkan darah seolah tiada henti. Sang lelaki bertato itu mengangkat dagunya dengan tongkat kasti yang ia bawa sedari tadi. "Apa aku peduli-" Dia menjeda kalimatnya sebentar karena merasa ada yang ingin muncul dari dirinya. "-Mr. Tomlinson?"

Didorongnya tongkat yang dia bawa dengan kuat, membuat si pemilik marga 'Tomlinson' mengerang kesakitan. Nafasnya tercekat sampai ke tenggorokan. Namun Zayn terus menekannya, hingga dia terbatuk dengan keras. "Menyerahlah. Kau tak pantas hidup." Zayn membuang tongkatnya, mengambil sebuah suntikan berisi cairan hijau yang kental, kemudian mengarahkannya pada lelaki di depannya. "Tidak. Jangan takut. Aku tidak membunuhmu. Aku hanya ingin kau jadi budakku. Itu saja."

Brendan membeku menyaksikan kejadian ini. Dia tidak bisa berbuat apapun selain menjadi saksi nantinya. Bukan tidak berani, dia hanya takut Louis terluka jika Zayn mengetahuinya berada di sini. Hanya ada satu cara untuk menyelamatkan Louis dan beruntunglah dia karena sempat mengikuti Zayn yang membawa Louis dalam keadaan mabuk tadi. Sementara lelaki yang telah lemah dan terikat itu hanya tersenyum, bahkan kemudian tertawa membuat rongga mulutnya yang kini seperti kolam darah. Tawanya berbeda, terasa ada yang salah. Zayn terdiam menatap mata biru di depannya.

Dia bergumam, "Kau terlalu munafik hingga aku tidak percaya, Zayn. Bahkan aku tidak tahu alasan apa yang membuatku terikat dalam bahaya bersamamu. Kau membenciku? Bahkan kau lebih baik dariku." Dia terbatuk, tersedak oleh darahnya sendiri. "Jika ini karena percakapan tadi malam, aku tidak akan minta maaf. Karena aku tahu, kita ini keras kepala. Maaf sekalipun tak membuatku terbebas dan melupakan penderitaan ini."

Sesaat sebelum Zayn menancapkan suntikan itu pada tangannya, seseorang berteriak dari luar. Bukan hanya satu, tapi terdengar banyak. Di saat itu pula ketika Brendan ingin keluar menyelamatkan Louis, seseorang telah berlari menghampiri pria mungil itu. Dia memeluknya seperti yang ingin ia lakukan pada Louis. Memberikan bahu dan menenangkan adalah hal yang ia pikirkan tadi sebelum sosok berambut ikal itu datang dan mengambil alih mimpinya. Brendan tersenyum miris karena dia lebih baik mundur daripada melangkah ke depan dan selalu tersakiti. Ketika dia melangkah, seorang pria berambut pirang menarik tangannya untuk berhenti. Dia menoleh pada pria itu dengan membenarkan kacamata minusnya.

End Of The Day [One Direction & Zayn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang